Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daya Saing Nasional Bisa Melemah Imbas Narasi Negatif Asosiasi Tekstil

Perusahaan tekstil terbesar di Indonesia
ilustrasi industri tekstil (unsplash/rio lecatempessy)
Intinya sih...
  • Insentif fiskal hanya untuk asosiasi tekstil
  • Potensi PHK besar-besaran akibat usulan BMAD
  • Setiap usulan BMAD diawali narasi negatif di media
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Daya saing nasional berpotensi mengalami pelemahan imbas narasi negatif yang kerap dimainkan sejumlah asosiasi di sektor tekstil.

Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas menyatakan, pola tersebut telah berlangsung sejak lama, terutama berkaitan dengan ususlan instrumen fiskal seperti Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP).

"Pola-pola narasi negatif yang dilakukan seperti banjir impor, pabrik tutup, kalah saing dengan negara lain bertujuan untuk memuluskan usulan insentif fiskal berupa BMAD dan BMTP untuk menekan pemerintah," ujar Fernando dalam keterangan tertulisnya, Senin n(25/8/2025).

1. Penikmat insentif fiskal bukan rakyat

Ilustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Fernando, penerima manfaat dari sejumlah usulan insentif atau kebijakan itu hanyalah kalangan terbatas, yakni pihak-pihak di dalam asosiasi tekstil. Di sisi lain, masyarakat dihadapkan pada harga benang dan kain dalam negeri yang tetap tinggi.

"Insentif fiskal bukan masalah, tetapi narasi-narasi negatif justru memperlemah posisi Indonesia dalam atraksi investasi dan daya saing tekstil nasional dan harusnya mereka diberi proteksi untuk memperkuat supply chain serta investasi, ini malah menjadi penikmat juga impor serta berlokasi di kawasan berikat, memang ironis," kata Fernando.

2. Ada potensi PHK besar-besaran

Ilustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Narasi-narasi yang saat ini digulirkan asosiasi juga berpotensi mengganggu arah kebijakan pemerintah. Fernando mencontohkan, usulan BMAD untuk produk benar jika disetujui akan menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di industri hilir.

"Untung pengambil kebijakan di Pemerintahan Prabowo saat ini sangat cerdas dan bijak untuk menolak BMAD usulan asosiasi tekstil," kata Fernando.

3. Tiap usulan BMAD diawali oleh narasi negatif di media

ilustrasi pabrik tekstil (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pabrik tekstil (pexels.com/Pixabay)

Berdasarkan kajian sejak 2010, Fernando menemukan, setiap usulan BMAD dari asosiasi selalu diawali dengan maraknya pemberitaan bernada negatif di media. Kemudian disusul pujian setelah kebijakan disetujui.

Pola tersebut terus berulang dan menjadi bagian dari strategi tekanan politik. Atas dasar itu, Rumah Politik Indonesia mengusulkan, agar pemerintah melakukan pembenahan mendasar terhadap organisasi asosiasi tekstil.

Sementara dari sisi politik, Fernando menilai upaya Presiden Prabowo Subianto untuk menggerakkan ekonomi justru berpotensi dilemahkan oleh narasi semacam itu. Padahal, industri tekstil nasional mulai menunjukkan kebangkitan dengan pertumbuhan mencapai empat persen pada 2025.

"Narasi negatif dari asosiasi tekstil bisa merusak semangat yang sedang dibangun pemerintah," kata Fernando.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us