Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Beri Subsidi Rp8 Juta Per Anak untuk Dongkrak Angka Kelahiran

ilustrasi keluarga. (unsplash.com/ George Zheng)
ilustrasi keluarga. (unsplash.com/ George Zheng)
Intinya sih...
  • Pemerintah China memberi subsidi 8,2 juta per anak di bawah usia tiga tahun.
  • Kebijakan berlaku sejak 1 Januari 2025 dan membantu meringankan beban finansial 20 juta keluarga.
  • Jumlah subsidi dinilai terlalu kecil untuk dampak jangka pendek pada tingkat kelahiran atau konsumsi.

Jakarta, IDN Times- Pemerintah China mengumumkan kebijakan subsidi tunai berskala nasional pertamanya dalam upaya untuk mendongkrak angka kelahiran yang terus menurun. Melalui skema baru ini, orang tua akan menerima bantuan sebesar 3.600 yuan (setara Rp8,2 juta) per tahun untuk setiap anak di bawah usia tiga tahun.

Kebijakan ini diperkirakan akan membantu meringankan beban finansial sekitar 20 juta keluarga di seluruh China. Negara ini telah mengalami penyusutan populasi selama tiga tahun berturut-turut, dilansir Strait Times pada Selasa (29/7/2025).

1. Rincian dan cakupan kebijakan

Pemerintah akan memberlakukan kebijakan ini secara retroaktif terhitung sejak 1 Januari 2025. Total bantuan yang dapat diterima setiap anak melalui skema ini adalah sebesar 10.800 yuan (sekitar Rp24,6 juta) hingga usia tiga tahun.

Keluarga dengan anak yang lahir antara tahun 2022 hingga 2024 juga dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan subsidi parsial. Sebenarnya, kebijakan serupa telah lebih dulu diterapkan oleh lebih dari 20 pemerintah provinsi di China.

"Ini adalah kebijakan nasional besar yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan publik. Ini memberikan subsidi tunai langsung kepada keluarga di seluruh negeri, membantu mengurangi beban membesarkan anak," lapor media pemerintah CCTV.

Selain insentif finansial, Beijing juga mendesak pemerintah daerah untuk menyusun rencana implementasi pendidikan prasekolah gratis. Beberapa provinsi lain seperti Sichuan bahkan mencoba pendekatan berbeda dengan mengusulkan perpanjangan cuti menikah dan cuti melahirkan.

2. Di balik urgensi kebijakan demografi China

Jumlah kelahiran di China pada 2024 hanya mencapai 9,54 juta, turun hingga setengahnya dibandingkan 2016. Angka pernikahan juga merosot ke rekor terendah dalam sejarahnya.

Salah satu penghalang bagi pasangan muda untuk memiliki anak adalah tingginya biaya pengasuhan dan pendidikan. Sebuah studi dari YuWa Population Research Institute menemukan bahwa biaya rata-rata untuk membesarkan seorang anak di China hingga usia 17 tahun mencapai 75.700 dolar AS (sekitar Rp1,2 miliar), dilansir BBC.

Selain itu, populasi China juga menua dengan cepat, di mana terdapat hampir 310 juta penduduk berusia di atas 60 tahun pada 2024. Pada 2023, China telah melepas statusnya sebagai negara terpadat di dunia kepada India.

3. Subsidi dinilai masih terlalu kecil

Ekonom China di Capital Economics, Zichun Huang, menilai jumlah subsidi masih terlalu kecil.

"Jumlah yang diberikan terlalu kecil untuk memberikan dampak jangka pendek pada tingkat kelahiran atau konsumsi. Namun, kebijakan tersebut menandai tonggak sejarah besar dalam hal bantuan langsung kepada rumah tangga dan dapat meletakkan dasar bagi lebih banyak transfer fiskal di masa depan," kata Huang.

Besaran subsidi nasional ini lebih kecil jika dibandingkan dengan beberapa insentif di tingkat daerah. Sebagai contoh, pemerintah kota Hohhot di Mongolia Dalam menawarkan bantuan hingga 100 ribu yuan (sekitar Rp228 juta) untuk pasangan yang memiliki anak ketiga atau lebih.

Namun, Zhiwei Zhang dari Pinpoint Asset Management, melihat kebijakan ini sebagai sinyal bahwa pemerintah mulai menganggap masalah demografi lebih serius.

"Memiliki satu anak masih bisa diatur, tetapi jika saya punya dua, saya mungkin akan merasakan sedikit tekanan (finansial)," kata Wang Xue, seorang ibu dari putra berusia sembilan tahun, dilansir DW.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us