Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonom UI Proyeksi BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,75 Persen

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen.

"BI perlu menahan tekanan eksternal terhadap rupiah di tengah potensi kelanjutan kenaikan suku bunga the Fed sebelum akhir tahun ini. Oleh karena itu, kami melihat bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75 persen dengan tetap memantau stabilitas rupiah dan menjaga inflasi," jelas Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam risetnya, yang dikutip Kamis (24/8/2023).

1. Inflasi RI rendah dan terkendali

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia menjelaskan, dari sisi domestik pertumbuhan ekonomi yang kuat telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap Indonesia dibandingkan negara berkembang lainnya.

Inflasi yang masih rendah dan terkendali juga menjadi faktor utama yang tidak mendesak bagi BI, untuk menyesuaikan suku bunga acuan di tengah tekanan eksternal yang meningkat mengikuti semakin tingginya ketidakpastian langkah selanjutnya dari The Fed.

2. Aturan DHE dorong penguatan rupiah

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Untuk meredam gejolak rupiah yang berasal dari ketidakpastian pengetatan
moneter yang agresif oleh the Fed, BI baru-baru ini memperkuat kebijakan Dana Hasil Ekspor (DHE) untuk meningkatkan cadangan devisa.

Sejak Agustus 2023, eksportir sumber daya alam dengan total nilai ekspor sebesar 250.000 dolar AS diwajibkan untuk menyimpan hasil devisa mereka di sistem keuangan dalam negeri.

"Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung BI dalam menjaga depresiasi rupiah dengan menyediakan lebih banyak cadangan devisa. Dengan demikian, cadangan devisa sebesar 137,7 miliar dolar AS pada akhir Juli diprediksi akan meningkat pada beberapa bulan mendatang," jelasnya.

Namun demikian, cadangan devisa yang dimiliki saat masih sangat cukup untuk mendukung ketahanan sektor eksternal, karena setara dengan kemampuan untuk membayar 6,0 bulan impor sekaligus utang luar negeri pemerintah. 

3. Kenaikan suku bunga The Fed Juli diperkirakan yang terakhir

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Riefky menjelaskan, setelah menahan kenaikan pada bulan Juni, the Fed melanjutkan siklus pengetatan untuk melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,22-5,50 persen pada pertemuan FOMC 25-26 Juli kemarin.

Kenaikan suku bunga ini diperkirakan akan menjadi kenaikan yang terakhir pada tahun 2023 karena inflasi AS telah turun drastis menjadi 3,0 persen (y.o.y) pada Juni 2023 dari puncaknya sebesar 9,1 persen.

"Ekspektasi pasar berubah setelah dirilisnya data inflasi baru yang menunjukkan sedikit peningkatan inflasi AS menjadi 3,2 persen (y.o.y) pada bulan Juli 2023," jelasnya.

Kondisi ini mengakibatkan aliran keluar portofolio serta depresiasi mata uang di negara-negara berkembang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us