Bahaya Menerapkan Teknik Zig-zag di Tanjakan

- Membuat kendaraan sulit diprediksi oleh pengguna jalan lainMengendarai motor dalam pola zigzag mengubah arah motor secara tiba-tiba dan tidak konsisten. Pergerakan zigzag membutuhkan ruang yang lebih luas, konsentrasi ekstra, dan kondisi lalu lintas yang benar-benar aman.
- Meningkatkan risiko kehilangan keseimbangan dan grip banTanjakan biasanya memiliki kontur tidak rata, kerikil, pasir, atau permukaan licin. Ketika motor diarahkan menyamping, beban berpindah lebih ekstrem ke sisi ban, sehingga daya cengkeram berkurang.
- Mengganggu arus lalu lintas dan melanggar etika berkendaraZigzag di tanjakan dapat
Bagi sebagian pengendara motor, melintasi tanjakan terjal memang sering menjadi tantangan tersendiri. Ketika mesin mulai kehilangan tenaga dan roda belakang terasa kewalahan, sebagian orang memilih berjalan secara zigzag untuk menjaga momentum. Teknik ini dianggap dapat membuat tanjakan terasa lebih landai, sehingga motor tetap mampu menanjak tanpa kehabisan tenaga. Sekilas terlihat masuk akal, namun praktiknya jauh dari aman.
Masalahnya, jalanan bukanlah ruang eksperimen. Pergerakan zigzag membutuhkan ruang yang lebih luas, konsentrasi ekstra, dan kondisi lalu lintas yang benar-benar aman. Di banyak kasus, teknik ini justru menambah risiko kecelakaan, terutama di jalur pegunungan, permukiman, maupun tanjakan sempit yang sering dipenuhi kendaraan lain. Sebelum menirunya, penting memahami bahaya yang mengintai.
1. Membuat kendaraan sulit diprediksi oleh pengguna jalan lain

Mengendarai motor dalam pola zigzag mengubah arah motor secara tiba-tiba dan tidak konsisten. Pengemudi di belakang, dari arah berlawanan, maupun yang sedang menyalip akan kesulitan membaca arah laju motor. Pada tanjakan, jarak pandang biasanya lebih pendek, sehingga manuver tak terduga dapat memicu tabrakan frontal atau terserempet kendaraan lain.
Di jalan sempit, ruang gerak menjadi semakin terbatas, membuat kesalahan kecil saja berpotensi fatal. Selain itu, tidak semua pengendara memahami alasan zigzag, sehingga respons mereka bisa terlambat ketika harus mengerem atau menghindar.
2. Meningkatkan risiko kehilangan keseimbangan dan grip ban

Tanjakan biasanya memiliki kontur tidak rata, kerikil, pasir, atau permukaan licin. Ketika motor diarahkan menyamping, beban berpindah lebih ekstrem ke sisi ban, sehingga daya cengkeram berkurang. Jika torsi mesin tidak stabil, motor bisa tergelincir, selip, atau jatuh ke sisi luar belokan. Pengendara pemula juga cenderung over-steer saat berusaha menjaga lintasan zigzag, yang justru memperbesar risiko oleng. Pada tanjakan curam, motor yang kehilangan momentum juga berpotensi mundur ke belakang, menabrak kendaraan di bawahnya.
3. Mengganggu arus lalu lintas dan melanggar etika berkendara

Selain berbahaya bagi diri sendiri, zigzag di tanjakan dapat memperlambat rombongan kendaraan di belakang. Mobil atau motor yang ingin menyalip harus menunggu lebih lama karena tidak mendapatkan celah aman. Di beberapa wilayah, manuver seperti ini dapat dianggap sebagai reckless driving dan berpotensi dikenai sanksi bila menyebabkan gangguan lalu lintas. Dari sisi etika, pengendara wajib menjaga arah laju tetap stabil agar semua pengguna jalan merasa aman dan nyaman.
Pada akhirnya, zigzag bukanlah solusi ideal untuk menghadapi tanjakan. Jika motor terasa kesulitan, lebih baik turunkan gigi, jaga putaran mesin, tetap berada di jalur lurus, dan pertahankan kecepatan stabil. Bila tenaga masih kurang, berhenti di tempat aman dan evaluasi kondisi motor atau kapasitas beban. Ingat, keselamatan selalu lebih penting daripada sekadar mencapai puncak tanjakan lebih cepat.






![[QUIZ] Kalau Hidupmu Sebuah Balapan, Posisi Kamu di Mana?](https://image.idntimes.com/post/20250304/photo-1562402082-05a4e888ca96-097c117b8441028fc2ba52ab782113c5.jpeg)











