Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apple Hadapi Tekanan Investor di Tengah Penurunan Penjualan iPhone

Ilustrasi simbol apple (unsplash.com/Kelly Sikkema)
Intinya sih...
  • Apple di bawah tekanan investor terkait strategi menghadapi tarif impor, pengembangan AI, dan penurunan penjualan iPhone.
  • Ancaman tarif impor Amerika Serikat membuat Apple berencana memindahkan seluruh produksi iPhone untuk pasar AS ke India pada akhir 2026.
  • Investor mendesak Apple untuk mempercepat pengembangan AI karena perusahaan dinilai tertinggal dibanding pesaing seperti Google dan Microsoft.

Jakarta, IDN Times - Apple Inc. berada di bawah sorotan investor yang menuntut kejelasan mengenai strategi perusahaan menghadapi ancaman tarif impor dan pengembangan kecerdasan buatan (AI). Tekanan ini muncul seiring laporan penurunan penjualan iPhone selama dua kuartal berturut-turut, yang menjadi perhatian utama pasar.  

Apple dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartalannya pada Kamis (1/5/2025), yang diprediksi akan mengungkap penurunan kecil penjualan iPhone, terutama akibat pelemahan permintaan di pasar Tiongkok. Investor berharap perusahaan memberikan panduan jelas tentang bagaimana Apple akan menavigasi tantangan global, termasuk kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS) dan persaingan di sektor AI.  

1. Ancaman tarif impor dan respons Apple

Ancaman tarif impor yang diberlakukan pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump menjadi kekhawatiran besar bagi Apple, yang sebagian besar memproduksi iPhone di Tiongkok. 

Pada Jum'at (25/4/2025), Financial Times melaporkan, Apple berencana memindahkan seluruh produksi iPhone untuk pasar AS ke India pada akhir 2026 untuk mengurangi dampak tarif sebesar 145 persen pada barang impor dari Tiongkok. Namun, analis skeptis bahwa langkah ini akan sepenuhnya melindungi Apple dari kenaikan biaya.  

“Memindahkan perakitan ke India tidak menyelesaikan semua masalah karena komponen utama iPhone masih diproduksi di Tiongkok,” kata Craig Moffett, analis senior MoffettNathanson, dikutip dari CNBC.

Apple juga menghadapi risiko penurunan penjualan di Tiongkok akibat sentimen anti-AS yang dipicu tarif, dengan pengiriman iPhone di wilayah tersebut turun 9 persen pada kuartal Maret, menurut data IDC. Untuk mengantisipasi tarif, Apple telah mengangkut 1,5 juta unit iPhone senilai 2 miliar dolar AS (Rp33,3 triliun) dari India ke AS pada Maret 2025 menggunakan pesawat kargo khusus.  

2. Strategi AI yang tertinggal

Investor juga mendesak Apple untuk mempercepat pengembangan AI, di mana perusahaan dinilai tertinggal dibandingkan pesaing seperti Google dan Microsoft. Pendekatan Apple yang berfokus pada privasi telah memperlambat peluncuran fitur AI utama, membuat perusahaan kehilangan daya saing di pasar yang berkembang pesat. Analis eMarketer Jacob Bourne menyatakan  pada Selasa (29/4/2025), bahwa Apple perlu berinovasi lebih cepat untuk memenuhi ekspektasi pasar.  

“Dengan ancaman tarif yang meningkatkan tekanan finansial, Apple harus mempercepat inovasi AI dan realokasi rantai pasok, yang keduanya membutuhkan investasi besar,” ujar Bourne, dilansir dari The Globe and Mail.

Meskipun Apple telah mengumumkan komitmen investasi 500 miliar dolar AS (Rp8,3 kuadriliun) di AS untuk pengembangan AI dan manufaktur, investor tetap khawatir tentang keterlambatan peluncuran fitur AI yang kompetitif, terutama setelah penundaan beberapa fitur kunci yang dijanjikan pada 2024.  

3. Penurunan penjualan iPhone dan diversifikasi pasar

Penurunan penjualan iPhone menjadi sorotan utama, dengan laporan Counterpoint Research menunjukkan bahwa Apple tetap memimpin pasar smartphone global pada kuartal Maret 2025 berkat permintaan kuat untuk iPhone 16e seharga 599 dolar AS (Rp9,9 juta) di India.

Namun, penurunan 9 persen pengiriman iPhone di Tiongkok pada periode yang sama, seperti dilaporkan IDC, menunjukkan tantangan di salah satu pasar terbesar Apple. Apple mulai mempercepat diversifikasi rantai pasok ke Vietnam dan Malaysia pada Kamis (10/4/2025), meskipun negara-negara ini juga menghadapi tarif impor.  

“Apple memiliki sumber daya untuk mengatasi tarif, tetapi ketidakpastian pasar global dapat melemahkan permintaan iPhone lebih lanjut,” kata Dan Ives, kepala penelitian teknologi global Wedbush Securities, dikutip dari Yahoo Finance.

Untuk menjaga pangsa pasar, Apple berupaya menyerap sebagian biaya tarif melalui rantai pasok dan meminimalkan kenaikan harga, meskipun analis UBS memprediksi harga iPhone 16 Pro Max dapat melonjak hingga 2.150 dolar AS (Rp35,8 juta) jika tarif 145 persen diteruskan sepenuhnya ke konsumen.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us