BSI Bidik Pengelolaan Emas 53 Ton pada 2030

- Bisnis emas BSI tumbuh 72,82 persen secara tahunan
- Emas menjadi investasi favorit masyarakat Indonesia
- Lisensi bullion bank BSI mendongkrak pendapatan perusahaan
Jakarta, IDN Times – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menargetkan pengelolaan emas sebanyak 53 ton pada 2030. Sementara itu, sepanjang tahun ini, BSI telah berhasil mengelola emas sekitar 19 ton.
Wakil Direktur BSI, Bob Tyasika Ananta memastikan pengelolaan emas perusahaan berjalan dengan aman. Bisnis emas menjadi bagian dari ekosistem bisnis Islami yang sejalan dengan misi perusahaan. BSI juga menjadi satu-satunya bank yang memiliki lisensi sebagai bullion bank.
"Memang pada September 2025, emas yang dikelola BSI baru mencapai 19 ton. Namun, kami memproyeksikan pada tahun 2030, jumlah tersebut akan meningkat hingga 53 ton, dan mungkin akan terus berkembang lebih jauh," ungkap Bob dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/10/2025).
1. Bisnis emas BSI terus berkembang pesat

Berdasarkan data BSI, sejak resmi menjadi penyedia bullion bank pada akhir Februari lalu, bisnis emas BSI tercatat tumbuh sebesar 72,82 persen secara tahunan, dengan total nilai mencapai Rp18,76 triliun. Layanan bullion ini mencakup Cicil Emas yang mencapai Rp10,32 triliun atau tumbuh 106,36 persen dan Gadai Emas sebesar Rp8,44 triliun, naik 44,19 persen.
Selain itu, BSI juga mencatatkan pertumbuhan pada Tabungan E-mas, dengan saldo kelolaan 1,15 ton, penjualan 1,69 ton, dan jumlah rekening emas (CIF) mencapai 200 ribu.
2. Emas jadi pilihan investasi favorit masyarakat

Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, emas kini semakin menjadi pilihan utama bagi para investor di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, tren investasi emas telah berkembang pesat, dengan banyak investor yang mulai beralih dari instrumen tabungan dan deposito ke emas.
Adapun perubahan ini sudah terlihat secara bertahap sejak tiga tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari investasi emas, terutama dengan harga emas yang terus merangkak naik.
“Tren ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin tertarik untuk menyimpan dan berinvestasi dalam emas, sebagai instrumen yang lebih aman dan menguntungkan dibandingkan dengan tabungan konvensional atau deposito,” ujar Anggoro.
Menurut Anggoro, perkembangan ini menjadi peluang besar bagi BSI untuk terus memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar dalam bisnis emas syariah.
"Alhamdulillah, dengan situasi likuiditas yang membaik dan harga emas yang terus meningkat, Bank Syariah Indonesia memiliki keunggulan daya saing yang kuat, karena menjadi satu-satunya bank yang memiliki dua lisensi penting, yaitu lisensi Bank Syariah dan Bank Emas," ucap Anggoro.
3. Lisensi bullion bank yang dimiliki BSI jadi pendongkrak pendapatan

Menurut Anggoro, lisensi bullion bank yang dimiliki BSI sejak Maret lalu menjadi pendorong utama pertumbuhan perusahaan. Ia menyebut, layanan bullion tidak hanya berfungsi sebagai recruiter baru bagi BSI, tetapi juga menjadi sumber pendapatan yang signifikan.
"Dengan kapabilitas terbesar Bank Syariah Indonesia dan statusnya sebagai Bank Emas pertama di Indonesia, alhamdulillah kinerja BSI dapat tumbuh lebih baik dibandingkan industri perbankan syariah maupun perbankan nasional. Pertumbuhan aset BSI per Agustus 2025 tercatat sebesar 11,08 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan nasional yang hanya mencapai 6,63 persen, dan perbankan syariah sebesar 8,21 persen," tutur Anggoro.
















