Hindari Tarif AS, Lesotho Akan Tingkatkan Ekspor Tekstil ke Asia

- Lesotho meningkatkan ekspor tekstil ke Asia dan benua lain.
- Lesotho berhasil mengamankan pasar di Afrika, termasuk dengan negara anggota Southern African Customs Union.
- Menteri Lesotho menyebut AS melanggar prinsip WTO, pengurangan tarif AS tetap berdampak besar pada industri tekstil Lesotho.
Jakarta, IDN Times - Lesotho mengungkapkan rencana mengalihkan pasar produk tekstil dari negaranya ke Asia dan benua lainnya untuk menghindari ketidakpastian imbas tarif 15 persen dari Amerika Serikat (AS) pada Selasa (19/8/2025).
Pada awal Juli, Lesotho sudah menetapkan situasi darurat imbas naiknya pengangguran dan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir. Keputusan ini ditetapkan menyusul pemberlakuan tarif dari AS.
1. Lesotho berhasil mengamankan pasar di Afrika
Selain rencana meningkatkan ekspor produk tekstil di Asia dan benua lainnya, Lesotho berhasil mengamankan bisnisnya dengan sejumlah negara Afrika. Pasar ekspor tersebut termasuk dengan negara anggota Southern African Customs Union, seperti Botswana, Eswatini, Namibia, dan Afrika Selatan.
Sementara itu, industri tekstil menjadi pendukung utama ekonomi negara terkunci di bagian selatan Afrika tersebut. Industri itu sudah mempekerjakan 12 ribu orang secara langsung dan 40 ribu orang secara tidak langsung di Lesotho.
Tak hanya Lesotho, Afrika Selatan yang terdampak tarif 30 persen dari AS juga sedang mencari pasar baru untuk mendiversifikasi ekspor produknya, terutama untuk pasar China dan Asia.
2. Sebut AS melanggar prinsip WTO
Menteri Perdagangan, Perindustrian, Pembangunan Bisnis, dan Pariwisata Lesotho, Mokhethi Shelile menyebut bahwa sebagian besar produk tekstil Lesotho diekspor ke AS dan langkah Washington ini tidak adil.
“Ini adalah bentuk pelanggaran prinsip World Trade Organization (WTO). Setelah pemberlakuan kebijakan tarif baru. eksportir dari Lesotho ke AS membatalkan 80 persen pesanan dan membuat 13 ribu lapangan kerja hilang,” ujarnya, dikutip dari The East African.
Perusahaan garmen Lesotho, Afri-Expo Textiles mengaku terdampak besar dari tarif AS ini. Mereka menyebut 10 persen dari produknya diekspor ke AS dan tarif ini telah membuat hampir 500 pekerja diberhentikan.
Pada 2021, perusahaan itu berniat mengekspansi industrinya di 10 kawasan industri di Maseru untuk mempekerjakan 10 ribu pekerja. Namun, rencana itu tidak tercapai akibat dari tarif AS kepada Lesotho.
3. Pengurangan tarif AS tetap berdampak besar pada industri tekstil Lesotho
Pada April, Lesotho mendapatkan tarif sebesar 50 persen dari AS. Kemudian, Washington bersedia menurunkan tarif impor barang dari Lesotho hingga menjadi 15 persen pada awal Agustus setelah diadakan negosiasi. Sayangnya. pengurangan ini tidak berdampak signifikan terhadap industri tekstil di Lesotho. Ketidakpastian pasar membuat ratusan pekerja di industri tekstil sudah diberhentikan, dilansir TRT Global.
Shelile mengungkapkan bahwa Lesotho akan kesulitan bersaing dengan industri tekstil dari negara Afrika lainnya, seperti Kenya dan Eswatini yang mendapatkan tarif lebih rendah sebesar 10 persen.