Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perbedaan Pola Pikir Hemat Orang Miskin vs Hemat Orang Kaya

ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)

Gak semua orang yang hemat itu bakal sukses secara finansial, lho. Soalnya meskipun sama-sama hemat, cara berpikir dan strategi yang digunakan bisa sangat berbeda.

Kamu mungkin pernah lihat orang yang super irit tapi hidupnya masih tetap sulit, sementara yang lain tampak santai tapi tetap bisa menabung dan investasi. Nah, perbedaan ini bukan cuma soal gaji, tapi lebih ke pola pikir alias mindset.

Artikel ini membahas tujuh perbedaan utama antara pola pikir hemat orang miskin dan orang kaya. Jadi kalau kamu merasa selama ini sudah berhemat tapi belum juga bisa naik level secara keuangan, mungkin saatnya mulai evaluasi dari sisi mindset. Yuk simak!

1. Fokus pada penghematan jangka pendek vs nilai jangka panjang

Ilustrasi angkutan umum (unsplash.com/Krists Luhaers)
Ilustrasi angkutan umum (unsplash.com/Krists Luhaers)

Orang miskin sering kali fokus ke pengeluaran yang bisa ditekan sekarang juga. Misalnya beli barang murah walau cepat rusak, atau pilih kosan murah tapi jauh dari tempat kerja. Hemat, iya. Tapi kalau dihitung-hitung, bisa jadi malah keluar uang lebih banyak di kemudian hari.

Sementara orang kaya lebih mikir jangka panjang. Mereka rela keluar uang lebih untuk beli barang berkualitas atau investasi waktu supaya bisa hemat lebih besar di masa depan. Hemat versi mereka bukan soal “murah”, tapi soal “bernilai”.

2. Pola pikir kekurangan vs pola pikir kelimpahan

ilustrasi dompet kosong (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi dompet kosong (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Orang yang hemat karena terpaksa biasanya hidup dalam pola pikir kekurangan. Segalanya terasa sempit, takut kehabisan, dan akhirnya tiap keputusan keuangan dibayang-bayangi rasa cemas.

Kebalikannya, orang kaya walau hemat tetap punya pola pikir kelimpahan. Mereka percaya bahwa uang itu bisa dicari lagi, dan memilih hemat karena memang pengin pakai uang secara lebih strategis, bukan karena takut kehabisan.

3. Menunda investasi vs menjadikan investasi sebagai prioritas

ilustrasi investasi (pexels.com/DS stories)
ilustrasi investasi (pexels.com/DS stories)

Orang miskin sering menganggap investasi sebagai sesuatu yang “nanti aja kalau ada sisa”. Padahal kenyataannya, sering gak pernah ada sisa.

Orang kaya justru menganggap investasi sebagai kebutuhan utama. Mereka akan sisihkan dana investasi dulu di awal sebelum belanja kebutuhan lainnya. Prinsip mereka: uang yang ditanam hari ini bisa tumbuh jadi kebebasan finansial di masa depan.

4. Mengorbankan waktu demi hemat vs menghargai waktu sebagai aset

ilustrasi diskon sale (pexels.com/Markus Spiske)
ilustrasi diskon sale (pexels.com/Markus Spiske)

Mereka yang berhemat karena kepepet kadang rela menghabiskan waktu berjam-jam buat cari diskon atau ngerjain semua hal sendiri, termasuk yang gak mereka kuasai. Sebaliknya, orang kaya tahu bahwa waktu juga berharga. Mereka akan outsourcing tugas-tugas kecil kalau itu bisa memberi mereka waktu untuk fokus ke hal yang lebih menghasilkan, misalnya kerjaan, bisnis, atau upgrading skill.

5. Melihat uang sebagai sumber stres vs alat untuk mencapai tujuan

ilustrasi liburan keluarga (pexels.com/Asad Photo Maldives)
ilustrasi liburan keluarga (pexels.com/Asad Photo Maldives)

Banyak orang miskin punya hubungan emosional yang negatif dengan uang. Setiap pengeluaran bikin waswas. Bahkan beli barang penting pun bisa diliputi rasa bersalah.

Orang kaya lebih tenang dalam mengelola uang. Bukan karena gak peduli, tapi karena mereka punya sistem yang jelas dan tahu bahwa setiap uang yang keluar diarahkan ke tujuan hidup mereka. Jadi, gak ada drama atau rasa bersalah berlebih.

6. Menghindari risiko secara ekstrem vs mengambil risiko yang terukur

ilustrasi bisnis (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi bisnis (pexels.com/Kampus Production)

Karena takut kehilangan uang, orang miskin sering banget menghindari semua jenis risiko. Termasuk risiko yang sebetulnya bisa memberikan hasil besar kalau dikelola dengan baik, seperti bisnis kecil atau investasi.

Orang kaya gak sembarangan ambil risiko, tapi mereka tahu bahwa semua pertumbuhan butuh tantangan. Mereka pelajari, kalkulasi, lalu ambil langkah. Bagi mereka, risiko adalah bagian dari proses menuju keberhasilan, bukan sesuatu yang harus ditakuti terus.

7. Berhemat sebagai cara bertahan hidup vs strategi membangun kekayaan

ilustrasi belanja kebutuhan sehari-hari (pexels.com/Alesia Kozik)
ilustrasi belanja kebutuhan sehari-hari (pexels.com/Alesia Kozik)

Intinya, orang miskin hemat untuk bisa bertahan. Semua keputusan keuangan didorong oleh kebutuhan mendesak, bukan strategi jangka panjang.

Orang kaya hemat bukan karena gak punya uang, tapi karena mereka ingin uangnya terus bertumbuh. Hemat versi mereka adalah alat untuk mengatur cash flow, investasi, dan mewujudkan tujuan hidup.

Setelah baca tujuh perbedaan di atas, coba deh kamu evaluasi diri sendiri. Kamu lebih sering hemat karena terpaksa atau karena strategi? Gak masalah kalau selama ini masih di level hemat versi bertahan, karena yang penting kamu sadar dan mau berubah.

Mulai ubah cara pandangmu tentang uang. Belajar investasi, hargai waktumu, dan pikirkan jangka panjang.

Hemat itu penting, tapi harus dibarengi dengan mindset yang tepat. Karena pada akhirnya, yang bikin seseorang jadi kaya bukan seberapa dikit dia keluarin uang, tapi seberapa cerdas dia mengelolanya. Jadi, kamu udah siap beralih dari hemat karena terpaksa ke hemat yang penuh strategi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ken Ameera
EditorKen Ameera
Follow Us