Harga BBM Nonsubsidi Turun, Jakarta Deflasi 0,1 Persen

- Jakarta mengalami deflasi sebesar -0,10 persen secara bulanan pada September 2024.
- Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau kembali mengalami deflasi sebesar -0,59 persen mtm.
- Kelompok Transportasi juga turut menjadi penyumbang deflasi Jakarta sebesar -0,02 persen dengan besaran deflasi -0,15 persen mtm.
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Jakarta mengalami deflasi sebesar -0,10 persen secara bulanan atau month to month (mtm) pada September 2024. Pada bulan sebelumnya atau Agustus 2024, Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,04 persen mtm.
“Terjadinya deflasi terutama bersumber dari kelompok Makanan, Mnuman, dan Tembakau serta Kelompok Transportasi,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Rabu (2/10/2024).
Adapun secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,70 persen secara tahunan atau year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 1,98 persen yoy. Inflasi tersebut juga masih terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen dan lebih rendah dari inflasi nasional1,84 persen yoy.
1. Kontribusi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau terhadap inflasi Jakarta

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau kembali mengalami deflasi sebesar -0,59 persen mtm, lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya -0,36 persen sehingga menyumbang -0,11 persen terhadap inflasi Jakarta.
Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh menurunnya harga pada komoditas cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan bawang merah.
“Penurunan harga bawang merah seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra. Sementara itu, penurunan harga cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras didukung oleh relatif terjaganya pasokan,” kata Arlyana.
2. Kontribusi Kelompok Transportasi terhadap inflasi Jakarta

Kelompok Transportasi juga turut menjadi penyumbang deflasi Jakarta sebesar -0,02 persen dengan besaran deflasi -0,15 persen mtm. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan harga bensin non-subsidi pada September 2024.
Di sisi lain, meningkatnya tarif angkutan udara menjadi penahan deflasi lebih lanjut pada kelompok transportasi. Meskipun kelompok Makanan mengalami deflasi, masih terdapat komoditas yang mengalami kenaikan harga, yaitu beras dan kopi bubuk.
“Kenaikan harga beras terutama disebabkan oleh penurunan pasokan dari wilayah sentra seiring musim panen raya yang mulai berakhir. Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat, dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara eksportir,” ujar Arlyana.
3. Kelompok yang mengalami inflasi

Di sisi lain, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya serta Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga mengalami inflasi.
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi penyumbang inflasi pada September 2024 dengan inflasi sebesar 0,34 persen mtm sehingga memberikan andil 0,02 persen terhadap inflasi Jakarta.
“Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh meningkatnya harga sabun wajah dan lipstik. Di sisi lain, penurunan harga emas perhiasan menahan kenaikan inflasi lebih lanjut pada kelompok ini,” ujar Arlyana.
Adapun Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,28 persen mtm, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang 0,03 persen mtm sehingga memberikan sumbangan sebesar 0,02 persen terhadap inflasi Jakarta.
“Peningkatan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh meningkatnya upah asisten rumah tangga,” kata Arlyana.
4. Inflasi Jakarta masih terkendali

Inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali diklaim tidak terlepas dari sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang semakin kuat. Selama September 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi.
Pertama, pelaksanaan Festival Urban Farming diiringi dengan pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada kelurahan-kelurahan di Jakarta. Kedua, Penandatanganan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan Perum Bulog Kanwil Sulselbar dan Pemerintah Kabupaten Serang dalam rangka mendukung ketersediaan beras di Jakarta.
Ketiga, panen bawang merah di wilayah sudin Jakarta Selatan. Lalu keempat ada pelatihan diversifikasi olahan pangan ternak oleh DKPKP Jakarta dalam rangka edukasi kepada masyarakat, serta kelima adalah Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
“Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasarannya, yaitu 2,5±1 persen pada tahun 2024,” tutur Arlyana.