Fenomena El Nino Bisa Picu Inflasi, Indonesia Siap Antisipasi?

Jakarta, IDN Times - Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, meminta pemerintah mewaspadai fenomena perubahan iklim dan cuaca ekstem El Nino. Hal ini untuk menjaga inflasi tetap terkendali, khususnya untuk inflasi komponen harga bergejolak atau volatile food.
"El Nino adalah risiko yang harus diwaspadai, tetapi ketika kita melacak inflasi Indonesia, ternyata inflasi yang fluktuatif,” tutur Radhika dalam media briefing, Jumat (7/7/2023).
1. DBS apresiasi langkah pemerintah kendalikan inflasi

Meski begitu, Radhika menilai dampak El Nino tidak akan besar karena selama sembilan bulan terakhir, fenomena El Nino tidak terlalu berdampak signfikan terhadap inflasi. Dia juga mengapresiasi pemerintah Indonesia yang sudah menyiapkan antisipasi fenomena El Nino.
"Mereka (pemerintah Indonesia) sudah mulai mengimpor beras, sehingga dapat menahan harga tidak meningkat," jelasnya.
Dengan begitu, kondisi inflasi Indonesia pada Agustus hingga September diproyeksikan turun ke bawah 3 persen. Sementara pada akhir tahun ini akan berada di atas level 3 persen.
2. Cuaca sulit diprediksi tapi harus diantisipasi

Berbeda dengan Radhika, Head of Research DBS Group Maynard Arif, memproyeksikan EL Nino yang terjadi di tahun ini bakal cukup ekstrem atau sama halnya yang pernah terjadi pada 2015 dan 2016.
Apabila proyeksi itu benar terjadi, dampaknya akan sangat terasa di sektor pertanian Tanah Air. Pasokan bakal tersendat dan berimplikasi terhadap naiknya harga-harga komoditas.
"Faktor cuaca paling surah diprediksi dan apakah betul akan ekstrem seprti tahun 2015 atau 2016? Tetapi kalau betul terjadi mungkin sektor-sektor komoditas utama yang menyangkut pertanian mungkin bisa tertolong dengan harga yang lebih baik," ungkapnya.
3. Daging ayam ras kerek inflasi Juni 0,14 persen

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Juni 2023 mencapai 0,14 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115 atau naik dari level IHK di Mei 2023 yang sebesar 114,84.
Secara tahunan, inflasi masih mencapai 3,52 persen, sementara itu, inflasi year to date hingga Juni 2023 mencapai 1,24 persen. Penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Juni 2023 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,39 persen dan andil 0,10 persen.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar secara bulanan di antaranya adalah daging ayam ras dengan andil sebesar 0,06 persen, tarif angkutan udara 0,04 persen, teluar ayam ras 0,02 persen, dan kontrak rumah, bawang putih, rokok kretek filter serta ketimun yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen
Sementara itu, kelompok pengeluaran transportasi mengalami deflasi, di antaranya komoditas bensin dan solar.