Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengusaha: Pilkada Tahun Ini Gak Ngefek ke Pertumbuhan Ekonomi

(Ilustrasi) ANTARA FOTO/Reno Esnir
(Ilustrasi) ANTARA FOTO/Reno Esnir

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, menilai Pilkada serentak 2020 yang digelar Rabu (9/12/2020) tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Penyebabnya, keterbatasan ruang kampanye yang berpedoman pada protokol kesehatan.

"Tahapan Pilkada tahun ini banyak diramaikan via sosmed dan virtual sehingga transaksi ekonomi sangat minim terjadi," kata Sarman dalam keterangan tertulisnya, Rabu.

1. Belanja minim para calon untuk Pilkada 2020

Logistik Pilkada Tangsel (ANTARA FOTO/Fauzan)
Logistik Pilkada Tangsel (ANTARA FOTO/Fauzan)

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta ini menyebut pasangan calon lebih banyak berbelanja alat alat kesehatan seperti hand sanitizer, masker dan lain-lain untuk dibagikan ke masyarakat. Sedangkan atribut lainnya sekalipun dibelanjakan namun sangat minim.

"Pilkada tahun ini bisa disebut Pilkada paket hemat, para paslon sangat membatasi belanja kampanye mungkin juga karena keterbatasan dana karena tidak mendapat support dari pelaku usaha karena terdampak pandemik COVID-19," ujarnya.

2. Beda dengan Pilkada sebelum pandemik

IDN Times/Marisa Safitri
IDN Times/Marisa Safitri

Sarman menjelaskan, Pilkada tahun ini berbeda dengan Pilkada sebelum adanya pandemik. Di mana sebelum pandemik, banyak biaya digelontorkan para pasangan calon. Seperti belanja atribut kampanye, pembuatan baliho, spanduk, umbul-umbul, banner, kaos, topi, sticker, dan lainnya.

Pada Pilkada sebelum pandemik juga ada keterlibatan pengusaha lokal seperti EO yang mengatur pembuatan panggung hiburan, sewa tenda, kursi, sound system, keyboard, artis dan banyaknya UMKM yang berjualan makanan dan minuman ketika ada pengumpulan massa.

"Kesemuanya akan menambah omzet UMKM di daerah yang berkontribusi
terhadap naiknya transaksi bisnis dan konsumsi rumah tangga," katanya.

3. Hitungan perputaran uang untuk Pilkada sebelum dan saat pandemik

Ilustrasi menerima uang tunai. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Ilustrasi menerima uang tunai. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Menurut Sarman, jika dalam kondisi normal dengan peserta Pilkada mencapai 735 paslon dan mereka memiliki biaya kampanye paling sedikit Rp1 miliar, maka perputaran uang bisa mencapai Rp735 miliar.

"Ini jumlah minimal, wajarnya bisa mencapai Rp5 triliun melihat karakteristik daerah masing-masing. Jumlah ini sangat signifkan menggerakkan ekonomi daerah dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan nasional," ucapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us

Latest in Business

See More

BI Tahan Suku Bunga, IHSG Ambruk 1,04 Persen

22 Okt 2025, 16:55 WIBBusiness