Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bank Dunia Kucurkan Rp2,3 Triliun untuk Pulihkan Listrik Suriah

The World Bank Group (ajay_suresh, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Selama lima tahun terakhir, sektor listrik Suriah mengalami kerusakan parah akibat konflik. Pasokan energi tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga banyak daerah mengalami pemadaman.
  • Proyek SEEP akan memulihkan jalur listrik tegangan tinggi yang rusak akibat perang, termasuk dua jalur interkoneksi utama 400 kV. Gardu induk di wilayah dengan banyak pengungsi yang kembali juga akan diperbaiki.

Jakarta, IDN Times – Bank Dunia memberikan hibah sebesar 146 juta dolar AS (sekitar Rp2,3 triliun) untuk membantu pemulihan sektor listrik Suriah pada Rabu (25/6/2025). Dana ini berasal dari Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) dan akan digunakan untuk memperbaiki jaringan listrik yang rusak akibat perang. Proyek ini juga akan meningkatkan kemampuan teknis dan kelembagaan sektor listrik Suriah.

Direktur Bank Dunia untuk Timur Tengah, Jean-Christophe Carret mengatakan, pemulihan listrik sangat penting bagi rakyat Suriah.

“Di antara kebutuhan rekonstruksi mendesak Suriah, merehabilitasi sektor listrik telah muncul sebagai investasi kritis tanpa penyesalan yang dapat meningkatkan kondisi kehidupan rakyat Suriah, mendukung kembalinya pengungsi dan orang-orang yang terlantar di dalam negeri, memungkinkan dimulainya kembali layanan lain seperti layanan air dan kesehatan untuk penduduk, dan membantu memulai pemulihan ekonomi,” ujarnya, dikutip dari Anadolu Agency, Kamis (26/5).

1. Krisis energi parah landa Suriah

ilustrasi bendera Suriah (commons.m.wikimedia.org/أبو بكر السوري)
ilustrasi bendera Suriah (commons.m.wikimedia.org/أبو بكر السوري)

Dilansir dari Hawar News Agency, selama lima tahun terakhir, sektor listrik Suriah mengalami kerusakan parah akibat konflik. Krisis ini membuat pasokan energi tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga banyak daerah mengalami pemadaman. Gardu induk penting rusak berat, memicu gangguan besar pada jaringan listrik.

Selain itu, kurangnya perawatan, sulitnya mendapatkan suku cadang, dan minimnya investasi memperburuk situasi. Akibatnya, sistem transmisi dan distribusi listrik menjadi tidak stabil dan rawan padam. Kondisi ini membuat masyarakat kesulitan mengakses layanan dasar seperti air dan kesehatan.

2. Suriah targetkan perbaikan jalur listrik dan gardu induk

ilustrasi pembangkit listrik (pexels.com/Pixabay)

Proyek SEEP akan memulihkan jalur listrik tegangan tinggi yang rusak akibat perang, termasuk dua jalur interkoneksi utama 400 kV. Jalur ini penting untuk menghubungkan jaringan listrik Suriah dengan Yordania dan Turki. Gardu induk di wilayah dengan banyak pengungsi yang kembali juga akan diperbaiki.

Selain perbaikan infrastruktur, Suriah akan mendapatkan suku cadang dan alat perawatan untuk menjaga jaringan listrik tetap berjalan. Proyek ini juga mencakup bantuan teknis untuk menyusun strategi, reformasi kebijakan, dan rencana investasi jangka menengah dan panjang. Dengan begitu, kapasitas kelembagaan sektor listrik Suriah akan diperkuat.

3. Suriah gandeng internasional untuk pemulihan jangka panjang

ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Menteri Keuangan Suriah, Yisr Barnieh, menyebut proyek ini sebagai langkah awal pemulihan ekonomi negaranya.

“Ini adalah proyek Bank Dunia pertama di Suriah dalam hampir empat dekade. Kami berharap ini akan meletakkan dasar untuk program dukungan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu Suriah dalam perjalanan menuju pemulihan dan pembangunan jangka panjang,” ujar Barnieh.

Selain hibah Bank Dunia, Suriah telah menandatangani kesepakatan baru dengan konsorsium internasional yang melibatkan perusahaan dari Turki, Amerika Serikat (AS), dan Qatar. Kerja sama ini ditujukan untuk membangun tambahan pembangkit listrik guna mendukung pemulihan infrastruktur energi. Pemerintah berharap kolaborasi ini bisa mempercepat layanan dasar dan mendorong stabilitas nasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us