Duh! BI Proyeksi Rupiah Baru Turun ke Rp15.800 per Dolar di Q4

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, nilai tukar rupiah akan menurun secara bertahap menuju level Rp15.800 per dolar AS. Penurunan secara bertahap ini akan terus diupayakan melalui instrumen moneter BI.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memperkirakan rupiah masih akan bertahan di level Rp16.200 per dolar AS hingga kuartal II dan baru akan kembali ke level Rp15.800 per dolar AS.
Menurut Perry, melemahnya rupiah pada beberapa waktu terakhir disebabkan oleh penguatan dolar AS, imbas ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan perubahan arah kebijakan suku bunga The Fed.
"Kami meyakini rupiah akan tetap stabil di sekitar Rp16.200 di kuartal II ini, dan akan menguat ke arah rata-rata Rp16.000 di kuartal III, dan bahkan akan menguat rata-rata Rp15.800 pada kuartal IV-2024," kata Perry dalam konferensi pers Rabu (24/4/2024).
1. Suku bunga BI Rate naik 25 bps untuk stabilkan rupiah

Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen dilakukan untuk stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini seiring dengan meningkatnya risiko global.
"BI Rate naik 25 bps itu untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan meningkatnya risiko global ke arah potensial risk agar tetap stabil ke depannya. Dan, untuk pre-emptive dan forward looking untuk memastikan sasaran inflasi 2,5±1 persen," ujar Perry.
2. Penguatan dolar AS beri tekanan ke hampir seluruh mata uang dunia
.jpg)
Indeks dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada tanggal 16 April 2024 atau mengalami apresiasi 4,86 persen dibandingkan dengan level akhir 2023.
Perkembangan ini memberikan tekanan depresiasi kepada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar rupiah.
"Yen Jepang dan dolar New Zealand masing-masing melemah 8,91 dan 6,12 persen (ytd), sementara mata uang kawasan, seperti Baht Thailand dan Won Korea masing-masing melemah 7,88 persen dan 6,55 persen (ytd). Sementara itu, pelemahan Rupiah sampai dengan 23 April 2024 tercatat lebih rendah yakni 5,07 persen (ytd)," ucapnya.
3. BI bakal optimalkan semua instrumen moneter untuk stabilkan rupiah

Perry menegaskan Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia, melalui intervensi di pasar valas secara spot dan DNDF, pembelian SBN dari pasar sekunder apabila diperlukan, pengelolaan likuiditas secara memadai, maupun langkah-langkah lain yang dibutuhkan.
Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, terus dioptimalkan guna menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.
"Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha, untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," kata Perry.