ExxonMobil Akan Pecat 2 Ribu Pekerja Imbas Harga Minyak Turun

- ExxonMobil akan memecat 2 ribu pekerja di seluruh dunia
- Perusahaan ini berencana untuk memotong biaya tahunan sebesar 13,5 miliar dolar AS (Rp223 miliar) sejak 2019
- Pemangkasan pekerja dilakukan menyusul akuisisi besar yang dilakukan perusahaan asal AS dalam 2 tahun terakhir
Jakarta, IDN Times - Perusahaan minyak raksasa, ExxonMobil mengungkapkan rencana untuk memecat 2 ribu pekerja di seluruh dunia. Keputusan ini sebagai bagian dari restrukturisasi jangka panjang di dalam perusahaan minyak asal Amerika Serikat (AS) tersebut.
Pada Februari 2025, Chevron sudah mengumumkan rencana memangkas 20 persen dari tenaga kerja di perusahaannya hingga akhir 2026. Langkah ini untuk mengurangi biaya pekerja dan mengefisiensi struktur di dalam perusahaannya.
1. ExxonMobil kurangi 3-4 persen tenaga kerja
CEO ExxonMobil, Darren Woods menyebut, pengurangan ini merepresentasikan 3-4 persen tenaga kerja di perusahaan. Setengah dari pemecatan ini akan dilakukan di Eropa dan mayoritas di anak perusahaan di Kanada, Imperial Oil Ltd yang 70 persen sahamnya dimilikiExxon.
“Exxon membuat keputusan yang berat yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing. Perubahan ini diumumkan hari ini untuk memperkuat keuntungan kami dan meningkatkan selisih dengan kompetitor kami, serta membantu kami untuk menjadi yang terdepan,” tutur Woods, dikutip dari Transport Topic.
Sejak 2019, Exxon sudah melakukan restrukturisasi besar untuk menyederhanakan perusahaannya di ranah global. Langkah ini menjadi bagian dari hasil merger Exxon dan Mobil yang sudah berlangsung selama 2 dekade.
2. ExxonMobil akan kurangi pengeluaran Rp223 miliar per tahun
Wood sudah memberikan perubahan di dalam tubuh Exxon sejak menjabat sebagai CEO pada 2017. Exxon sudah membagi perusahaan menjadi tiga divisi utama, yakni produksi, pengolahan, dan divisi rendah karbon yang terdiri dari jasa, seperti teknik, IT, dan manajemen proyek.
Perubahan di tubuh Exxon membantu perusahaan untuk memotong biaya tahunan sebesar 13,5 miliar dolar AS (Rp223 miliar) sejak 2019. Keberhasilan ini melampaui semua perusahaan minyak besar dunia. Kini, Exxon berupaya untuk meningkatkan 30 persen penghematan.
Sementara itu, Exxon akan memfokuskan pada pertumbuhan besar lewat pengeboran minyak di Guyana, gas alam cair, hingga pengeboran di kawasan pesisir Teluk Timur Tengah. Perusahaan ini berencana untuk memindahkan pekerja dari Brussels dan Leatherhead, Inggris ke London.
3. Perusahaan minyak AS memangkas ribuan pekerja imbas turunnya harga minyak
Selain ExxonMobil, Chevron dan ConocoPhillips sudah mengumumkan pemangkasan pekerja pada 2025. Keputusan ini dilakukan menyusul akuisisi besar yang dilakukan perusahaan asal AS tersebut dalam 2 tahun terakhir.
Sejumlah pemimpin perusahaan minyak sudah mengkritisi dorongan dari Presiden AS, Donald Trump untuk menurunkan harga minyak. Penurunan harga minyak imbas tarif akan berdampak pada pemecatan pekerja di sektor minyak dan gas (migas).
“Pemerintah AS mendorong agar minyak mentah menjadi 40 dolar AS (Rp663 ribu) per barel dan dengan tarif kepada barang impor berbentuk bulat, harga masuk akan naik, dan proses pengeboran akan hilang. Industri migas akan kehilangan pekerja yang berharga,” tuturnya, dilansir CNBC.