Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Budgeting 50/30/20, Masih Efektif di 2025?

Ilustrasi layar laptop dengan diagram keuangan (pexels.com/@karolina-grabowska)
Ilustrasi layar laptop dengan diagram keuangan (pexels.com/@karolina-grabowska)
Intinya sih...
  • Metode 50/30/20 membagi pendapatan ke dalam kebutuhan, keinginan, dan tabungan/utang.
  • Fleksibilitas dalam pengaturan anggaran penting untuk menyesuaikan metode ini dengan kondisi individu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengatur keuangan pribadi dengan metode yang sederhana dan efektif merupakan kunci untuk mencapai stabilitas finansial. Salah satu metode yang populer adalah aturan 50/30/20 yang diperkenalkan oleh Elizabeth Warren.

Namun, di tengah perubahan ekonomi dan biaya hidup yang meningkat, apakah metode ini masih relevan di 2025? Artikel ini akan membahas efektivitas budgeting 50/30/20 dan bagaimana cara menyesuaikannya dengan kebutuhan saat ini.

1. Apa itu metode budgeting 50/30/20?

Ilustrasi pembagian anggaran 50/30/20 dalam bentuk pie chart (djkn.kemenkeu.go.id)
Ilustrasi pembagian anggaran 50/30/20 dalam bentuk pie chart (djkn.kemenkeu.go.id)

Metode budgeting 50/30/20 membagi pendapatan setelah pajak ke dalam tiga kategori utama:

  • 50 persen untuk kebutuhan: Pengeluaran penting seperti sewa rumah, makanan, transportasi, tagihan listrik, dan asuransi.
  • 30 persen untuk keinginan: Hiburan, liburan, makan di luar, belanja, dan aktivitas lainnya yang bukan kebutuhan primer.
  • 20 persen untuk tabungan dan pembayaran utang: Dana darurat, investasi, tabungan pensiun, serta pembayaran utang agar tidak menumpuk.

Metode ini memberikan keseimbangan antara kebutuhan saat ini dan perencanaan masa depan. Dilansir dari laman Kemenkeu RI, metode ini dapat membantu seseorang memiliki keuangan yang lebih terstruktur dan terarah.

2. Masih relevan di 2025?

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas metode ini, seperti inflasi, perubahan gaya hidup, dan biaya hidup yang semakin tinggi. Berikut beberapa pertimbangan apakah metode ini masih bisa diterapkan di 2025:

  1. Fleksibilitas dalam Pengaturan Anggaran
    Beberapa ahli keuangan menyarankan agar metode ini bisa disesuaikan sesuai kondisi masing-masing individu. Misalnya, bagi mereka yang tinggal di kota dengan biaya hidup tinggi, alokasi untuk kebutuhan bisa dinaikkan menjadi 60 persen, sementara porsi keinginan dikurangi.
  2. Penghasilan yang Tidak Tetap
    Bagi pekerja lepas atau mereka yang memiliki pendapatan variabel, aturan ini bisa menjadi tantangan. Disarankan untuk lebih fokus pada porsi tabungan dan pengeluaran kebutuhan agar tetap stabil dalam jangka panjang.
  3. Investasi dan Tabungan Lebih Ditekankan
    Di era digital dengan berbagai peluang investasi, porsi tabungan dan investasi bisa lebih diperbesar agar keuangan tetap berkembang di masa depan. Dikutip dari Popsugar, menyesuaikan alokasi dengan tujuan finansial pribadi adalah langkah yang bijak.

3. Bagaimana menyesuaikan budgeting 50/30/20?

Ilustrasi Seseorang yang menghitung keuangan dengan kalkulator dan catatan (dbs.id)
Ilustrasi Seseorang yang menghitung keuangan dengan kalkulator dan catatan (dbs.id)

Jika metode ini dirasa kurang sesuai, beberapa penyesuaian bisa dilakukan agar tetap efektif:

  • 50/20/30: Mengurangi porsi keinginan dan menambah tabungan jika ingin fokus pada investasi dan keamanan finansial jangka panjang.
  • 60/20/20: Untuk mereka yang memiliki tanggungan besar seperti cicilan rumah atau biaya hidup tinggi.
  • 40/30/30: Cocok bagi mereka yang memiliki pemasukan lebih besar dan ingin lebih menikmati hidup serta menabung lebih banyak.

Penyesuaian ini memastikan keuangan tetap terkendali tanpa harus mengikuti aturan secara kaku.

Metode budgeting 50/30/20 masih relevan di 2025, tetapi memerlukan fleksibilitas agar dapat diterapkan sesuai dengan kondisi finansial individu. Dengan adanya inflasi dan kenaikan biaya hidup, penting untuk menyesuaikan proporsi anggaran agar tetap bisa mencapai kestabilan finansial.

Terlepas dari persentasenya, kunci utama dalam mengelola keuangan adalah konsistensi dalam menabung dan disiplin dalam pengeluaran. Dengan strategi yang tepat, setiap individu dapat mengelola keuangan dengan lebih baik untuk mencapai tujuan finansial mereka

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us