Blak-blakan Pandu Sjahrir, Ungkap Peran Luhut hingga Masuk Danantara

- Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada akhir Februari 2025 menjadi polemik di tengah masyarakat.
- Publik meragukan kemampuan Danantara mengelola aset BUMN yang jumlahnya ribuan triliun rupiah, sehingga Editor in Chief IDN Times melakukan wawancara dengan Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir.
Jakarta, IDN Times - Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada akhir Februari 2025 menjadi polemik di tengah masyarakat.
Ada banyak keraguan terhadap Danantara lantaran jumbonya total aset yang bakal dikelola nantinya. Publik menilai sejauh apa Danantara bisa dipercaya mengelola aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang jumlahnya ribuan triliun rupiah.
Untuk menjawab keraguan tersebut, Editor in Chief IDN Times, Uni Lubis pun berbincang langsung dengan Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir. Bukan hanya soal Danantara, Pandu pun banyak bercerita tentang hidupnya sebagai seorang anak aktivis sekaligus ekonom kawakan Indonesia, Sjahrir menanggapi kondisi RI saat ini.
Berikut wawancara lengkap dengan Pandu Sjahrir dalam program Real Talk with Uni Lubis yang telah tayang di YouTube IDN Times:
Apa yang paling Pandu ingat dan menginspirasi untuk kehidupan termasuk sekarang dari ayah (Sjahrir)?
Saya grow up-nya sama ayah sebelum ayah meninggal tahun 2008, tapi ya saya kenalnya sebagai seorang ayah, jarang sebagai seorang profesional. Yang saya ingat memang paling ketika ayah waktu Mei '98. Saya lagi di Chicago, University of Chicago terus ditelepon malam-malam, waktunya Jakarta pagi ayah hilang, ditembakin.
Wah shock saya kan. Ini ke mana ayahku, walaupun habis itu malamnya ketemu dia sama Muhammad Chatib Basri pada saat itu di got. Habis dari got berhasil kabur. Di situ saya bilang, apa yang terjadi di Indonesia ini? Ayahku kenapa sangat lantang? Tapi juga kadang-kadang ya, I understand adalah ayahku.
Jadi saya ingat ayah saya. Habis itu waktu saya balik pun 2001 nih saya ingat juga nih, ayah tuh pernah ngomong karena dia bikin partai, namanya partai Indonesia Baru. Terus saya kan sebagai anak pada saat itu baru mulai kerja di Amerika, juga di New York, di Lehman Brothers. Waktu itu saya nanya, 'Uang mau ke mana (dengan mendirikan) partai politik?'. Dan saya sama adik saya pernah nanya, 'Ini bagaimana soal warisan?'. Warisan lah, jujur aja ngomong warisan gimana?
Dia bilang ke saya, agak setengah teriak, 'Uangku adalah uangku, uangmu adalah uangmu. Aku bakar uangku, itu adalah urusanku, aku udah kasih kamu kail. Tinggal silakan kamu cari ikannya sendiri'. Di situ saya sadar, bos. Saya harus kerja keras. Jadi di situlah saya mulai umur 21 kerja jadi investment banker sampai umur 30 (tahun). Kerja private equity, baru balik ditarik ayah saya meninggal, in between that process itu. Jadi saya bilang, udahlah saya menetap di Amerika, kerja aja, doing very well, tiba-tiba suatu hari umur 30 (tahun), ada seorang paman saya datang ke kantor saya. Saya persingkat aja ceritanya, dia ngomong ke bos saya, 'Pandu akan meninggalkan kamu dan pindah ke Indonesia'.
Ini paman Pak Luhut (Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan). (Dia bilang), 'Ini ibunya sama saya setuju'. Saya kan kaget, saya ga pernah kerja sama om saya. Orang kan juga aduh agak galak-galak dikit kan emang. Terus saya pindah, ya ini hebatnya om saya. Saya pindah gak pernah ngomongin gaji. Ya, rupanya gajinya sepersepuluh yang dibayar saya di Amerika. Dia bilang, here I learn how to negotiate and not negotiate pada dengan darah sendiri dan di situ saya juga ingat, om saya bilang, 'Aku tuh sebelum hire kamu, udah cek tiga orang'.
