Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BI Perkirakan Suku Bunga The Fed Bakal Naik Jadi 5,75 Persen

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia memperkirakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada Desember masih berpotensi naik 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen. Alhasil, suku bunga The Fed akhir tahun ini diperkirakan menyentuh level 5,75 persen.

"Suku bunga Fed Fund Rate (FFR) masih bisa naik sekali lagi di akhir tahun ini menjadi 5,75 persen, dari level saat ini 5,25-5,5 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, Senin (13/11/2023).

1. Suku bunga The Fed diproyeksi turun semester II 2024

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Lebih lanjut, Perry pun memperkirakan suku bunga The Fed baru akan berangsur turun mulai paruh kedua di 2024. Kondisi ini pun dipengaruhi dinamika perekonomian global yang diperkirakan masih akan meningkat.

"Ini dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, perang Timur Tengah," jelasnya.

Suku bunga The Fed yang meningkat tahun ini pun berdampak pada naiknya imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun.

"Besarnya utang pemerintah Amerika Serikat karena untuk membiayai COVID-19 dan perang menyebabkan suku bunga obligasi pemerintahan Amerika Serikat atau yield UST juga meningkat tajam," tegasnya.

Dalam catatannya, imbal hasil UST di kuartal III tembus 4,57 persen dan kemungkinan masih akan naik hingga 5,16 persen di akhir tahun 2023.

"Suku bunga yield UST masih akan bertahan relatif tinggi di tahun 2024 dan mungkin baru mulai turun pada paruh kedua menjadi 4,87 persen," jelasnya.

2. Aliran modal asing keluar

Ilustrasi Modal. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dinamika global ini juga berdampak pada keluarnya aliran modal asing (capital ouftlow) dari berbagai negara dan kembali ke Amerika Serikat. Hal ini pun berpengaruh pada penguatan dolar sekaligus pelemahan mata uang di berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Indeks dolar sebelumnya 102,6 di kuartal II, meningkat jadi 103,3 di kuartal III. Kemudian di kuartal IV jadi 107,0 dan itu merupakan penguatan dolar dan tahun depan kemungkinan akan mulai melemah tapi masih akan tetap tinggi 102,1 persen," jelasnya. 

3. Perlunya upaya bersama atasi fenomena ketidakpastian global

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan demikian, Perry menegaskan perlu upaya bersama dari negara berkembang untuk mengatasi fenomena-fenomena ini.

"Perlu untuk menjaga ketahanan ekonomi khususnya dampak terhadap stabilitas nilai tukar juga dampak dari aliran modal keluar. BI pun akan menjaga sistem keuangan disertai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik," ujarnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us