Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu Nanik

Sempat dipandang sebelah mata karena tampilan gak menarik

Jakarta, IDN Times - Tidak boleh ada makanan yang mubazir (terbuang sia-sia). Begitu prinsip Nanik Soelistiowati ketika merintis usaha katering. 2007 silam, Nanik memiliki cukup banyak pelanggan, mulai karyawan perkantoran hingga perhotelan. Setiap ada sisa makanan, selalu diolah kembali.

"Di kotak makanan itu biasanya ada buah, misal pisang. Kalau pisangnya kelihatan bagus diambil, kalau gak bagus dibuang. Akhirnya saya olah kembali jadi pisang goreng. Karena ibu saya diabetes, makan pisang goreng itu jadi gula darah naik. Akhirnya saya ganti pakai madu, dan rasanya cocok," ungkap Nanik di Jakarta, Selasa (19/11).

1. Tampilan pisang goreng 'gosong' bikin orang ogah melirik

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikInstagram.com/pisanggorengmadubunanik

Berawal dari itulah, Nanik mencoba membuat pisang goreng madu sebagai menu spesial hari Jumat. Namun, respons pelanggan tak sesuai harapan. Banyak yang tidak memakan pisang goreng madu itu lantaran tampilannya tidak meyakinkan.

"Pelanggan pada bilang 'pisang goreng gosong kok dikeluarin'. Akhirnya gak saya keluarin lagi sebagai menu spesial," kata Nanik.

Namun, lanjut Nanik, rupa-rupanya ada pelanggan yang menginginkan pisang goreng madu tersebut karena rasanya enak. Pelanggan lain yang belum sempat mencicipi akhirnya ikut penasaran.

"Katanya rasanya enak, cari di tempat lain gak ada. Akhirnya dari situ mereka maunya dikasih snack pisang madu," katanya.

2. Sempat gagal jualan di bazaar, tapi tak mudah menyerah

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikNgobrol UKM "Kisah sukses pisang goreng Bu Nanik." (IDN Times/Indiana Malia)

Kendati mulai diminati pelanggan, Nanik tidak langsung puas. Ia ingin pisang goreng madu buatannya dikenal lebih banyak orang. Ia mencoba ikut bazaar suatu acara. Sayangnya, tak ada yang berminat pada makanan itu.

"Pas jualan, kutawari ke orang-orang yang lewat pada gak mau karena tampilannya gosong. Saya banyak bikin tester, sehari jual 20 biji aja susahnya minta ampun. Apalagi 2007 belum ada ojek online kayak sekarang," katanya.

Namun, ia tetap ulet. Gagal jualan di bazaar, Nanik membuat brosur pisang goreng madu. Setiap Jumat, ia naik motor keliling masjid untuk membagi-bagikan brosur itu. Hal yang sama ia lakukan setiap Minggu, berkeliling dari gereja satu ke gereja lainnya. Akhirnya, sedikit demi sedikit ada yang memesan pisang goreng madu buatannya.

Hal yang tak mudah ia lupakan adalah saat mencoba kembali ikut bazaar. Di luar dugaan, ia berhasil menggoreng 999 pisang. Bahkan, saat itu artis Tika Panggabean ketagihan memakan pisang goreng madu itu. Lumayan mendongkrak konsumen, kata Nanik.

"Banyak yang bilang enak. Dari situ saya punya keyakinan pasti bisa sukses. Dari awal memasarkan memang sulit karena tampilan gak menarik. Kami kasih nama pisang goreng madu itu si hitam manis. Memang kalau gak merasakan langsung, bakal ngejudge dari tampilannya doang. Tapi kalau sudah makan, bikin nagih," ia berkelakar.

Baca Juga: Startup Logistik Paxel Tak Keberatan Soal Ganjil-Genap di Jakarta

3. Bagi Nanik tantangan terberat saat bisnis adalah menjaga rasa dan mutu

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikInstagram.com/pisanggorengmadubunanik

Menurut Nanik, menjaga rasa dan mutu adalah tantangan terberat saat berbisnis. Sebab, hal itu berkaitan dengan kepercayaan pelanggan. Apabila kualitas berubah, lambat laun pasti akan ditinggalkan pasar.

"Kalau misal lagi kemarau pisang ya kami milih gak akan goreng walaupun ada pilihan pisang lain yang kualitasnya mungkin lebih rendah. Kami gak mau maksain, kami jaga rasa. Kalau pisang yang bagus baru ada besok ya gorengnya besok," kata Nanik.

Untuk menjaga kualitas, Nanik dan anaknya juga rajin melakukan tes rasa sebelum pisang goreng madu dijual. Resep inti dipegang keluarga, sehingga karyawannya hanya tinggal mengolah saja.

