Barang Murah China Banjiri Amerika Latin, Peritel Lokal Terdesak

- Lonjakan pengguna aktif platform China di Amerika Latin mencapai 105 juta pengguna, meningkat 143 persen dari tahun sebelumnya.
- Peritel lokal di Brasil dan Meksiko merasakan penurunan signifikan dalam sektor retail tradisional akibat harga produk asing yang lebih murah.
- Pembentukan zona logistik khusus di Panama, Republik Dominika, dan pelabuhan Peru untuk mengatasi tekanan luar biasa pada sistem bea cukai Amerika Latin.
Jakarta, IDN Times - Muncul fenomena gelombang barang murah asal China semakin membanjiri pasar Amerika Latin. Konsumen di wilayah ini antusias dengan harga miring produk e-commerce dari China, namun hal ini menimbulkan tantangan serius bagi peritel lokal dan beban bagi layanan bea cukai setempat.
Pertumbuhan pesat e-commerce dari platform China seperti Temu, SHEIN, dan AliExpress menembus angka penjualan diperkirakan melonjak hingga 47 persen mencapai 13 miliar dolar AS (Rp211,2 triliun). Lonjakan ini terutama didorong oleh efisiensi logistik baru dan penyesuaian metode pembayaran lokal yang memikat konsumen Amerika Latin.
1. Lonjakan pengguna aktif temukan pasar baru di Amerika Latin
Pada paruh pertama 2025, pengguna aktif bulanan platform Temu di Amerika Latin meningkat hingga 143 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai sekitar 105 juta pengguna. Fenomena ini menunjukkan pesatnya ekspansi peminat barang e-commerce murah dari China di kawasan tersebut.
Namun, lonjakan ini tak hanya menguntungkan konsumen. Peritel lokal melaporkan tekanan penurunan penjualan yang signifikan akibat dominasi produk China yang terjangkau.
"Platform-platform China memanfaatkan kawasan logistik yang didukung oleh negara dan pelabuhan strategis seperti Chancay di Peru untuk mempermudah distribusi barang, menyingkirkan tarif tinggi dan birokrasi di AS," ujar seorang analis pasar, dikutip Ainvest.
Hal ini memungkinkan pengiriman barang cepat dan mengurangi hambatan tarif dengan melewati bea cukai AS.
2. Tekanan pada peritel lokal dan respons di berbagai negara
Pelaku peritel lokal di Amerika Latin merasakan dampak langsung dari banjir barang murah China. Pada Juli dan Agustus 2025, laporan mencatat terjadi penurunan signifikan di sektor retail tradisional di negara-negara seperti Brasil dan Meksiko. Peritel mengeluhkan sulitnya bersaing dengan harga produk asing yang jauh lebih murah dan pengiriman yang cepat.
Beberapa negara mulai menerapkan tarif antidumping untuk melindungi industri dalam negeri. Brasil, misalnya, telah mengenakan tarif pada produk baja, kabel serat optik, dan besi dari China sebagai respons terhadap overkapasitas impor yang merusak pasar lokal.
“Tarif ini penting agar produk lokal dapat bertahan dan peran industri nasional tidak terkikis habis,” ungkap pejabat perdagangan Brasil, dilansir Irregular Warfare.
3. Bea cukai kewalahan dan pembentukan zona logistik khusus
Pada Agustus 2025, pejabat bea cukai Amerika Latin mengakui tekanan luar biasa yang dihadapi sistemnya akibat lonjakan impor kecil bernilai rendah dari China. Untuk mengatasi, beberapa negara telah memanfaatkan zona logistik dan kawasan bebas bea cukai khusus yang terletak di Panama, Republik Dominika, dan pelabuhan seperti Chancay di Peru.
Zona ini memungkinkan penundaan pembayaran bea masuk dan memperlancar distribusi barang ke negara-negara tetangga.
“Zona bonded ini menyediakan kemudahan dan efisiensi yang kuat, membuat barang tiba lebih cepat dan memudahkan penjual dalam mengelola inventaris tanpa beban tarif awal,” ujar seorang pejabat logistik.
Di sisi lain, bea cukai menghadapi tantangan administrasi besar hingga terjadi keterlambatan dan antrean panjang dalam pengolahan impor.