Satu dia sebut waktu itu, Pak Tom Lembong, yang kedua dia sempat sebut Patrick Walujo, 2010 nih. Terus ada lagi orang ketiga disebutnya. Semuanya pada saat itu udah punya private equity, bisnis, mulai lagi keren-kerennya. Hah? Masa saudara sendiri lu check and recheck? Tapi itulah om saya.
Itulah cerita awal saya bangun perusahaan yang namanya TBS (PT TBS Energi Utama Tbk/TOBA), tapi memang awal karier hidup saya tuh saya belajar dari seorang Sjahrir. Dia orang yang berapi-api. Actually very friendly. Banyak banget temannya dan temannya tuh bener-bener hardcore soal beliau, tapi kepada seorang anak, bisa dibilang, both can be loving, tapi juga very tough.
Dia bilang, at the end though, hidupmu adalah hidupmu. Dari awal dia ngomong. Warisannya udah dikasih. Apa? Ya kamu tuh uang sekolah, college. Udah, that's it. Setelah itu kamu mau S2, bayar sendiri. Jadi ya saya waktu S2, Stanford (University), bayar sendiri. Alhamdulillah bisa, habis itu kerja. Makanya saya bilang, udah mungkin saya kerja di Amerika aja karena orang bisa menghargai kerjaan saya. Habis itu hidup saya sangat berubah setelah balik ke Indonesia akhir 2010.
Pandu dikenal sebagai anak muda, pengusaha muda yang dekat dengan oligarki, terutama sejak Presiden Jokowi. Katanya, banyak mendapatkan kemudahan segala macam, apalagi karena jadi keponakannya Pak Luhut yang dianggap luar biasa. Gimana kamu melihat itu?

Jadi kalau saya melihat tuh punya kedekatan atau punya akses saya gak bakal munafik. Saya banyak berterima kasih sama Tuhan, bisa dibilang lahir bener lah. Saya punya ayah saya almarhum, ibu saya sekarang, Pak Luhut juga menambah dinamika juga karena saya tadi bilang 2010 and at the time juga saya pertama kali kenalan Pak Jokowi itu tahun 2011.
Dulu pertama kali saya kenal seorang Pak Jokowi waktu itu kalau saya gak salah Pak Luhut punya JV (joint venture) bareng, bikin perusahaan mebel. I'm like what is this, meubeul company, right? Saya belajar-belajar aja and at the time nobody knows siapa Pak Jokowi. Memang rising-nya waktu dia memenangkan Gubernur Jakarta dan kemudian tiba-tiba mencalonkan diri menjadi presiden dan saya ingat itu kalau Pak Luhutnya bilang, 'Yang pertama ini bisa jadi gubernur, Ndu'. Masa? Terus setahun kemudian ini bisa jadi presiden, ya udah kita all out aja, tapi kan lawannya also in a way your best frenemies, Om Prabowo pada saat itu. Saya manggilnya beliau begitu kan karena kebetulan udah kenal lama secara keluarga juga. My late father used to work juga kepada Profesor Sumitro. So you know, Indonesia is small, banyak sekali interaksi seperti ini. Makanya it's interesting buat saya.
Nah 2013, 2014 bisa dibilang sampai sekarang, saya makanya menjadi sangat sangat realize, apapun yang saya lakukan 10 tahun yang lalu pasti akan reflect every 10 years. Saya juga make a conscious decision, pada saat itu saya gak mau terlalu banyak bisnis SDA, sumber daya alam dan itu namanya batu bara, coal mine, coal power plant. Saya malah pengen banyak fokus sumber daya manusia. Jadi my first hit sebenarnya waktu itu saya invest sama Nadiem (Makariem), perusahaan kecil-kecilan ide dia bikin bisnis sosial namanya Gojek, tapi my real big hit adalah invest ke teman sekolah saya, namanya Forrest Li, bikin perusahaan gaming, namanya Garena. Garena itu akhirnya membuat namanya Shopee. Saya menjadi chairman pertama di situ. Pegawai nomor 88, bayangin 88. Sekarang, waktu saya keluar dari SEA (induk Shopee dan Garena), waktu itu went public 2017, kita berhasil bangun dari 88 karyawan, 88 karyawan global, di Indonesia paling hanya 15 orang. Di Indonesia sendiri menjadi 20 ribu, sedangkan dunia almost 60 ribu pada saat itu.
