IMF: Risiko Ekonomi Global Naik Hampir 2 Kali Lipat

- Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa risiko ekonomi global meningkat hampir dua kali lipat dari proyeksi sebelumnya.
- Meningkatnya ketidakpastian di sisi kebijakan dan ketegangan perdagangan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global secara signifikan.
- IMF mendorong negara-negara untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih stabil, mengatasi ketidakseimbangan internal, dan melakukan reformasi struktural untuk membangun kembali ruang fiskal.
Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa risiko ekonomi global mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan proyeksi pada Oktober lalu.
Direktur Departemen Riset IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan bahwa meningkatnya potensi risiko ini merupakan dampak dari lonjakan ketidakpastian di sisi kebijakan serta meningkatnya ketegangan perdagangan. Ketidakpastian ini, menurutnya, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global secara signifikan.
"Kami tidak memproyeksikan penurunan global, risiko yang mungkin terjadi tahun ini telah meningkat secara substansial, dari 17 persen yang diproyeksikan pada bulan Oktober menjadi 30 persen sekarang," tegas Pierre dalam keterangannya dikutip, Rabu (23/4/2025).
1. Prospek pertumbuhan dapat segera membaik jika iklim perdagangan stabil dan jelas

Menurutnya, prospek pertumbuhan dapat segera membaik jika negara-negara memperlunak kebijakan perdagangannya dan menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih stabil dan jelas.
"Prospek pertumbuhan dapat segera membaik jika negara-negara melonggarkan kebijakan perdagangan mereka saat ini dan menciptakan lingkungan perdagangan yang baru, jelas, dan stabil," katanya.
Terkait kebijakan domestik, IMF mendorong negara-negara untuk mengatasi ketidakseimbangan internal demi mendorong pertumbuhan dan mengurangi ketidakseimbangan eksternal.
Di sisi lain, ia menyarankan Eropa untuk meningkatkan belanja infrastruktur publik, China untuk memperkuat permintaan domestik, dan Amerika Serikat untuk mempercepat konsolidasi fiskal.
2. Laju ekonomi AS akan alami perlambatan

Ia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan mengalami perlambatan signifikan, berada di level 1,8 persen tahun ini atau turun 0,9 poin dibandingkan proyeksi pada Januari. Namun, menurutnya, level tersebut belum mengindikasikan resesi, mengingat AS adalah negara adidaya dengan ekonomi yang tumbuh pesat dan pasar tenaga kerja yang masih kuat.
Menurut Gourinchas, penurunan proyeksi ekonomi ini bahkan sudah terjadi sebelum Presiden Donald Trump menerapkan tarif dagang terhadap sejumlah mitra dagang utama.
"Kita telah melihat beberapa tanda pelemahan dan perlambatan dalam ekonomi AS, bahkan sebelum pengumuman tarif. Jadi, pada kenyataannya, revisi ke bawah sebesar 0,9 poin persentase hanya sebagian berasal dari tarif mungkin sekitar 0,4 poin," tegasnya.
Lebih lanjut, Gourinchas menyebut bahwa risiko resesi di AS memang meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. "Kami melihat kemungkinan resesi naik dari sekitar 25 persen pada Oktober menjadi sekitar 40 persen saat ini," tambahnya.
3. Negara dengan rasio utang yang tinggi harus hati-hati

Ia menekankan pentingnya lingkungan perdagangan global yang stabil, jelas, dan dapat diprediksi, serta reformasi terhadap aturan perdagangan internasional yang dinilai sudah lama.
Di samping itu, kebijakan moneter harus tetap aktif merespons dengan memperketat kebijakan saat tekanan inflasi meningkat dan melonggarkan ketika permintaan lemah.
"Kredibilitas kebijakan moneter akan menjadi kunci, terutama jika ekspektasi inflasi mungkin melemah," katanya.
Selain itu, Gourinchas memperingatkan bahwa kebutuhan pengeluaran fiskal baru, seperti belanja pertahanan atau kompensasi akibat gangguan perdagangan, bisa menjadi beban tambahan.
Dengan begitu, negara-negara dengan tingkat utang tinggi diminta untuk berhati-hati, menjaga bantuan tetap terarah dan sementara, serta melakukan reformasi struktural untuk membangun kembali ruang fiskal.