Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Antisipasi Dampak Tarif Trump, Begini Hasil Stress Test Perbankan

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • OJK melakukan stress test terhadap sektor perbankan untuk mengantisipasi dampak perubahan kondisi ekonomi global.
  • Pertumbuhan kredit pada Februari 2025 mencapai 10,30 persen yoy, namun melambat menjadi 9,16 persen pada Maret 2025.

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan telah melakukan simulasi berupa stress test terkait dampak perubahan kondisi ekonomi global terhadap daya tahan sektor perbankan. Hasilnya, permodalan perbankan yang masih memadai masih mampu menyerap potensi peningkatan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KE PBKN) OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, OJK melakukan stress test baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk melihat dampak dari perubahan kondisi ekonomi ke sektor perbankan. Adapun stress test ini juga telah memasukkan dampak dari penerapan tarif impor AS dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perbankan.

“Sejauh ini, OJK menilai bahwa rasio permodalan (CAR) perbankan tergolong tinggi Februari mencapai 26,95 persen dan mampu menyerap potensi peningkatan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas,” kata Dian, Selasa (29/4/2025). 

1. Kondisi intermediasi perbankan relatif stabil

Ilustrasi pelayanan publik. (IDN Times/Aditya Pratama)

OJK juga menilai, kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan pertumbuhan kredit pada Februari 2025 sebesar 10,30 persen year on year (yoy). Namun bila mengacu data  Maret 2025, pertumbuhan kredit bergerak melambat menjadi 9,16 persen. 

"Selanjutnya dapat kami sampaikan pula bahwa pada Februari 2025, kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga dengan NPL gross 2,22 persen dan NPL Net 0,81 persen serta LaR 9,77 persen," ungkapnya. 

2. Tarif Trump picu ketidakpastian global

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif mengenai rencana tarif Pemerintah pada acara “Make America Wealthy Again”, Rabu, 2 April 2025 (flickr.com/The White House)

Dian menerangkan, ketidakpastian ekonomi saat ini sangat dipengaruhi oleh tantangan perekonomian global antara lain kekhawatiran kebijakan tarif Trump yang akan mengganggu rantai pasok (supply chain) barang dan jasa, mendorong kenaikan inflasi global, serta memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

Produk-produk utama ekspor Indonesia ke AS juga dikhawatirkan menghadapi tekanan akibat meningkatnya biaya impor.

“Berdasarkan hal tersebut, terdapat peningkatan risiko kredit pada beberapa sektor, utamanya yang terkait produk-produk utama ekspor Indonesia ke AS, antara lain produk tekstil dan alas kaki, mesin-mesin elektronik, produk perikanan dan kelapa sawit,” terang Dian.

3. OJK pantau perkembangan ekonomi global

Ilustrasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan). (IDN Times/Aditya Pratama)

Dian meminta industri perbankan perlu memetakan lebih jauh sektor-sektor dan debitur-debitur yang dapat terdampak dari ketidakpastian global utamanya yang dapat mengalami penurunan kemampuan membayar dan antisipatif dalam memitigasi peningkatan risiko kredit dengan pembentukan CKPN yang memadai, serta mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dan monitoring kredit.

OJK juga meminta kepada perbankan agar secara proaktif melakukan asesmen terhadap perkembangan yang terjadi di global maupun domestik dan mempersiapkan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan dimaksud.

"Selain itu, OJK juga terus berupaya memperkuat fondasi sistem keuangan salah satunya melalui upaya pendalaman pasar keuangan, guna meningkatkan ketahanan dan efisiensi intermediasi perbankan di tengah gejolak global," ujarnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us