Jadi saya bangga karena itu kan nggak banyak intervensi politik. Bikin Shopee, bikin main gaming Garena. That's really yang banyak berkah buat saya, tapi ya dari situ ya saya membuat perusahaan investasi, etc. Ada lagi perusahaan-perusahaan teknologi lain yang saya juga ikut berinvestasi. Orang muda kenalnya saya karena investasi, tapi kalau orang ngomong ya mungkin karena dia dekat dengan Luhut, dapet dengan itu, tapi jawaban saya simple, nggak ada kan yang Garena. Nggak ada sama sekali. Malah di situ saya harus choose. Jadi between 2016 sampai 2021, saya hanya boleh di satu perusahaan tech yang besar, yaitu hanya Garena, yang akhirnya punya Shopee, Seabank, dan sebagainya pada saat itu. Saya hanya banyak urusin gaming sama e-commerce. Setelah saya keluar dari SEA tahun 2021 because i decided it’s time, udah sangat besar. Bahkan saya pindah akhirnya menjadi Komut di Gopay dan saya memang lebih banyak fokus ke perusahaan investment saya.
Dalam karier tersebut, apakah Pandu pernah mengalami investasi yang gagal dan bermasalah?
Kalau bermasalah nggak, tapi kalau gagal pasti sering karena kan banyak sekali investasi di venture capital dan itu memang high risk, high return. Tapi alhamdulillah di sektor energi atau pun misalnya kayak di TBS, most of them work, jalan. Kita waktu itu mau beli (PLTU) Paiton 2017, berhasil jual 2021. Profitnya apa yang kita lakukan? Kita lakukan pindahin ke renewable energy.
Jadi kita sekarang banyak fokus, eh dulu karena saya sudah meninggalkan TBS, (fokus) kepada renewable energy, EV yang joint venture dengan GoTo, dan juga waste management. Malah boleh saya bilang, TBS ini makin lama akan menjadi perusahaan regional. Kita membeli waste management terbesar di Singapura bernama SembCorp. Sekarang arahnya ke luar negeri.
Kontroversi yang melingkupi Pandu Sjahrir ini adalah soal investasi, soal GoTo. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Saya nggak tahu, when public? Saya rasa ada isu juga karena harga turun di mana semua pada anjlok juga. Memang waktu itu sempat naik ke harga (saham) Rp300 terus turun ke Rp50. Sekarang udah pelan-pelan udah naik ke Rp85, Rp86 dan inshaallah bisa lebih tinggi lagi.
Memang ada riset valuasi di perusahaan-perusahaan e-commerce secara garis besar, ini tidak unik kepada GoTo. Terjadi juga kalau Anda lihat SEA, peak-nya 380 dolar AS sempat turun ke 30 dolar AS, malah lebih besar lagi 90 persen penurunannya. Sekarang udah balik ke 100 dolar AS plus. Balik juga ke Grab, itu juga sama. Sempat naik ke 20-an olar AS. Sekarang di harga 5 dolar.
Jadi, ini bukan unik dan memang GoTo itu comparable-nya dunia. Banyak investornya, global investor dan ini memang resetting, tapi sekarang udah mulai balik lagi karena even GoTo pun sekarang udah perusahaan yang profitable. Saya juga bangga melihat GoTo sekarang di bawah pimpinannya Pak Patrick Walujo sudah menjadi perusahaan yang jauh lebih kokoh.
