Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Siap Lawan Sampai Akhir Terkait Tarif Trump

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Pemerintah China akan bertarung hingga akhir jika AS tetap memberlakukan tarif tambahan 50 persen terhadap produk impor dari China
  • Kementerian Perdagangan China mengecam langkah Washington yang kontraproduktif bagi stabilitas perdagangan global

Jakarta, IDN Times – Pemerintah China menyatakan akan bertarung hingga akhir jika Amerika Serikat (AS) tetap memberlakukan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap produk impor dari China. Langkah ini merupakan respons terhadap kebijakan balasan Beijing dalam tensi perdagangan bilateral yang kembali meningkat tajam.

Pernyataan itu muncul menjelang Selasa (8/4/2025), yang ditetapkan Presiden Donald Trump agar China mencabut tarif balasan sebesar 34 persen. Jika tidak, AS akan mengimplementasikan tarif baru mulai Rabu (9/4) waktu setempat.

1. Beijing kecam Washington, sebut strategi tarif sebagai pemerasan ekonomi

ilustrasi bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)

Kementerian Perdagangan China mengecam keras langkah Washington, menyebutnya sebagai tindakan sepihak yang kontraproduktif bagi stabilitas perdagangan global.

“Jika pihak AS bersikeras dengan jalurnya sendiri, China akan bertarung hingga akhir,” demikian pernyataan resmi kementerian tersebut, dikutip dari NBC News, Rabu (8/4).

China menilai kebijakan Trump sebagai kesalahan di atas kesalahan, dan mengklaim seluruh langkah pembalasan yang diambil sebelumnya bersifat sah dan proporsional. Otoritas perdagangan China juga menegaskan pentingnya dialog konstruktif berbasis kesetaraan, alih-alih tekanan dan intimidasi.

Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian menyampaikan pendekatan AS tidak merefleksikan semangat kerja sama.

“Saya percaya tindakan pihak AS tidak mencerminkan niat untuk berdialog secara serius,” kata Lin.

Ia menambahkan, AS seharusnya mengadopsi sikap yang setara, saling menghormati, dan berimbang apabila benar-benar ingin bernegosiasi.

2. Ultimatum tarif Trump tekan China, ancaman dialog dihentikan

Pada 19 Maret 2016, Donald Trump mengadakan rapat umum di Fountain Park, Fountain Hills, Arizona. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Lewat platform Truth Social, Trump melontarkan ultimatum keras. Ia menegaskan apabila Beijing tidak membatalkan tarif balasan, maka tarif tambahan sebesar 50 persen akan diberlakukan segera terhadap produk asal China.

“Jika China tidak menarik kenaikan 34 persen mereka di atas pelanggaran dagang jangka panjang mereka sebelum besok, 8 April 2025, Amerika Serikat akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 50 persen atas China, berlaku 9 April,” tulis Trump.

Trump juga menyatakan, seluruh pertemuan dengan delegasi China akan dihentikan, sementara negosiasi dagang dengan negara lain akan segera dimulai. Sikap tersebut menandai pembekuan total dalam jalur komunikasi bilateral terkait perdagangan.

Media pemerintah China pun merespons keras. Dalam editorial Xinhua, Trump disebut melakukan pemaksaan terang-terangan yang melanggar prinsip diplomasi internasional.

“Benar-benar tidak masuk akal adalah logika dasar dari Amerika Serikat: ‘Aku bisa memukulmu semaunya, dan kamu tidak boleh merespons. Sebaliknya, kamu harus menyerah tanpa syarat’,” tulis editorial tersebut, dikutip dari The Guardian.

3. Aksi stabilisasi pemerintah China angkat kinerja bursa

ilustrasi pergerakan harga saham (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski pasar global sempat mengalami volatilitas tinggi, indeks saham Asia menunjukkan pemulihan pada perdagangan Selasa pagi. Investor merespons positif intervensi likuiditas dan sinyal stabilisasi dari otoritas China.

Indeks Nikkei Jepang melonjak 6 persen, bangkit dari posisi terendah dalam 18 bulan. Sementara itu, CSI 300 menguat 1,71 persen dan Hang Seng Hong Kong naik 1,85 persen, menyusul tekanan jual tajam sehari sebelumnya.

Menurut laporan NBC News, dana negara China melakukan pembelian strategis atas saham-saham utama guna menopang kepercayaan investor dan meredam sentimen negatif.

Ekonom independen asal Shanghai, Andy Xie menilai kompromi bukan lagi opsi realistis bagi Beijing.

“Jika Trump ingin menyeretmu ke neraka, maka kamu harus membawanya ikut,” kata Xie.

Ia berpendapat China menyadari konsesi hanya akan mendorong tuntutan lebih lanjut dari AS. Xie juga menambahkan bahwa tarif baru tidak berdampak signifikan karena beban tarif terhadap barang China sudah melebihi 70 persen sejak masa jabatan pertama Trump.

4. China terus diversifikasi ekspor, ketergantungan pada AS turun

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam jangka menengah, China secara aktif menurunkan eksposur ekonominya terhadap pasar AS. Berdasarkan data dari People’s Daily, kontribusi ekspor ke AS hanya 14,7 persen pada 2024, jauh menurun dibandingkan 19,2 persen pada 2018 ketika perang dagang pertama kali dimulai.

“China dan Amerika Serikat akan berpisah. Ini hanya soal waktu. Kamu harus menggigit peluru,” kata Xie.

Penguatan hubungan dagang dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah disebut sebagai langkah strategis dalam menyikapi risiko decoupling ekonomi dengan AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us