Bank Dunia: Upah Pekerja Indonesia Turun, Tekan Pertumbuhan Konsumsi

- Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat karena penyerapan tenaga kerja terjadi di sektor informal dengan nilai tambah rendah.
- Upah pekerja informal naik tipis, sementara upah pekerja berketerampilan tinggi hanya terjadi pada industri tertentu.
- Generasi muda sulit mencari pekerjaan dan banyak yang harus masuk ke sektor informal dengan upah rendah.
Jakarta, IDN Times - Bank Dunia mencatat sejak 2018 terjadi penurunan upah untuk pekerja sektor riil di Indonesia. Setiap tahunnya, rata-rata penurunan upah bagi pekerja di sektor riil mencapai 1,1 persen, dengan penurunan terbesar dihadapi oleh pekerja dengan keterampilan tinggi (high-skilled workers). Kemudian, untuk pekerja dengan tingkat keterampilan menengah (middle-skilled workers), penurunannya mencapai 1,1 persen setiap tahunnya.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk dalam peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) di Energy Building, Jakarta, Selasa (16/12/2025).
"Kami mengamati tren penurunan upah pekerja sektor riil sejak 2018," kata Carolyn.
1. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga jadi melambat

Dalam IEP reports, Bank Dunia menjabarkan pada Agustus 2025, terjadi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja hingga 1,3 persen secara year on year (yoy).
Sayangnya, pertumbuhan itu terjadi di sektor informal, yang kontribusi nilai tambahnya rendah. Sektor pertanian paling banyak menyerap pekerja berketerampilan rendah. Adapun pangsa pasar pekerja dengan keterampilan menengah turun dari 71,1 persen pada 2018, menjadi 68,3 persen enam tahun setelahnya.
Menurut Carolyn, kondisi itu mempersempit pertumbuhan jumlah pekerja dengan keterampilan menengah, menekan kesejahteraan masyarakat, yang pada akhirnya menggerus pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
"Pola-pola ini membebani konsumsi rumah tanga meskipun indikator makroekonomi utama tetap solid dan kuat," ujar Carolyn.
2. Upah pekerja informal naik tipis

Dalam kesempatan yang sama, Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, David Knight, melihat pertumbuhan upah hanya terjadi pada pekerja informal atau berketerampilan rendah (low-skilled workers), sebesar 0,3 persen.
Pertumbuhan upah untuk pekerja berketerampilan tinggi hanya terkadi pada industri manufaktur bernilai tambah tinggi, utilitas (khususnya kelistrikan), serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
"Untuk pekerja-pekerja berketerampilan menengah, hal ini menjadi salah satu yang sangat berdampak. Tentunya ini juga kemudian berimbas kepada kesejahteraan rumah tangga dan juga perekonomian negara," ujar David.
3. Generasi muda sulit mencari pekerjaan

Bank Dunia juga menyoroti generasi muda di Indonesia yang kesulitan mencari pekerjaan. Sementara, sebagian besar pekerja berusia 30 tahun harus menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK), yang meningkatkan tingkat pengangguran. Kondisi yang dihadapi generasi muda memaksa mereka untuk masuk ke sektor informal, yang memberikan upah rendah.
"Kaum muda mendapatkan pekerjaan. Tapi, mereka cenderung kurang memiliki pekerjaan yang stabil dan menawarkan perlindungan. Individu berusia 15-24 tahun yang memasuki dunia kerja sebagian besar bekerja di sektor informal tingkat rendah," bunyi laporan IEP.

