Danantara adalah perusahaan atau institusi pertama yang secara resmi Pandu menjadi bagian dari pemerintah. Boleh tahu nggak kapan persisnya dan siapa yang mengontak Pandu untuk bergabung dengan Danantara?

Saya waktu itu diperintah Pak Seskab (Teddy Indra Wijaya), diminta Pak Seskab, bisa nggak ketemu Presiden (Prabowo). Ini 10 minggu yang lalu. Habis itu saya datang, saya kira saya ditawarin suatu pekerjaan. Rupanya yang ditawarin adalah urusan Danantara.
Nah yang menarik, saya nanya ke Presiden, 'What is Danantara?' Dia kaget, kok kamu nggak tahu? Saya (jawab) pengen denger langsung dari beliau. Dia bilang, 'Saya ingin membuat semacam sovereign fund yang bisa menjadi agent untuk growth Indonesia ke depan. We have to make it sangat profesional. We have to make it international dan sesuatu yang bisa kita banggakan kepada anak cucu kita'. Saya kaget, terus dia kasih tahu idenya konsolidasi segala.
(Saya tanya) Pak soal politiknya gimana? (Presiden jawab), 'My problem, saya akan handle. Your job, build the best company yang kamu bisa'. Saya sempat bilang juga, Pak, saya belum pernah melakukan hal seperti ini. I can only try my best, Pak. If you're offering, I can only try my best, dengan kemampuan saya, pengetahuan saya, ya that's all I can give you. Saya tanya juga KPI-nya apa Pak? 'IRR (Internal Rate of Return) dan risk management'. Saya kaget, saya belum pernah ada presiden ngomong IRR atau return, tapi ya buat saya sebagai seorang kepala negara, saya agak kaget rupanya pemikirannya seperti itu.
Ya saya waktu ditanya apakah Anda bersedia, ya saya langsung jawab, siap Pak! With all the risk yang most likely bakal ada, all the scrutiny yang mungkin pasti ada, saya anggap ini niat yang luar biasa baiknya.
Waktu itu dipanggilnya sebagai Chief Operating Officer, terus akhirnya saya ketemu dengan Pak Muliaman, Pak Kaharuddin Jenod, terus ada menteri-menteri lain. Ya pada saat itu baru mulai tuh 10 minggu. Waktu itu kita ada berbagai macam literasi. Ya saya fokus apa yang saya ngerti. Pada saat itu memang apakah kita akan melalui PP (Peraturan Pemerintah), jadi tata negara. Jadi selama 10 minggu terakhir, saya banyak belajar malah soal tata negara dulu.
Jadi misalnya saya jelasin juga, pertama tuh actually forming the institution first. Jadi niatnya udah ada, ya kita forming the institution. Saya baru sadar juga, oh rupanya ada undang-undang. Dari undang-undang, ada PP. PP mungkin bukan satu, ada beberapa PP.
Dari PP ada Keppres (Keputusan Presiden), dari Keppres seterusnya. Jadi memang pembentukan Danantara ini adalah proses politik. Nah, dari situ bagaimana transisi dari proses politik menjadi korporasi. Nah, ini challenge berikutnya, we're going to the next step sekarang.
Nama yang muncul di Dewan Pengawas juga adalah Tony Blair. Itu dia benar di Dewan Pengawas atau apa? (wawancara sebelum struktur organisasi Danantara diumumkan lengkap)
Dewan Pengawasnya orang Indonesia. Itu kalau misalnya nyebut nama-nama seperti tadi tuh, kita memang sekarang membuat semacam konsep namanya International Board of Advisors yang nantinya akan ada di leher BOD. Fungsi mereka adalah untuk memberi advice secara global.
