Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kabar Tewasnya Presiden Iran

Pertambangan Minyak Bumi (sumber: Freepik.com/ArtPhoto_studio)
Pertambangan Minyak Bumi (sumber: Freepik.com/ArtPhoto_studio)
Intinya sih...
  • Harga minyak Brent naik 0,5 persen menjadi 84,39 dolar AS per barel, sedangkan Minyak mentah WTI naik tipis 23 sen menjadi 80,29 dolar AS per barel.
  • Naiknya harga minyak dipicu faktor meninggalnya Presiden Iran dan kesehatan Raja Arab Saudi, menimbulkan ketidakpastian di pasar energi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Harga minyak dunia melanjutkan kenaikan pada Senin (20/5/2024) di tengah ketidakpastian politik di sejumlah negara-negara produsen minyak utama dunia.

Harga minyak langsung naik setelah presiden Iran dikabarkan meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter. Selain itu, kabar Putra Mahkota Arab Saudi membatalkan perjalanan ke Jepang karena sang ayah, Raja Salman dilarikan ke rumah sakit (RS).

1. Harga Bret dan WTI naik

Ilustrasi Tambang Minyak (pexels.com/Zukiman-Mohamad)
Ilustrasi Tambang Minyak (pexels.com/Zukiman-Mohamad)

Dikutip dari Yahoo Finance, yang melansir Reuters, harga minyak Brent naik 41 sen atau 0,5 persen menjadi 84,39 dolar AS per barel pada pukul 06.32 Waktu setempat atau 13.35 WIB. Brent sebelumnya sempat berada di 84,43 dolar AS, yang merupakan level tertinggi sejak 10 Mei 2024.

Sementara Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juni juga naik tipis 23 sen menjadi 80,29 dolar AS per barel. WTI sebelumnya juga sempat tembus 80,35 dolar AS, yang merupakan harga tertinggi sejak 1 Mei tahun ini.

Kontrak Juni berakhir pada Selasa (21/5). Sementara itu, harga minyak untuk kontrak Juli yang lebih aktif berada pada 79,89 dolar AS, naik 31 sen atau sekitar 0,4 persen.

2. Pemicu harga minyak dunia naik

Presiden Iran Ebrahim Raisi. (twitter.com/raisi_com)
Presiden Iran Ebrahim Raisi. (twitter.com/raisi_com)

Adapun naiknya harga minyak dunia dipicu faktor meninggalnya Presiden Iran dan Kesehatan Raja Arab Saudi.

Media resmi pemerintah dan pejabat Iran menyatakan bahwa Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang garis keras yang telah lama dipandang sebagai calon penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, tewas dalam kecelakaan helikopter di daerah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan.

Terpisah, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menunda kunjungannya ke Jepang karena masalah kesehatan Raja Salman. Mohammed bin Salman dijadwalkan melakukan kunjungan ke negeri Sakura itu mulai hari ini.

Kantor berita Arab Saudi pada Minggu melaporkan bahwa Raja Salman yang saat ini berusia 88 tahun akan menjalani perawatan karena radang paru-parunya.

Analis IG Markets, Tony Sycamore mengatakan, jika kesehatan Raja Salman menurun, akan menambah ketidakpastian yang sudah membayangi pasar energi menyusul kabar Presiden Iran yang hilang, yang kemudian dipastikan meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter.  

3. WTI berpotensi naik tinggi

pixabay.com/Anoop VS
pixabay.com/Anoop VS

Sycamore memperkirakan harga WTI kemungkinan akan rebound lebih jauh menuju 83,50 dolar AS setelah naik di atas rata-rata pergerakan 200 hari pada harga 80,02 dolar AS.

"Saya pikir ada cukup alasan untuk ini (kenaikan harga minyak) terjadi, terlebih lagi jika kita mempertimbangkan langkah-langkah properti China yang diumumkan minggu lalu, termasuk melonggarkan peraturan hipotek, menurunkan deposito, dan membeli rumah yang tidak terjual," tuturnya.

Sementara itu, Brent mengakhiri pekan sebelumnya dengan kenaikan sekitar 1 persen. Ini merpakan kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan. Adapun WTI naik 2 persen karena membaiknya indikator ekonomi dari AS dan China sebagai konsumen minyak terbesar di dunia.

Meski terjadi volatilitas di kawasan ini, namun harga minyak hanya bergerak sedikit.

"Pasar minyak sebagian besar masih berada dalam kisaran terbatas dan tanpa katalis baru, kita mungkin harus menunggu kejelasan seputar kebijakan produksi OPEC+ untuk keluar dari kisaran ini," ujar Kepala Strategi Komoditas di ING, Warren Patterson.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dijadwalkan bertemu pada 1 Juni mendatang.

"Pasar juga tampak semakin kebal terhadap perkembangan geopolitik, kemungkinan karena besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC," ucap Patterson.

Sementara analis energi di MST Marquee, Saul Kavonic mengatakan bahwa pasar dan industri sudah terbiasa dengan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman di sektor energi.

"Keberlanjutan strategi Saudi diharapkan terlepas dari masalah kesehatan ini," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us