Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bitcoin vs Ethereum: Ini 4 Perbedaan Utama yang Wajib Diketahui

ilustrasi kripto (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi kripto (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Bitcoin dan Ethereum berbeda dalam tujuan dan fungsi, dengan Bitcoin sebagai penyimpan nilai digital seperti emas, sementara Ethereum menjadi ekosistem aplikasi terdesentralisasi.
  • Bitcoin diciptakan sebagai mata uang digital terdesentralisasi, sedangkan Ethereum dirancang sebagai platform untuk membangun aplikasi terdesentralisasi dan kontrak pintar.

Bitcoin dan Ethereum merupakan dua aset kripto terbesar di dunia, sehingga kerap disandingkan, meski memiliki teknologi, fungsi, dan tujuan berbeda. Secara fundamental, walau keduanya sama-sama berbasis teknologi blockchain, dan kerap diperdagangkan pada pasar kripto, namun kedua aset tersebut ternyata memiliki perbedaan dari segi kegunaan dan visi.

Bitcoin umumnya lebih dikenal sebagai penyimpanan untuk nilai digital selayaknya emas, sedangkan Ethereum ternyata berkembang menjadi ekosistem yang dapat mendukung aplikasi terdesentralisasi dan kontrak pintar. Oleh sebab itu, pahami beberapa perbedaan utama Bitcoin dan Ethereum agar bisa memberikan informasi luas sebelum berinvestasi dan memanfaatkankannya.

1. Tujuan dan fungsi utama

ilustrasi Ethereum (pexels.com/Moose Photos)
ilustrasi Ethereum (pexels.com/Moose Photos)

Bitcoin diciptakan pada 2009 oleh seseorang (atau kelompok) dengan nama samaran Satoshi Nakamoto sebagai mata uang digital yang terdesentralisasi untuk melakukan transaksi peer to peer tanpa perantara. Tujuan utama dari Bitcoin sebagai alternatif untuk sistem keuangan tradisional yang lebih mengandalkan bank atau lembaga keuangan pusat.

Berbeda dengan Ethereum yang dikenalkan oleh Vitalik Buterin pada 2015, serta dirancang bukan sebagai mata uang digital, namun sebagai platform agar bisa membangun aplikasi terdesentralisasi pada saat menggunakan kontrak pintar. Ethereum dapat memberikan fleksibilitas tersendiri untuk para pengembang yang ingin menciptakan sistem otomatis tanpa perantara.

2. Teknologi dan bahasa pemrograman

ilustrasi kripto (pexels.com/Roger Brown)
ilustrasi kripto (pexels.com/Roger Brown)

Bitcoin ternyata menggunakan script bahasa pemrograman yang jauh lebih terbatas, dan tidak memiliki komputasi kompleks, sehingga fitur yang dimilikinya lebih fokus pada keamanan dan transaksi yang dinilai sederhana. Hal ini mungkin akan membuat jaringan Bitcoin jadi terasa lebih stabil, namun dianggap kurang fleksibel untuk pengembangan sistem berbasis blockchain.

Sementara Ethereum menggunakan adanya pemrograman turing complete seperti Solidity yang memang memungkinkan pengembang bisa membuat logika pemrograman yang cukup kompleks dan kontrak pintar dalam jaringan tersebut. Tidak heran Ethereum dinilai lebih cocok untuk membangun aplikasi, seperti keuangan yang terdesentralisasi, NFT, hingga sistem pemungutan suara.

3. Waktu dan biaya transaksi

ilustrasi kripto (pexels.com/Worldspectrum)
ilustrasi kripto (pexels.com/Worldspectrum)

Bitcoin memiliki waktu konfirmasi rata-rata sekitar 10 menit atau sering kali justru disertai biaya transaksi yang relatif lebih rendah, namun hal ini tergantung pada kepadatan pada jaringan sistem. Bitcoin dinilai lebih cocok melakukan transaksi tidak mendesak dan lebih memprioritaskan keamanan data tinggi.

Ethereum memiliki waktu konfirmasi lebih cepat, sekitar 15 detik hingga beberapa menit karena menawarkan efisiensi lebih baik, namun justru memiliki biaya transaksi lebih tinggi, khususnya pada saat jaringan sibuk. Ini seolah menjadi tantangan tersendiri bagi pengguna Ethereum untuk mengelola biaya operasional aplikasi di dalam jaringannya.

4. Jumlah pasokan dan mekanisme konsensus

ilustrasi kripto (pexels.com/Alesia Kozik)
ilustrasi kripto (pexels.com/Alesia Kozik)

Bitcoin ternyata memiliki jumlah pasokan lebih terbatas, sekitar 21 juta koin, sehingga menjadikannya sebagai aset langka dan kerap disimpan banyak investor. Mekanisme konsensus yang dimiliki Bitcoin menuntut adanya daya komputasi cukup tinggi agar bisa memvalidasi setiap transaksi tersebut.

Mungkin berbeda dengan Ethereum yang saat ini telah beralih melalui pembaruan Ethereum 2.0 yang dianggap lebih hemat energi dan efisien. Selain itu, pasokan Ethereum juga memiliki sifat tidak terbatas, namun mekanisme pembakaran terhadap biaya transaksi dapat mengontrol inflasi token dengan cara lebih seimbang.

Meski Bitcoin dan Ethereum sama-sama memanfaatkan teknologi blockchain, namun keduanya memiliki perbedaan tersendiri dalam berbagai aspek. Pemahaman tersebut sangat penting agar kamu bisa menentukan aset mana yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhanmu. Apakah kamu menggunakan kedua aset tersebut untuk berinvestasi kripto?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us