Fungsi mereka adalah pertama, memberi advice garis besar apa yang sedang terjadi di dunia. Kedua, tren baik politik dan tren ekonomi yang bisa efek ke Indonesia seperti apa dan juga untuk memberi impartial view, apa yang sedang terjadi? Saya juga perlu, kami semua memerlukan impartial view karena kadang-kadang kita sangat fokus ke urusan domestik, kita kadang-kadang lupa the rest of the world is doing something. Di situ saya juga perlu akses yang bagus sekali. Saya pengen tahu what are the global leaders thinking tentang situasi yang sedang ada untuk diri mereka juga.
Nah ini penting sih karena at the end Danantara pun menjadi salah satu sovereign fund terbesar di dunia, top ten malah langsung dan ini bayi yang sudah sangat besar. So we have to grow this baby well. Jadi makanya saya perlu masukkan dari kiri kanan, to make sure bayi ini sehat, besar, baik, dan bisa nantinya menjadi institusi yang sangat kuat.
Kritik dari publik adalah Tony Blair sebelumnya Dewas di IKN. Pikiran publik itu kan kalau orang seperti Tony Blair itu diharapkan juga untuk bisa mendatangkan investasi, tapi kan ternyata nggak ada?

Kita berbeda pendapat karena tergantung, at the end membawa investasi adalah kita, yang menjalankan. Siapapun itu yang disebut-sebut namanya, tadi ada sempat menyebut nama Ray Dalio. Saya udah berapa kali, enam kali berbincang dengan Ray the last year and a half tentang ini, juga masukkan beliau tentang sovereign fund.
Jadi banyak sekali masukkan dia secara how do you compose investment philosophy, investment program, dan kebetulan memang beliau sangat berpengalaman dalam hal itu. Jadi ya saya banyak dapat masukkan lah, banyak belajar karena seperti tadi yang awal saya bilang, saya kan juga have never done anything of this scale. Jadi saya perlu banyak belajar, tapi saya yakin bisa.
Tujuan Danantara adalah mengoptimalkan aset-aset BUMN, tapi tetap menggunakan orang-orang yang selama ini sebetulnya sudah mengurus BUMN. Ini adalah respons dari publik sehingga gak percaya, bagaimana menurut Pandu?

Pertama yang mungkin perlu diperjelas, ya ini tugas kami memperjelas ini juga adalah revisi Undang-Undang BUMN. Jadi pertama yang manusia berbuat, tapi kan memang ada jalur-jalur yang gak bisa dilewati. Revisi Undang-Undang BUMN ini menurut saya sangat baik, kenapa? Karena di sini satu adalah penguatan business judgment rule, di mana janganlah diskresi, didikriminalisasi itu mungkin sangat penting di mana selama perbuatan itu memang sesuai proper channel, investment memo yang bener, etc, ya sudah harus diperbuatkan dan juga memang dalam berinvestasi, ya dari seribu bisa aja satu salah dan gak bisa dong itu semua disalahkan, tapi ada orang juga saya tahu publik menanya, oh artinya orang bisa menyalahgunakan, etc. Itu udah ada proses dan itu ada dalam undang-undang. Kalau itu hanya untuk menguntungkan pribadi Anda atau ada konflik, ya tetap Anda bisa diproses. Itu satu.
Soal audit, ada juga yang nanya soal audit. Ini juga bagus karena di sini kan kita akan diaudit oleh kantor akuntansi publik. Ya tentu yang terbaik yang bisa kita cari untuk pekerjaan-pekerjaan kita dan ini sangat penting dan dibilang kalau apakah ada role BPK, etc. Pak Presiden mungkin juga udah share, oh nanti bakal di-oversight committee Ketua BPK pun kayaknya akan diajak masuk. Jadi publik malah saya rasa should worry less karena sudah ada di dalam struktur. Terus yang penting juga dengan adanya superholding seperti ini, kita bisa punya helicopter view, bagaimana aset ini dikonsolidasi etc yang nantinya should be positive dan emang tugas utamanya dengan perubahan struktur ini ya orang bekerja bisa lebih optimal, yang penting kan individunya bisa mengerjakan dengan baik.
Bagaimana kalau misalnya Danantara menerbitkan bond? Apakah itu benar-benar ada yang membeli?
