IBC Bidik Investor AS dan Jepang Jadi Mitra
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC). Holding BUMN tersebut terdiri dari MIND ID, PT Antam, PT Pertamina, dan PT PLN dengan komposisi saham masing-masing sebesar 25 persen.
"Apa yang sudah kita jalankan sama-sama ini terbukti kalau kita kompak. Kita punya kekayaan nikel yang nilainya hampir 24 persen di dunia. Dengan adanya EV battery ini kita juga membuat Indonesia lebih bersahabat dengan ekonomi hijau," kata Erick dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/3/2021).
1. IBC bermitra dengan CATL dan LG Chem
Erick mengatakan, IBC telah bermitra dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) senilai 5 miliar dolar AS dan LG Chem sekitar 13-17 dolar AS. Kedua perusahaan tersebut akan berinvestasi untuk membuat pabrik baterai mobil listrik.
"Ini perjanjian yang sangat win-win. Di mobilnya kita mengalah, tetapi di motor listriknya, stabilisator baterai kita yang menjadi leading sector. Tidak usah malu karena kita ber-partner dengan global player," kata Erick.
Baca Juga: BUMN: Kendaraan Listrik Bisa Sumbang PDB hingga Rp400 Triliun
2. IBC membuka peluang kerja sama secara luas
Editor’s picks
Selain itu, lanjut Erick, IBC juga membuka peluang kerja sama secara luas. Pada pertengahan April, dirinya bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perdagangan M Lutfi akan terbang ke Amerika Serikat untuk melihat potensi kerja sama.
"Kami juga ada rencana untuk mendatangi Jepang untuk membahas hal yang sama," tuturnya.
3. Nilai investasi industri baterai
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menambahkan, nilai investasi industri baterai sebesar 17 miliar dolar AS atau setara Rp245 triliun. Dalam satu hingga dua tahun pertama, holding BUMN tersebut akan menggunakan dana investasi di sektor hulu seperti tambang dan smelter.
Pahala mengatakan, total kapasitas baterei listrik ditargetkan 143 GwH di tahun 2030. Kemudian, 53 GwH dari produksi baterai sel akan diekspor.
"Sisanya kita harap bisa digunakan di industri baterai untuk memproduksi EV yang ada di Indonesia," kata Pahala.
Baca Juga: Menteri Erick Umumkan IBC Terbentuk, RI Menatap Era Kendaraan Listrik