Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Negara Eksportir Pakaian Bekas di Dunia, AS-China Paling Atas

Ilustrasi pakaian bekas yang akan diekspor. (dok. Shelng Lu Fashion)
Ilustrasi pakaian bekas yang akan diekspor. (dok. Shelng Lu Fashion)

Jakarta, IDN Times - Bagi sejumlah negara, pakaian bekas menjadi salah satu penyumbang perekonomiannya. Pakaian bekas menjadi komoditas yang bisa diekspor dalam jumlah yang besar setiap tahunnya.

Seperti di Amerika Serikat (AS), China, negara-negara di Uni Eropa (UE), dan sebagainya. Sebaliknya, pakaian bekas yang diekspor itu menjadi ancaman bagi industri tekstil di negara-negara yang menerimanya.

Berikut daftar 10 negara eksportir pakaian bekas di dunia.

1. AS hingga China duduki posisi teratas sebagai eksportir pakaian bekas terbesar di dunia

Suasana di jalan masuk Pasar Thrifting atau pakaian bekas di Pasar Terong, Jl Gunung Bawakaraeng Makassar, Kamis (2/6/2022) (Dahrul Amri/IDN Times)
Suasana di jalan masuk Pasar Thrifting atau pakaian bekas di Pasar Terong, Jl Gunung Bawakaraeng Makassar, Kamis (2/6/2022) (Dahrul Amri/IDN Times)

Berdasarkan data Statista yang dikutip Jumat, (31/3/2023), ada 10 negara yang mencatatkan ekspor pakaian bekas di atas 159 juta dolar AS pada tahun 2021. Berikut daftarnya:

  1. Amerika Serikat (AS) dengan nilai ekspor 904,1 juta dolar AS.
  2. China dengan nilai ekspor 879,7 juta dolar AS.
  3. Inggris dengan nilai ekspor 408,2 juta dolar AS.
  4. Jerman dengan nilai ekspor 365,1 juta dolar AS.
  5. Korea Selatan dengan nilai ekspor 347,7 juta dolar AS.
  6. Pakistan dengan nilai ekspor 334,2 juta dolar AS.
  7. Uni Emirat Arab (UEA) dengan nilai ekspor 258,2 juta dolar AS.
  8. Polandia dengan nilai ekspor 225,3 juta dolar AS.
  9. Belanda dengan nilai ekspor 209 juta dolar AS.
  10. Italia dengan nilai ekspor 159,2 juta dolar AS.

2. Ekspor pakaian bekas dianggap jadi cara 'curang' negara barat untuk buang sampah pakaian

Gunung sampah pakaian bekas di Gurun Atacama, Chili. (dok. MIC)
Gunung sampah pakaian bekas di Gurun Atacama, Chili. (dok. MIC)

Selain ancamannya bagi industri tekstil negara tujuan ekspor, kegiatan itu juga dianggap sebagai cara curang negara-negara barat untuk membuang sampah pakaian.

Bahkan, Badan Lingkungan Eropa atau European Environment Agency (EEA) telah mengingatkan negara-negara di Benua Biru tersebut atas kegiatan ekspor yang menyebabkan masalah lingkungan.

Sebagian besar pakaian bekas yang diekspor negara-negara di Eropa berakhir di negara-negara di Benua Afrika. Dilansir Balkan Green Energy News, Jumat (31/3/2023), 46 persen ekspor pakaian bekas dari Eropa dikirim ke Afrika. Lalu, 41 persen diekspor ke negara-negara di Benua Asia.

Pakaian bekas bisa menjadi penolong bagi masyarakat yang membutuhkan pakaian murah berkualitas bagus. Namun, pakaian bekas yang tak dibeli akan menumpuk menjadi sampah.

Misalnya di Kenya, pakaian bekas yang diimpor banyak yang menjadi sampah dan akhirnya menggunung. Lalu, di Ghana, sebuah pantai di Kota Accra menjadi pusat pembuangan sampah pakaian bekas, yang pada akhirnya merusak lingkungan.

3. Uni Eropa hadapi kendala mengelola sampah pakaian bekas

Tumpukan sampah pakaian bekas di Kenya yang tak terjual/terpakai. (dok. Clean Up Kenya)
Tumpukan sampah pakaian bekas di Kenya yang tak terjual/terpakai. (dok. Clean Up Kenya)

Baru-baru ini, UE dilaporkan melipatgandakan ekspor pakaian dan alas kaki bekasnya. Hal tersebut menunjukkan UE kesulitan mengelola limbah pakaian dan alas kaki bekas.

Tekstil merupakan sumber tekanan tertinggi keempat terhadap lingkungan dan perubahan iklim dari perspektif konsumsi Eropa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us