Jadi gini, yang paling penting kalau kita menggunakan, menerbitkan tadi seperti itu harus ada purpose yang jelas. Jadi kita harus mencari proyek yang sudah disebut sama Pak Presiden, beberapa proyek strategis yang sedang kita lihat, di mana kita bisa memilih mana yang paling kita fokuskan.
Tentu kita bisa saja menerbitkan obligasi luar negeri, apapun dalam negeri, yang di mana nanti kita harus lihat reaksi pasarnya, mana ada inginannya. Tapi so far yang saya dapat sih, enthusiasm-nya cukup tinggi nih untuk soal obligasi luar negeri. Ini baru saya belum ngomong, banyak sekali market yang udah nawarin.
Jadi saya juga menarik nih, kok enthusiasm-nya tiba-tiba tinggi dari sisi fixed income-nya. Kalau dari sisi public market, tadi Ibu (Uni) sudah ngejelasin sedikit lah, agak mixed, karena orang juga ada isu soal MSCI yang minggu lalu keluarin. Jadi ada technical selling lah.
Nah poinnya buat saya sih, I have to find a good project untuk bisa investasikan. Baru kedua soal pendanaan, tapi I'm less worried soal pendanaan ini. Saya malah ingin bisa kita semua membuktikan di Danantara bisa investasi dengan baik.
Artinya gak akan ada konflik, misalnya penerbitan bond, tapi nanti yang beli bank negara yang notabene bagian dari Danantara. Itu gak akan terjadi?
Terjadi gak terjadi, kalau banknya menganggap itu bagus sekali, biasa aja mereka sendiri yang bakal beli, tapi feeling saya, kebanyakan besar dari luar negeri karena memang banyak yang menawarkan ini semua dari luar negeri, which is a good thing karena itu kan masih bagian dari investasi Indonesia.
Kita menjelaskan Danantara dalam bahasa bayi kepada publik ya. Sumber investasinya, modalnya dari mana?

Jadi sumber investasinya nanti bakal berhasil dari dividen atau keuntungan BUMN, perusahaan-perusahaan yang ada di BUMN. Per hari ini semua keuntungan itu dividen dibagi dua. Untuk yang Tbk (perusahaan terbuka) dibagi kepada minority shareholder, dan sebagiannya kepada pemegang saham kendali, which is Kementerian Keuangan dan itu masuk ke kas negara. Uangnya ke mana? Ya tergantung APBN.
Sekarang keuntungan itu dialihkan ke Danantara. Danantara akan mengelola uang itu untuk diinvestasikan kembali. Ini mungkin perbedaan yang paling krusial karena uang ini akan diinvestasikan berbeda dengan dulu di kas negara masuk, di mana itu sebagian besar mungkin buat working capital. Tidak ada hitungan buat daily working capital suatu negara.
Ketika mau mengembangkan investasi tersebut, ada leverage, dengan cara leverage modal dari Danantara, tapi kemudian bisa mengundang financing dari pihak lain. Bagaimana mekanismenya yang akan dilakukan?
Tergantung, saya bisa bikin proyek finance, jadi uangnya hanya di proyek tertentu. Bisa juga semacam joint venture, di mana nanti ada equity yang masuk bersama partner. Bisa juga pinjaman dari pasar modal, dari sisi bond, untuk masuk ke suatu proyek tertentu. Jadi bisa ada beberapa layer dan saya rasa sih nanti pasti kakak (Uni) akan scrutinize juga dengan apa investasi yang kita lakukan.
Kan Pandu sudah ngasih kisi-kisi nih, mungkin investment pertama dari Danantara ini akan boring. What kind of investment yang boring?

I think kalau dari sisi saya sebagai seorang investor, boring is good. Boring itu biasanya cash flow, ada balik modal, payback. Jadi ya simple. Saya suka investasi sesuatu yang mungkin sangat simple. Ya jelas-jelas saja, mudah.
