Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonomi Global Redup, Kemenkeu Janji Kebijakan Makin Prudent

ilustrasi resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Perekonomian global masih diliputi ketidakpastian yang  tercermin dari International Monetary Fund (IMF) yang memperkirakan perekonomian global akan melambat dari 3,4 persen pada tahun 2022, menjadi 2,8 persen pada tahun 2023. Proyeksi ini turun 0,1 poin persentase (pp) dibanding proyeksi IMF pada Januari 2023.

Kepala Badan kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, momentum penguatan pemulihan yang sempat terjadi di awal tahun, kini meredup seiring terjadinya gejolak sektor keuangan di Amerika Serikat dan Eropa serta tekanan inflasi yang persisten tinggi.

"Proyeksi inflasi global 2023-2024 naik 0,4 poin dan 0,6 pp menjadi 7,0 persentge poin dan 4,9 persenstage point,"ucapnya dalam keterangannya yang dikutip Jumat (14/4/2023) 

Meski begitu, Febrio menyampaikan dalam menghadapi berbagai ketidakpastian ekonomi global tersebut, Pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk melanjutkan berbagai kebijakan yang prudent namun tetap suportif dalam penguatan pondasi ekonomi.

1. Kegagalan sistem perbankan AS dan Eropa tambah ketidakpastian

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk beberapa negara maju dan berkembang utama secara umum menunjukkan perlambatan di tahun 2023 dan kembali membaik di tahun 2024.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat diproyeksi tumbuh 1,6 persen (2023) dan 1,1 persen (2024), sedangkan Eropa diproyeksikan tumbuh 0,8 persen (2023) dan 1,4 persen (2024).

Kegagalan sistem perbankan AS dan Eropa menambah ketidakpastian terhadap outlook kedua kawasan yang sudah mendapat tekanan berat dari inflasi dan pengetatan moneter yang agresif.

"Sementara itu, India diproyeksikan tumbuh 5,9 persen (2023) dan 6,3 persen (2024), serta Tiongkok diproyeksikan tumbuh 5,2 persen (2023) dan 4,5 persen (2024). Pembukaan kembali Tiongkok memberi daya dorong pemulihan ekonomi domestiknya di tahun 2023, tetapi tekanan struktural termasuk krisis sektor properti masih membayangi prospek Tiongkok di tahun-tahun berikutnya.

2. IMF waspadai risiko global yang makin eskalatif.

ilustrasi logo IMF (twitter.com/Oworock)

Ke depan, IMF melihat berbagai risiko perekonomian global masih dominan dengan potensi hard landing jika risiko semakin ekskalatif. Risiko utama berasal dari tekanan sektor keuangan, tekanan utang, ekskalasi perang di Ukraina yang dapat memicu kenaikan harga komoditas, tingkat inflasi inti yang persisten tinggi, serta fragmentasi geoekonomi.

Beberapa rekomendasi kebijakan dari IMF untuk negara-negara dalam menavigasi perekonomian global yang semakin menantang antara lain: 

  • Kebijakan pengetatan moneter dapat berlanjut dengan tetap menjaga stabilitas keuangan
  • Dukungan fiskal terus diprioritaskan untuk melindungi kelompok paling rentan dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal
  • Pentingnya penguatan kebijakan struktural dan kerja sama multilateral demi mewujudkan perekonomian global yang lebih resilien.

3. Pemerintah komitmen perkuat pondasi ekonomi

IDN Times/Arief Rahmat

Dalam menghadapi berbagai ketidakpastian, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk melanjutkan berbagai kebijakan yang pruden namun tetap suportif dalam penguatan pondasi ekonomi.

Di tahun 2022, defisit fiskal Indonesia telah kembali ke level di
bawah 3% terhadap PDB, satu tahun lebih cepat dibanding rencana awal, yang menunjukkan sikap kehati-hatian dan kredibilitas di tengah peningkatan risiko global.

"Meski demikian, APBN masih tetap memberi perhatian utama pada area-area vital seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan perlindungan sosial, akselerasi infrastruktur, peningkatan efektivitas desentralisasi fiskal, serta reformasi birokrasi.,"ucapnya. 

Dengan demikian, kedepan, Pemerintah Indonesia akan terus menjalankan kebijakan yang antisipatif dalam menghadapi turbulensi perekonomian global dengan tetap mengawal rencana pembangunan jangka menengah-panjang antara lain melalui
melalui reformasi struktural,” tutup Febrio.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us