Bank Indonesia: Rupiah Terkendali, So Far So Good

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia meyakini posisi nilai tukar rupiah saat ini masih terjaga, meski dalam beberapa waktu terakhir cenderung mengalami volatilitas akibat penguatan dolar.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 14.30 WIB, rupiah masih berada di level 15.658,5 per dolar AS.
"Rupiah (melemah) sejalan dengan apa yang terjadi di negara-negara regional. Kita kemarin menguat, lumayan bagus. Dunia pasar uang itu up and down suatu hal yang wajar selama masih dalam kondisi terkendali. So far, so good," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI, Edi Susianto dalam Taklimat Media, Rabu (8/11/2023).
1. BI siap intervensi stabilkan rupiah

Karena kondisi tekanan global meningkat, BI pun enggan menargetkan nilai tukar pada level tertentu. Namun apabila ada hal ekstrem seperti pelemahan yang tak biasa, kata dia, maka BI memastikan siap untuk melakukan intervensi.
"Market itu. Let market decide. Kalau ada hal ekstrem, baru Bank Indonesia masuk ke sana intervensi," kata Edi.
2. BI keluarkan instrumen untuk stabilkan rupiah

Guna menjaga kestabilan nilai tukar, BI melakukan intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Teranyar, BI menerbitkan beberapa instrumen baru yang diyakini dapat menjaga nilai tukar. Mulai dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang sudah meluncur sejak beberapa bulan lalu hingga Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) yang meluncur akhir bulan ini.
Instrumen-instrumen ini dinilai mampu menjaga arus modal tidak keluar dari Indonesia sehingga rupiah akan stabil.
"Contohnya SRBI, ya, tadi data yang saya sampaikan lumayan kan ketika global marketnya kondusif, lumayan menguatnya begitu banyak. Ketika melemah tertahan juga karena ada yang masuk. Ini hal yang terus diupayakan pasar sekundernya berjalan," sebut Edi.
3. BI terus perdalam pasar keuangan

Penerbitan SVBI dan SUVBI merupakan langkah pemerintah dalam merespons ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi saat ini. Termasuk sebagai upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan dan menghadirkan instrumen jangka pendek yang menarik bagi investor.
Menurutnya, upaya tersebut diperlukan seiring dengan meningkatnya tekanan di pasar keuangan domestik. Saat ini, terjadi fenomena risk premia, yaitu tingkat imbal hasil surat utang negara mengalami peningkatan dalam merespons volatilitas global.
"Para pelaku pasar di global sell out karena dia ingin hati-hati dengan menempatkan dananya dalam jangka pendek, makanya dia jual jangka panjang ke jangka pendek. Ini yang kemudian memunculkan fenomena cash is the king ini mengakibatkan hampir di semua negara capital outflows," ucapnya.