Jadi kayak tadi soal ketahanan energi sebenarnya kan hanya dua. Naikin produksi dalam negeri, dan juga bisa mengelola dalam negeri. Jadi import kita kecilin over time. Ya itu aja sih seharusnya return-nya bagus. Kenapa? Karena saya ada savings, dan juga payback dari proyek itu tersendiri.
Tugas saya adalah gimana make sure ngurangin cost untuk dari sisi pembangunan, cost of capital-nya, tapi saya juga harus partner-an sama orang yang benar-benar mengerti bagaimana mengelola itu. Bisa saja Pertamina, bisa juga dengan perusahaan internasional yang sering melakukan itu.
Di Undang Undang BUMN disebut ada holding investasi, ada holding operasional. Ini maksudnya gimana?
Jadi gini, holding operasi tugasnya adalah mengoptimalkan aset-aset yang ada di bawah. Kalau saya ngomongnya total shareholder return. Jadi fokus untuk bisa makin lebih efisien, makin besar, bisa membayar dividen lebih besar lagi nanti ke depan. Simple ya. Tugasnya (holding) investasi adalah menginvestasikan dengan baik hasil dividen tersebut yang bisa nanti menghasilkan return yang baik, dan juga bisa menambang lapangan kerja.
Risk-nya untuk dua-duanya agak beda. Jadi kita nggak bisa gabungin orang operasi mempunyai risk yang berbeda dengan orang investasi. Jadi itu makanya kita dibagi dua. Jadi sebenarnya itu adalah penyelesaian yang mudah dan elegan yang disampaikan di Undang-Undang BUMN.
Saham merah putih yang 1 persen sebelumnya dipegang oleh Menteri Keuangan, dengan adanya UU BUMN ini, pindah ke Menteri BUMN ya?

Satu share dipindahkan ke Kementerian BUMN. Sisanya 99 persen, whatever lah, semuanya dipindahkan ke Danantara. Ini role-nya dari sisi Danantara adalah untuk mengoperasikan, mengawasi segala, sedangkan dari sisi Kementerian BUMN is for the public policy, penugasan, kalau misalnya ada penugasan dan seterusnya.
Dan juga yang mungkin yang elegan dari undang-undang ini apabila ada penugasan dari negara uangnya akan datang dari negara. Jadi bisa kita pisahkan soal PSO (Public Service Obligation) yang mungkin terkait kepada beberapa perusahaan-perusahaan yang ada di BUMN.
Ada gerakan menarik tabungan dari bank negara karena belum trust dengan Danantara. Ini gimana sebenarnya? DPK akan masuk dalam yang dikelola dan diinvestasikan Danantara?

Kita tidak memakai dana pihak ketiga untuk itu (Danantara). Itu kan ada di bank. Let the bank do the bank’s job, your money is your money. Kita hanya fokus kepada dividen atau hasil keuntungan dari net income yang nantinya dibagikan kepada pemegang saham publik dan juga kepada Danantara sebagai pemegang saham pengendali. Udah kita kelola saja itu.
Jadi nggak ada hubungannya. Jadi ya kakak-kakak, millennial semua, gak usah khawatir soal uangnya yang ada di bank. Itu ya di situ saja. Itu uang-uang kalian, yang kita lakukan dari hasil keuntungan suatu perseroan seperti bank-bank Himbara. Untungnya nantikan dibagi, dividen misalnya. Anda pemegang saham BNI, Mandiri, BRI, kalian juga menerima keuntungannya. Kalian juga mungkin menginvestasikan. Jangan lupa diinvestasikan ya by the way kalau punya saham bank-bank itu. Nah tugas kita menginvestasikan juga.
Bagaimana hubungan kerja dan role Kementerian BUMN, BPI Danantara, dan holding operasional ke depannya?
Kita semua bertiga koordinasi antara saya, Pak Rosan, Pak Doni, bertiga saling mengisi dan kebetulan background kita ini semua dari private sector. Pak Rosan seorang pengusaha, saya profesional turn into pengusaha, Pak Doni juga seorang profesional, jadi seorang CEO.
