Kenapa Toyota Sienta Disuntik Mati? Ternyata Ini Alasannya

Persaingan di pasar omotif Indonesia memang sangat sengit. Bahkan nama sebesar Toyota pun bukan jaminan produknya bakal laku di negeri ini. Contohnya adalah Sienta yang disuntik mati pada 2024.
Padahal mobil berpintu geser ini cukup menarik. Tapi sepinya permintaan membuat Toyota akhirnya menyerah: Sienta hanya bertahan sampai generasi kedua sebelum disetop produksinya.
Berikut beberapa alasan kenapa Sienta akhirnya disuntik mati tahun ini.
1. Permintaan terus menurun

Toyota Sienta pertama kali diluncurkan di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) pada bulan April 2016. Saat itu mobil berpintu geser ini menyasar keluarg urban. Kabin yang luas, kursi yang nyaman, serta pintu geser menjadi jualan Sienta ketika itu.
Pada tahun pertama kemunculkannya, Sienta berhasil terjual sebanyak 17.931 unit. Namun penjualan Sienta terus melorot pada tahun-tahun berikutnya. Mobil ini sempat terjual sebanyak 14.000-an unit pada 2027 sebelum turun drastis menjadi 5.113 unit pada 2018.
Kondisi ini semakin parah ketika Sienta hanya terjual sebanyak 99 unit pada 2022. Sienta semakin tak tertolong saat hanya terjual sebanyak 1 unit pada lima bulan pertama tahun 2023. Setahun kemudian, Toyota memutuskan untuk menyetop produksi Sienta.
2. Desain Sienta kurang diminati

Salah satu alasan kenapa Toyota Sienta gagal di pasar Indonesia adalah desainnya yang dianggap kurang pas. Tidak semua orang menyukai desain mobil ini. Lihat saja tampak depannya. Selain itu tidak semua orang menyukai desain pintu geser seperti yang ditawarkan Sienta.
Sebelumnya Honda juga pernah meluncurkan Freed, MPV dengan pintu geser. Namun Honda Freed kemudian disuntik mati. Pintu geser agaknya memang bukan selera kelas menengah orang Indonesia. Sebab konsumen Indonesia cenderung lebih memilih MPV dengan desain konvensional, seperti Toyota Avanza atau Mitsubishi Xpander.
3. Kurangnya inovasi

Sienta, yang mempertahankan desain dan fitur utamanya sejak peluncuran, mulai kalah bersaing dengan model MPV lain yang menawarkan teknologi lebih canggih dan desain lebih atraktif.
Selain itu, selera konsumen Indonesia juga mulai beralih dari MPV ke Sport Utility Vehicle (SUV) yang desainnya dianggap lebih sporty. SUV juga dianggap lebih bisa diandalkan untuk dibawa ke berbagai jenis jalan. Sehingga penjualan Sienta pun semakin tertekan.
4. Toyota mengalihkan fokus ke model lain

Karena penjualan terus melorot, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) kemudian memutuskan menghentikan produksi Sienta untuk mengalokasikan sumber daya ke model lain yang lebih diminati pasar, seperti Toyota Kijang Innova Zenix dan Avanza.
Langkah ini juga mencerminkan strategi perusahaan untuk fokus pada kendaraan ramah lingkungan, seperti hybrid dan listrik, sesuai dengan perkembangan tren otomotif global.