Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa itu Krisis Moneter? Ini Penyebab dan Dampaknya

ilustrasi sejumlah uang (pexels.com/Robert Lens)

Krisis moneter merupakan kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan yang drastis. Situasi ini bisa menyebabkan penurunan nilai mata uang, inflasi tak terkendali, dan bahkan resesi ekonomi. Hal ini tentu memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Indonesia, seperti beberapa negara lainnya, pernah mengalami krisis moneter, terutama pada 1997 hingga 1998.

Dampak dari krisis ini tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menyebabkan ketidakstabilan sosial dan kerusuhan di masyarakat. Banyak orang kehilangan pekerjaan, dan daya beli masyarakat menurun drastis. Di bawah ini sudah IDN Times rangkum apa itu krisis moneter, penyebab, dampak, dan ciri-ciri negara yang mengalaminya. 

1. Apa itu krisis moneter

Ilustrasi uang (Pexels.com/Ahsanjaya)

Krisis moneter adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara terpuruk, menyebabkan harga-harga aset jatuh secara drastis. Situasi ini dapat membuat masyarakat kesulitan dalam melunasi utang dan menyebabkan industri perbankan kekurangan likuiditas.

Ketika krisis moneter terjadi, kepanikan sering melanda masyarakat. Banyak orang bergegas menjual aset mereka dan menarik dana dari rekening tabungan untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Tindakan ini diambil sebagai langkah untuk melindungi diri dari risiko penurunan nilai aset yang berkelanjutan.

Sayangnya, langkah tersebut dapat memperburuk keadaan, hingga berdampak negatif pada pasar saham, memengaruhi kebijakan pemerintah, dan berpotensi menimbulkan krisis mata uang yang lebih parah.

2. Penyebabnya

ilustrasi orang meminjamkan uang (pixabay.com/Raten-Kauf)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan krisis moneter adalah sebagai berikut:

  1. Nilai mata uang yang jatuh
    Krisis moneter di Indonesia diawali dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Contohnya, pada tahun 1997, nilai tukar rupiah merosot dari Rp2.450 per dolar menjadi Rp13.513 per dolar dalam waktu yang singkat. Salah satu penyebabnya adalah spekulasi baik dari dalam maupun luar negeri, di mana banyak pihak yang menggunakan dana pribadi dan pinjaman bank. Hal ini membuat stabilitas mata uang tidak dapat dipertahankan, bahkan devisa negara tidak mampu menahan laju penurunan tersebut.
  2. Peningkatan utang negara
    Negara seringkali memerlukan dana dari luar untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada utang luar negeri dapat menjadi bumerang, terutama saat nilai mata uang turun. Jika dana utang tersebut digunakan untuk spekulasi jangka pendek, stabilitas ekonomi bisa terganggu dan memicu krisis moneter.
  3. Kepanikan di sektor perbankan
    Salah satu penyebab terjadinya krisis moneter adalah kepanikan yang terjadi dalam perbankan hingga dapat menyebabkan bank membatasi pemberian pinjaman. Bank merupakan sumber utama pendanaan bagi perekonomian, dan jika bank merasa terancam, seperti meningkatnya tingkat default, mereka akan mengurangi pinjaman untuk menghindari kebangkrutan. Tindakan ini berdampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan dan dapat memperparah krisis keuangan.
  4. Kenaikan suku bunga
    Kenaikan suku bunga yang tajam dapat membuat pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga menurunkan minat para pengusaha untuk mengambil kredit. Hal ini dapat menghambat investasi dan pertumbuhan bisnis, hingga berujung memperlambat pertumbuhan ekonomi.
  5. Ketidakseimbangan sektor produksi
    Sektor produksi yang tidak seimbang bisa memicu krisis. Jika struktur produksi lemah, harga barang dapat melonjak, membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, stabilitas dalam sektor produksi sangat penting untuk menjaga kestabilan ekonomi.
  6. Gejolak politik
    Ketidakstabilan politik, seperti konflik antar kelompok atau perebutan kekuasaan, dapat merusak perekonomian. Contohnya, konflik yang terjadi di beberapa negara Afrika atau Asia dapat mengakibatkan ketidakamanan, sehingga masyarakat kesulitan untuk bekerja dan perekonomian terganggu.

3. Dampak yang ditimbulkan

ilustrasi uang rupiah (Pixabay/IqbalStock)

Krisis moneter merupakan masalah serius yang berpengaruh besar terhadap pemerintah, masyarakat, dan sektor perbankan. Berikut beberapa dampak yang dapat timbul akibat krisis moneter:

  1. Perusahaan mengalami kebangkrutan
    Banyak perusahaan terpaksa gulung tikar karena kesulitan membayar utang dan kekurangan pasokan bahan baku impor. Krisis ini membuat perusahaan harus membeli bahan baku menggunakan mata uang asing, sementara nilai rupiah menurun. Akibatnya, perusahaan sering mengurangi jumlah karyawan untuk menghemat biaya, yang pada gilirannya meningkatkan angka kemiskinan di masyarakat.
  2. Krisis keuangan di sektor perbankan
    Penurunan nilai rupiah berdampak pada bank-bank yang mengalami kredit macet dan gagal bayar. Hal ini merugikan masyarakat, karena bank tidak lagi berfungsi dengan baik sebagai tempat penyimpanan uang yang aman. Ketidakstabilan di sektor perbankan juga bisa memperparah kondisi ekonomi secara keseluruhan.
  3. Terjadi kerusuhan nasional
    Krisis ekonomi yang berkepanjangan sering memicu gejolak politik semakin meningkat di kalangan masyarakat, yang dapat berujung pada demonstrasi besar-besaran. Aksi protes ini terkadang berujung pada kerusuhan, menimbulkan kerugian material dan bahkan jatuhnya korban yang tidak bersalah.

4. Ciri-ciri negara yang terkena krisis moneter

ilustrasi krisis keuangan (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Ada beberapa ciri yang menandakan bahwa suatu negara sedang mengalami krisis moneter, di antaranya:

  1. Jumlah utang luar negeri yang tinggi. Ketika utang luar negeri suatu negara jauh lebih besar dibandingkan pendapatan nasionalnya, ini bisa menjadi sinyal krisis. Hal ini menunjukkan bahwa negara mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya dan bergantung pada pinjaman luar negeri. Ketidakmampuan untuk membayar utang dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor dan berimbas pada nilai mata uang.
  2. Inflasi yang tak terkendali. Krisis moneter sering kali ditandai oleh inflasi yang tinggi dan tidak terkontrol. Misalnya, jika harga barang kebutuhan pokok seperti makanan dan energi melonjak secara drastis, masyarakat akan merasakan dampaknya melalui penurunan daya beli. Inflasi yang tidak terkendali bisa menyebabkan mata uang kehilangan nilainya, sehingga orang-orang kesulitan untuk membeli barang-barang sehari-hari.
  3. Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang. Ketidakstabilan nilai tukar mata uang dapat menjadi salah satu ciri krisis moneter. Jika mata uang lokal terus menerus melemah terhadap mata uang asing, ini menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut sedang dalam kondisi yang buruk. 
  4. Suku bunga yang tinggi. Ketika suku bunga meningkat melebihi batas wajar, ini bisa menyulitkan masyarakat dalam mengakses pinjaman. Tingginya suku bunga biasanya digunakan untuk mengendalikan inflasi, tetapi jika berlanjut, hal ini bisa menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Penulis: Syifa Putri Naomi

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Putri Ambar
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us