Jadi kami semua belajar berorganisasi, belajar juga mengembangkan organisasi dan di sini yang bagusnya di antara ketiga-ketiga tidak ada ego, kerja aja. Jadi kita semua nyatu. Yang penting kita semua punya tanggung jawab masing-masing. Kita lapor kepada ketua kita, Pak Rosan, kita make sure kita semua ini organisasi sukses. Jadi ya bisa dibilang sekarang nih, sampai saya dikomplain sama istri saya, lebih banyak saya ngomong sama mereka berdua dibandingin sama si Ratna (istri saya).
Kalau investasi Danantara rugi, apa dampaknya terhadap BUMN dan segala macamnya?

Kalau investasi nih gini, dari investasi itu kan ada dua. Ada investasi di perusahaan-perusahaan BUMN itu sendiri, which they do anyway, tapi saya rasa pertanyaannya investasi di sisi Danantara-nya. Ya kalau misalnya rugi, kita harus memperbaiki gimana proses kita karena yang saya tahu, ini sekarang saya juga lebih menyadari lagi, whatever we do, semua orang akan ngeliatin.
Jadi insyaallah saya akan go through all the process untuk check and recheck. Seperti kata Presiden, I will take my time and I will be slow and deliberate. Ya udah, saya akan lakukan itu. Saya cukup yakin the first, four, or five investment, scrutiny-nya cukup sangat tinggi, tapi abis itu ya udah, business as usual. Feeling saya begitu. Tapi kita lihat lah, at the end nanti insyaallah saya dipanggil lagi sama Kak Uni untuk jelasin the first, two investment yang mungkin kita akan lakukan and that's our job. Kita sangat self-aware soal itu.
Soal Danantara terkait governance, kekhawatiran publik, efisiensi anggaran, makan bergizi gratis menjadi satu isu keresahan demo-demo mahasiswa dan hashtag Indonesia Gelap. Sebagai anak seorang aktivis, bagaimana Pandu menanggapi itu?

Wah, saya baru belajar nih Kak. Makanya saya belajar sejarah. Mau gak mau saya banyak beruntung relasi ayah saya di sini.
Jadi tahun 98 terjadilah huru hara. Dulu Kementerian BUMN itu tidak ada. Dulu adalah bagian dari Eselon 2 Kementerian Keuangan. Terus naik menjadi Eselon 1. Yang menulis undang-undang pada saat itu adalah yang bernama Bacelius Ruru pada tahun 2003 yang adalah Komut TBS.
Jadi saya baru belajar iya. Terus saya juga nanya kepada Menteri Kedua BUMN, Pak Laksamana Soekardi, karena unfortunately the first one already passed away. Saya tanya yang kedua, apa sih ini barang? Kenapa menjadi BUMN pada saat 98 ini terjadi? Karena orang ingin BUMN ini bisa kita lihat di-run seperti corporate pada saat itu, tapi memang setengah-setengah tetap ada juga role of state yang besar. Jadi saya tanya, ini bener gak sih ide Danantara? Ini yang kita tunggu-tunggukan.
Makanya saya tertarik, kenapa? Karena ini full korporat, less politik, more korporatisasi. Jadi saya kaget, rupanya the one who really wanted to do it, 20 years ago adalah beliau-beliau ini and it happens to be, this is the right time, the right leader, the right person who wants to push it and what's so interesting, the president at the time did not agree dan jangan lupa, 98 is about that particular president that had to be replaced, makanya keluar ide ini.
Which is also interesting, penanda tangan pertamanya adalah Presiden Megawati pada saat itu and this is what they wanted to do. Jadi ini saya merasa bagian dari sejarah karena saya lihat ini adalah keinginan senior-senior saya dan sekarang kita lakukan. Malah saya bilang the biggest threat is not doing it. Kenapa orang worry? Karena ini mengganti status quo dan saya melihat perubahan status quo harus terjadi, regardless, ini pasti terjadi dan saya merasa ini kesempatan emas buat kita. That’s it, sesimpel itu.