4. Produksi pisang goreng madu meningkat 33 persen sejak ekspansi ke luar kota

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikNgobrol UKM "Kisah sukses pisang goreng Bu Nanik." (IDN Times/Indiana Malia)

Setelah merek Pisang Goreng Madu Bu Nanik dipatenkan, permintaan konsumen luar kota akan semakin tinggi. Akhirnya Nanik memberanikan diri berekspansi ke luar Jabodetabek mulai Oktober 2019 lalu. Ia mengaku butuh waktu 12 tahun untuk akhirnya berani ekspansi ke luar daerah.

“Untungnya saya ketemu partner yang pas bisa mewujudkan rencana ekspansi. Tadinya tidak terpikir bagaimana pisang goreng saya bisa sampai ke Surabaya malah Bali, dalam kondisi masih baik. Sampai akhirnya ketemu Paxel,” ujar Bu Nanik.

Menurutnya, ekspansi keluar daerah bukan cuma soal penjualan. Tapi menjangkau lebih banyak konsumen nun jauh, dengan produk yang UKM produksi. Sebelumya, dalam sehari Nanik biasa mengirimkan tiga ton pisang mentah (siap goreng) untuk area Jabodetabek.

Setelah berekspansi, meningkat menjadi empat ton pisang mentah sehari. Artinya, terjadi peningkatan hingga 33 persen pengiriman pisang mentah dalam sehari. Pisang Goreng Madu Bu Nanik, kini sudah bisa dinikmati di 12 kota daerah Jawa-Bali. Ekspansi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kuliner ini dilakukan melalui kerjasama dengan perusahaan logistik pelopor same day delivery antarkota di Indonesia, Paxel.

5. Ekspansi bisnis kuliner kini lebih mudah, gak perlu repot buka cabang baru

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikNgobrol UKM "Kisah sukses pisang goreng Bu Nanik." (IDN Times/Indiana Malia)

Menurut Nanik, ekspansi bisnis kuliner kini lebih mudah dengan kelahiran same day delivery antarkota. Sebab, Nanik bisa menjangkau konsumen di mana saja tanpa membuka cabang terlebih dahulu.

"Kalau sekarang mau buka toko itu nomor satu harus sewa tempat. Kan, nambah biaya. Belum lagi harus nambah orang, quality control, banyaklah cost-nya. Ke depan, kemungkinan besar gak banyak toko offline karena bisa disiasati ke delivery company," ucapnya.

Menurut Nanik, loyalitas karyawan juga harus dibangun. Ia membangun kedekatan dengan para karyawannya hingga mengapresiasi kinerja mereka. Misalnya, memberikan hadiah umroh gratis bagi karyawan alih-alih uang tunai.

"Itu lebih bermakna ketimbang uang cash yang bisa habis-habis saja," ujar Nanik.

6. 75 Persen UKM online memilih Paxel sebagai jasa logistik same day delivery

Jatuh Bangun Bisnis Pisang Goreng Madu Bu NanikDok.IDN Times/Istimewa

75 Persen UKM online memilih Paxel sebagai jasa logistik same day delivery. Sementara, 25 persen lainnya memilih jasa ojek online. Hal itu terungkap dalam survei Paxel Buy & Send Insight kepada lebih dari 535 penjual online di Indonesia. Dalam survei itu, terungkap juga bahwa UKM penjual online Indonesia saat ini semakin mengandalkan jasa logistik tiba di hari yang sama alias same day delivery. Sebanyak 36 persen penjual online merasa kecepatan pengiriman barang lebih penting ketimbang ongkos kirim yang murah.

"Setelah menggunakan jasa same day delivery, 97 persen penjual online mengalami peningkatan volume pengiriman barang dagangan," kata COO Paxel, Zaldy Ilham Masita.

Paxel Buy & Send Insights adalah survei yang diadakan oleh Paxel bekerja sama dengan lembaga riset Provetics. Survei ini melibatkan 535 UKM penjual online di Indonesia, pada rentang waktu 29 Juli sampai 4 Agustus 2019.

UKM penjual online yang disurvei adalah penjual makanan yang selama ini mengandalkan jasa logistik same day delivery . Sebanyak 34 persen UKM penjual online yang disurvei Paxel Buy & Send Insights sudah berjualan lebih dari dua tahun (veteran), 33 persen berjualan online selama satu hingga dua tahun (berpengalaman), dan 33 persen sisanya baru berjualan online kurang dari satu tahun (pemula).

 

Baca Juga: 75 Persen UKM Online Pilih Paxel untuk Pengiriman Same Day Delivery

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya