Kekurangan Sarung Tangan Motor Antiair, Gampang Lembab!

- Minimnya sirkulasi udara di bawah lapisan penutup sarung motor antiair dapat menyebabkan lembap dan mempercepat timbulnya jamur, karat, atau korosi pada bagian logam.
- Ketahanan terbatas terhadap perlakuan salah seperti melipat atau menyimpan sarung dalam keadaan masih basah dapat merusak bahan antiair dan mengurangi fungsi pelindungnya.
- Sarung motor antiair yang menggunakan bahan keras atau kasar bisa menimbulkan goresan halus pada cat motor jika tidak dipilih dengan hati-hati.
Banyak pemilik motor memilih sarung motor antiair untuk melindungi kendaraannya dari hujan, debu, dan panas matahari. Lapisan bahan kedap air yang digunakan memang efektif menjaga bodi motor tetap kering, terutama saat parkir di luar ruangan. Namun, di balik keunggulannya, sarung motor antiair ternyata juga memiliki beberapa kekurangan yang sering tidak disadari pengguna. Dalam jangka panjang, penggunaan yang kurang tepat bahkan bisa menimbulkan masalah baru pada motor.
Sarung motor antiair memang memberikan rasa aman, apalagi ketika musim hujan tiba. Tapi, banyak pemilik motor yang tidak memperhatikan cara pemakaian dan perawatannya. Padahal, bahan pelindung yang tidak bisa ditembus air justru bisa menimbulkan efek samping, terutama jika motor sering ditutup dalam waktu lama. Untuk memahami hal ini, penting melihat lebih dalam apa saja kekurangan yang dimiliki sarung motor antiair.
1. Sirkulasi udara tertutup menyebabkan lembap

Salah satu kekurangan terbesar sarung motor antiair adalah minimnya sirkulasi udara di bawah lapisan penutup. Karena dirancang agar air tidak masuk, bahan ini otomatis juga menahan udara di dalam. Jika motor ditutup dalam kondisi mesin masih hangat atau basah karena hujan, uap air bisa terperangkap di dalam sarung.
Kondisi lembap ini dapat mempercepat timbulnya jamur, karat, atau korosi pada bagian logam seperti knalpot, baut, dan rangka. Selain itu, komponen kelistrikan juga berisiko terganggu bila terlalu sering terkena embun yang terbentuk dari uap panas terperangkap. Karena itu, sebaiknya motor didinginkan dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditutup.
2. Bahan antiair mudah rusak jika sering dilipat basah

Kelemahan lain dari sarung motor antiair adalah ketahanannya yang terbatas terhadap perlakuan salah. Banyak pengguna yang langsung melipat atau menyimpan sarung dalam keadaan masih basah. Padahal, bahan antiair seperti PVC atau poliester berlapis pelindung bisa mengelupas dan retak jika dibiarkan lembap terlalu lama.
Lapisan luar yang mulai rusak akan membuat air mudah merembes ke dalam dan mengurangi fungsi pelindungnya. Selain itu, jika disimpan di tempat panas, bahan bisa mengeras atau menempel satu sama lain, sehingga sulit digunakan kembali. Untuk menjaga keawetannya, sarung motor sebaiknya dijemur terlebih dahulu sebelum dilipat dan disimpan.
3. Permukaan kasar bisa menggores bodi motor

Tidak semua sarung motor antiair dilengkapi dengan lapisan dalam yang lembut. Beberapa produk menggunakan bahan keras atau kasar agar tahan lama dan tidak mudah robek. Namun, hal ini justru bisa menimbulkan goresan halus pada cat motor, terutama jika terdapat debu atau pasir di permukaan bodi saat ditutup.
Gesekan antara sarung dan bodi motor akibat angin juga bisa memperparah kondisi tersebut. Oleh karena itu, penting memilih sarung motor dengan bagian dalam berbahan lembut seperti kain mikro atau katun tipis. Selain itu, pastikan sarung terpasang rapat agar tidak bergeser saat tertiup angin.
So, meskipun sarung motor antiair sangat membantu melindungi kendaraan dari hujan dan cuaca ekstrem, pengguna tetap perlu memperhatikan cara pakai dan perawatannya. Motor yang ditutup tanpa ventilasi cukup atau bahan sarung yang tidak sesuai justru bisa merusak komponen dan tampilan motor. Dengan memilih produk berkualitas dan menggunakannya secara benar, fungsi pelindung sarung motor antiair akan lebih optimal dan tahan lama.

















