Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Terjadi pada Motor Saat Late Braking?

ilustrasi motor melewati jalan tikungan (Pexels.com/Rohit Bahadur Bista)
ilustrasi motor melewati jalan tikungan (Pexels.com/Rohit Bahadur Bista)
Intinya sih...
  • Transfer berat dan distribusi gaya saat late braking
  • Pengaruh pada suspensi dan sasis motor
  • Risiko dan batasan fisik dari late braking
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Late braking adalah salah satu teknik pengereman paling dramatis dan menantang dalam dunia balap motor. Diterapkan oleh pembalap profesional untuk memaksimalkan kecepatan sebelum masuk tikungan, teknik ini menuntut presisi ekstrem dan keberanian. Namun, di balik keunggulan performanya, late braking memicu serangkaian reaksi fisik dan dinamika kompleks pada motor yang perlu dipahami.

Ketika seorang pembalap memutuskan untuk melakukan late braking, ia secara efektif mendorong batas kemampuan fisik dan mekanis motor hingga ke titik puncaknya. Ini bukan sekadar menarik tuas rem, melainkan sebuah orkestrasi gaya dan tekanan yang mengubah perilaku motor secara fundamental dalam hitungan detik.

1. Transfer berat dan distribusi gaya

ilustrasi safety riding naik motor listrik (Dok. IDN Times)
ilustrasi safety riding naik motor listrik (Dok. IDN Times)

Hal pertama yang paling menonjol terjadi saat late braking adalah transfer berat yang masif ke roda depan. Saat rem depan ditekan dengan kuat, inersia motor dan pengendara mendorong seluruh massa ke arah depan. Garpu depan akan terkompresi secara ekstrem, menyebabkan bagian depan motor "menukik" atau "menyelam" dalam-dalam. Pada saat yang sama, beban pada roda belakang berkurang drastis, kadang hingga nyaris terangkat dari permukaan lintasan.

Transfer berat ini menciptakan tekanan kolosal pada ban depan, yang harus menanggung sebagian besar gaya pengereman. Ini adalah alasan mengapa ban depan motor balap dirancang dengan cengkeraman luar biasa dan mengapa sistem suspensi depan memiliki kemampuan redaman yang sangat canggih.

Jika tekanan pengereman terlalu kuat atau ban depan kehilangan traksi bahkan untuk sesaat, risikonya adalah kehilangan kendali dan terjatuh. Pembalap harus dengan cepat mengelola tekanan rem, melepaskannya secara progresif saat motor mulai memasuki tikungan untuk menghindari roda depan terkunci.

2. Pengaruh pada suspensi dan sasis

ilustrasi touring naik motor (pexels.com/Zaur Takhgiriev)
ilustrasi touring naik motor (pexels.com/Zaur Takhgiriev)

Sistem suspensi motor memainkan peran krusial selama late braking. Ketika gaya pengereman maksimum diterapkan, garpu depan akan tertekan hingga batasnya. Ini tidak hanya menyerap energi tetapi juga mengubah geometri kemudi motor. Sudut rake (sudut garpu depan relatif terhadap vertikal) dan trail (jarak jejak roda depan) akan berkurang, membuat kemudi terasa lebih responsif tetapi juga lebih tidak stabil.

Pada saat yang sama, sasis motor mengalami tekanan puntir yang signifikan. Gaya pengereman yang ekstrem dan transfer berat yang tiba-tiba menciptakan beban berat pada rangka motor. Sasis harus cukup kaku untuk menahan gaya-gaya ini tanpa melentur terlalu banyak, yang bisa mengganggu stabilitas.

Perpaduan antara kompresi suspensi depan yang ekstrem dan penurunan beban pada roda belakang mengubah pusat gravitasi motor secara dinamis, menuntut pengendara untuk menyeimbangkan motor dengan sangat hati-hati melalui kontrol tubuh dan input kemudi.

3. Risiko dan batasan fisik

ilustrasi naik motor (pexels.com/Khoa Võ)
ilustrasi naik motor (pexels.com/Khoa Võ)

Meskipun late braking adalah alat yang ampuh, teknik ini memiliki risiko inheren dan batasan fisik. Seperti disebutkan, risiko terbesar adalah mengunci roda depan, yang hampir pasti akan menyebabkan kecelakaan (low-side crash). Pembalap modern menggunakan teknologi seperti anti-lock braking system (ABS) atau traction control yang canggih untuk membantu mengelola pengereman, namun keterampilan dasar dan feeling pembalap tetap menjadi faktor penentu.

Selain itu, late braking menempatkan tekanan luar biasa pada komponen rem itu sendiri: kampas rem, cakram, dan kaliper. Panas yang dihasilkan sangat besar, dan jika dilakukan berulang kali tanpa pendinginan yang cukup, dapat menyebabkan brake fade (penurunan efektivitas rem).

Teknik ini juga membutuhkan kekuatan fisik yang besar dari pembalap untuk mengendalikan motor yang sedang "gelisah" di bawah tekanan pengereman ekstrem. Pada akhirnya, late braking adalah tindakan menari di ambang batas fisik motor dan pengendara, sebuah tarian yang jika berhasil akan berbuah keunggulan, namun jika gagal bisa berakibat fatal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

BYD Perluas Jaringan EV ke Indonesia Timur

06 Nov 2025, 17:43 WIBAutomotive