Apa Itu Rush Money? Ini Pengertian, Cara Kerja dan Contoh Kasusnya

- Pengertian rush money: nasabah menarik simpanan dari bank karena kekhawatiran solvabilitas institusi, meningkatkan risiko gagal bayar.
- Cara kerja rush money: serbuan terjadi karena kepanikan nasabah, bank harus menjual aset untuk menambah likuiditas.
- Contoh kasus rush money: terjadi saat Depresi Besar 1930-an dan dialami oleh Silicon Valley Bank, Washington Mutual Bank, dan Wachovia Bank.
Jakarta, IDN Times - Fenomena rush money alias bank run kembali menjadi perbincangan di tengah aksi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir rekening dormant alias tidak aktif selama minimal tiga bulan.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran masyarakat hingga publik menyinggung aksi penarikan uang besar-besaran. Lantas apa itu bank run atau yang populer dijuluki rush money?
1. Pengertian rush money

Dilansir Investopedia, bank run atau rush money merupakan situasi ketika nasabah secara serentak menarik simpanan mereka dari sebuah bank atau lembaga keuangan karena kekhawatiran terhadap solvabilitas institusi tersebut.
Penarikan dana dalam jumlah besar secara bersamaan bisa meningkatkan risiko gagal bayar. Jika jumlah penarikan terus bertambah, bank yang bersangkutan berisiko kehabisan cadangan dana untuk memenuhi permintaan nasabah.
2. Cara kerja rush money

Serbuan terhadap bank biasanya terjadi karena kepanikan nasabah, bukan karena kondisi kebangkrutan yang nyata. Namun, kepanikan massal tersebut dapat menjadi pemicu utama runtuhnya operasional bank.
Mayoritas lembaga keuangan menyimpan dana tunai dalam jumlah terbatas di brankas harian, sesuai kebutuhan dan pertimbangan keamanan. Sebagian lainnya disimpan sebagai cadangan di bank sentral, yang dalam kasus Amerika Serikat (AS) dikelola oleh Federal Reserve (the Fed) melalui skema Interest on Reserve Balances (IORB), yaitu insentif bunga untuk simpanan cadangan bank.
Karena tidak semua simpanan nasabah disimpan dalam bentuk kas, bank yang menghadapi penarikan besar harus menambah likuiditas, salah satunya dengan menjual aset. Jika aset tersebut dilepas secara tergesa-gesa, nilainya bisa jatuh di bawah harga normal. Kerugian inilah yang berpotensi memicu kekhawatiran lanjutan dari nasabah lainnya.
3. Contoh kasus rush money

Dalam catatan sejarah, bank run atau rush money paling dikenal terjadi saat Depresi Besar pada awal 1930-an, setelah kejatuhan pasar saham pada 1929. Ketika itu, jutaan warga AS menarik simpanan mereka dari ribuan bank, memicu krisis ekonomi yang meluas.
Sementara itu, dalam era modern, kasus serupa tercatat pernah dialami oleh Silicon Valley Bank, Washington Mutual Bank (WaMu), dan Wachovia Bank, yang semuanya menghadapi tekanan likuiditas akibat penarikan dana secara besar-besaran dalam waktu singkat.