Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Merkantilisme? Ini 5 Penjelasannya

ilustrasi merkantilisme (commons.wikimedia.org/Magnus Manske)
ilustrasi merkantilisme (commons.wikimedia.org/Magnus Manske)
Intinya sih...
  • Sistem ekonomi merkantilisme menekankan peningkatan ekspor dan pembatasan impor untuk menciptakan surplus perdagangan.
  • Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatur lalu lintas perdagangan internasional dan mengatur transaksi perdagangan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap negara pasti menginginkan kekuatan ekonomi yang stabil dan kuat, terutama dalam menghadapi persaingan global. Salah satu teori ekonomi yang pernah mendominasi pemikiran para penguasa Eropa adalah merkantilisme.

Konsep ini menekankan pentingnya memperkuat cadangan kekayaan negara melalui peningkatan ekspor dan pembatasan impor demi menciptakan surplus perdagangan.

Merkantilisme adalah sistem ekonomi yang menempatkan kepemilikan aset, terutama emas dan perak, sebagai ukuran utama kekayaan sebuah negara. Ketika kegiatan ekspor meningkat dan impor ditekan, cadangan kekayaan negara bertambah.

Untuk memahami lebih dalam bagaimana teori merkantilisme ini berkembang dan bagaimana dampaknya terhadap kebijakan ekonomi negara, mari simak penjelasan lengkapnya berikut.

1. Teori merkantilisme muncul karena kebutuhan negara mengamankan kekayaan nasional

ilustrasi emas dan perak (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi emas dan perak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kekuasaan pada masa lampau tidak hanya diukur dari kekuatan militer, tetapi juga melalui seberapa besar cadangan emas dan perak yang dimiliki suatu negara. Negara-negara Eropa mulai berlomba-lomba menciptakan sistem ekonomi yang memungkinkan mereka menimbun logam mulia sebanyak mungkin.

Gagasan tersebut lalu berkembang menjadi cikal bakal munculnya teori merkantilisme. Ketika perdagangan internasional mulai meluas, muncul keinginan untuk menciptakan neraca perdagangan yang selalu positif agar negara memperoleh pemasukan besar dari hasil ekspor.

Sistem ini melihat perdagangan sebagai permainan zero-sum, artinya satu pihak untung maka pihak lain rugi. Maka, negara dianggap harus memperkecil impor agar tidak kehilangan emas dan perak ke negara lain. Pemerintah pun diberi peran penting dalam mengatur segala transaksi perdagangan.

Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatur lalu lintas perdagangan internasional, termasuk menentukan besaran tarif dan merancang aturan untuk melindungi sektor industri lokal dari persaingan luar. Pemahaman semacam ini menjadi pondasi dari perkembangan teori merkantilisme di berbagai wilayah Eropa.

2. Tokoh-tokoh penting turut membentuk teori merkantilisme melalui pemikiran ekonomi klasik

David Hume (commons.wikimedia.org/Osama Shukir Muhammed Amin FRCP(Glasg))
David Hume (commons.wikimedia.org/Osama Shukir Muhammed Amin FRCP(Glasg))

Jean Bodin adalah salah satu pemikir awal yang menyampaikan pentingnya logam mulia dalam menggerakkan roda perekonomian. Ia menyatakan, kekayaan negara sangat bergantung pada kuantitas emas dan perak. Pandangan ini memperkuat keyakinan bahwa negara perlu melakukan ekspor sebanyak-banyaknya dan menghindari impor yang tidak perlu.

Di sisi lain, seorang tokoh perdagangan asal Inggris bernama Thomas Mun berpandangan, suatu negara harus berupaya menjaga nilai ekspor tetap lebih tinggi daripada impor agar kekayaan nasional tidak mengalir keluar.

Di samping kedua tokoh sebelumnya, Jean-Baptiste Colbert asal Prancis turut memainkan peranan besar dalam memperluas penerapan prinsip-prinsip merkantilisme di masa pemerintahannya. Ia mendorong kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku bisnis untuk menguatkan ekonomi nasional.

Di sisi lain, Sir William Petty mulai melihat pentingnya tenaga kerja dalam menciptakan nilai ekonomi, meskipun tetap dalam koridor kebijakan protektif merkantilisme. David Hume menambahkan, analisis dari sisi harga dan kuantitas uang, menjelaskan bahwa akumulasi logam mulia dalam jumlah besar juga bisa berdampak pada inflasi.

Pemikiran-pemikiran ini memperluas cakupan teori merkantilisme, baik secara praktis maupun filosofis.

