BI Proyeksi Ekonomi Global Tumbuh 2,7 Persen, Bagaimana Indonesia?
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia menyebut ketidakpastian perekonomian global tetap tinggi, sehingga pertumbuhan ekonomi global diproyeksi tetap sebesar 2,7 persen (yoy).
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan saat ini kecenderungan ekonomi China melambat dan ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin kuat.
"Perlambatan ekonomi China disebabkan oleh pelemahan permintaan domestik karena keyakinan konsumen, utang rumah tangga, dan permasalahan sektor properti, di tengah penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global," tegas Perry dalam keterangannya, Jumat (22/9/2023).
1. Inflasi di negara maju masih tinggi

Ekonomi AS yang kuat didukung oleh konsumsi rumah tangga, seiring dengan kenaikan upah dan pemanfaatan ekses tabungan (excess savings).
Sementara itu, inflasi di negara maju masih tetap tinggi karena berlanjutnya tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak.
"Perkembangan tersebut mendorong tetap tingginya suku bunga kebijakan moneter di negara maju, terutama Federal Funds Rate (FFR) AS, yang mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," tegasnya.
Dengan demikian, tekanan aliran modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin tinggi, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.
2. Permintaan domestik topang ekonomi domestik

Sementara itu, Perry meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik karena ditopang permintaan domestik.
"Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan masyarakat yang masih tinggi, termasuk generasi muda yang meningkatkan konsumsi jasa,"ungkapnya.
3. BI proyeksi ekonomi RI tumbuh 4,5-5,3%

Sementara itu, kinerja investasi tetap baik sejalan dengan berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional.
Ekspor melambat seiring pelemahan permintaan global dan turunnya harga komoditas, di tengah ekspor jasa yang cukup kuat. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi juga ditopang beberapa lapangan usaha sektor jasa, seperti Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
"Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 berada dalam kisaran proyeksi pada 4,5-5,3 persen," tegasnya.
Dengan demikian, Bank Indonesia terus memperkuat sinergitas stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan.