Ekonom Proyeksi Inflasi Juni Melandai di Level 2,65 Persen

- Harga komoditas pangan turun, perkiraan inflasi Juni 2,65% yoy
- Kelompok harga bergejolak diperkirakan deflasi bulanan kecuali cabai merah dan rawit
- Inflasi inti diproyeksikan sedikit meningkat karena depresiasi rupiah yang menyebabkan peningkatan inflasi impor
Jakarta, IDN Times - Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan inflasi Juni akan mencapai 2,65 persen year on year (yoy). Inflasi ini turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,84 persen (yoy).
Sementara itu, secara bulanan diperkirakan akan mencatatkan inflasi sebesar 0,06 persen month to month (mtm), dari bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,03 persen.
"Pendorong inflasi diperkirakan komponen inflasi inti sementara kelompok harga bergejolak diperkirakan akan kembali mengalami deflasi bulanan sementara kelompok harga diatur pemerintah diperkirakan akan juga akan mengalami inflasi bulanan yang terkendali," ujar Josua dalam keterangannya, Senin (1/7/2024).
1. Harga komoditas pangan mulai turun

Sementara kelompok harga bergejolak diperkirakan akan kembali mengalami deflasi bulanan karena penurunan harga pada sebagian besar komoditas pangan.
"Kecuali cabai merah dan cabai rawit, di tengah membaiknya pasokan bahan pangan setelah panen raya di bulan April dan Mei," jelasnya.
2. Inflasi inti akan meningkat jadi 0,18 persen

Sementara itu, inflasi inti bulanan diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 0,18 persen mtm dari bulan sebelumnya sebesar 0,17 persen mtm.
Inflasi inti tersebut, kata Josua, lebih disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang menyebabkan peningkatan inflasi impor.
3. Depresiasi rupiah dorong peningkatan imported inflation

Josua menyampaikan depresiasi rupiah menyebabkan peningkatan imported inflation. Dengan demikian, Josua mempertahankan ekspektasi inflasi untuk tetap berada dalam kisaran target 1,5 - 3,5 persen untuk tahun ini.
Pada semester II 2024, Josua menyebut ada risiko kenaikan inflasi dari penerapan cukai pada plastik dan minuman kemasan berpemanis (menunggu keputusan pemerintah mengenai kebijakan ini).
"Risiko inflasi lainnya dapat berasal dari potensi penyesuaian harga energi jika pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut. Secara keseluruhan, kami melihat tingkat inflasi meningkat secara moderat dari 2,81 persen pada tahun 2023 menjadi sekitar 3,08 persen pada akhir tahun 2024," jelasnya.