3. Merkantilisme tumbuh sebagai sistem ekonomi yang dikendalikan negara demi kepentingan politik

ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)
ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)

Ciri paling menonjol dari sistem ini adalah intervensi kuat dari pemerintah terhadap aktivitas ekonomi. Pengenaan tarif impor yang tinggi digunakan sebagai langkah untuk membatasi arus produk luar negeri ke dalam pasar domestik.

Negara juga mendorong industri lokal agar dapat memenuhi kebutuhan domestik dan berdaya saing di pasar internasional. Secara tidak langsung, merkantilisme mengarahkan negara menjadi entitas ekonomi yang tertutup dan mengandalkan kekuatan internal sebagai modal utama dalam meraih kemajuan.

Pemerintah tidak hanya mengatur, tetapi juga berinvestasi langsung ke dalam sektor-sektor strategis. Misalnya dengan memberikan subsidi kepada industri manufaktur atau mengatur jalur pelayaran dagang melalui sistem monopoli. Tujuannya agar semua transaksi bisa dikendalikan dan hasil ekspor dapat dimaksimalkan.

Tidak jarang, negara melakukan penjajahan hanya untuk mendapatkan sumber daya dan memperluas pasar. Hal ini menunjukkan bahwa merkantilisme tidak bisa dilepaskan dari konteks kekuasaan dan dominasi antarnegara.

4. Penerapan merkantilisme berpengaruh besar terhadap hubungan antarnegara

ilustrasi kolonialisme (unsplash.com/British Library)
ilustrasi kolonialisme (unsplash.com/British Library)

Dalam praktiknya, teori ini memicu persaingan sengit antarnegara Eropa. Inggris, Prancis, Spanyol, dan Belanda saling berlomba mendirikan koloni di berbagai belahan dunia. Tujuan utamanya adalah menguasai jalur perdagangan dan mendapatkan bahan baku murah.

Wilayah jajahan dijadikan sebagai sumber pemasok dan pasar potensial bagi barang-barang hasil produksi dalam negeri. Skema seperti ini bertahan selama berabad-abad dan membentuk tatanan ekonomi global yang timpang.

Banyak negara jajahan dieksploitasi demi memenuhi kebutuhan ekspor negara induk. Akibatnya, sistem merkantilisme tidak hanya memperkuat negara-negara Eropa, tetapi juga memperlebar jurang ketimpangan antara negara maju dan berkembang.

Meskipun memberikan kekayaan besar bagi negara penjajah, sistem ini menciptakan ketergantungan ekonomi yang sulit diputus oleh negara koloni. Situasi tersebut menjadi latar belakang munculnya kritik terhadap praktik merkantilisme di kemudian hari.

5. Runtuhnya dominasi merkantilisme membuka jalan bagi lahirnya pendekatan ekonomi modern

ilustrasi merkantilisme (commons.wikimedia.org/Mbzt )
ilustrasi merkantilisme (commons.wikimedia.org/Mbzt )

Seiring berjalannya waktu, banyak ekonom mulai mempertanyakan efektivitas merkantilisme. Salah satu kritik utama datang dari Adam Smith, yang mempopulerkan sistem ekonomi liberal melalui bukunya The Wealth of Nations.

Ia menolak pandangan bahwa perdagangan adalah permainan zero-sum, dan memperkenalkan konsep keunggulan absolut sebagai dasar perdagangan internasional. Pandangan ini memberi alternatif baru terhadap sistem ekonomi yang terlalu protektif dan menutup diri dari dinamika global.

Pemikiran Smith membuka jalan bagi kemunculan sistem ekonomi kapitalisme dan perdagangan bebas. Negara mulai mengurangi campur tangan dalam aktivitas ekonomi dan memberi kebebasan kepada pelaku usaha untuk bersaing di pasar terbuka.

Meskipun merkantilisme telah usai, pengaruhnya masih terasa dalam berbagai bentuk proteksionisme modern. Beberapa negara tetap menerapkan tarif tinggi, subsidi industri, dan regulasi ketat sebagai cara mempertahankan kestabilan ekonomi domestik. Artinya, meskipun sudah bergeser, semangat merkantilisme masih hidup dalam kebijakan ekonomi kontemporer.

Merkantilisme adalah sistem ekonomi yang pernah menjadi tulang punggung strategi nasional di masa lampau, dengan cara mengutamakan akumulasi kekayaan melalui perdagangan internasional yang menguntungkan. Meski telah banyak ditinggalkan, prinsip-prinsip dasar dari teori ini tetap muncul dalam kebijakan proteksionisme modern.

Dengan memahami akar sejarah dan penerapan teori ini, kamu bisa lebih kritis dalam menilai arah kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara di masa kini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us