Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Industri Manufaktur Terus Ekspansi, Menperin Optimistis

ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)
Intinya sih...
  • PMI Manufaktur Indonesia naik signifikan menjadi 53,6 pada Februari 2025, menunjukkan ekspansi industri manufaktur.
  • Kinerja ekspansif sejalan dengan capaian Indeks Kepercayaan Industri yang meningkat hingga level 53,15.
  • Peningkatan produksi dan aktivitas pembelian selama bulan Ramadan menjadikan optimisme PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2025 akan berada dalam fase ekspansi.

Jakarta, IDN Times - Industri manufaktur di Indonesia semakin menggeliat begitu memasuki awal tahun 2025. Hal ini ditandai dari capaian (PMI) Manufaktur Indonesia oleh S&P Global yang menunjukkan bahwa PMI manufaktur Indonesia pada bulan Februari 2025 menyentuh level 53,6 atau naik signfikan hingga 1,7 poin dari capaian bulan Januari di angka 51,9.

PMI manufaktur yang berada di atas level 50 mencerminkan industri manufaktur dalam kondisi ekspansif. Untuk fase ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Februari ini merupakan level tertinggi sejak 11 bulan terakhir. 

1. PMI manufaktur meningkat menandakan optimisme cukup tinggi

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, kinerja manufaktur yang ekspansif sejalan dengan capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang tercatat berada di level 53,15. Posisi tersebut meningkat 0,05 poin dibandingkan Januari 2025 atau meningkat 0,59 poin dibandingkan dengan Februari tahun lalu.

“Ini menandakan bahwa sektor industri manufaktur terus berkembang dengan optimisme yang cukup tinggi di awal tahun,” kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (3/3/2025). 

2. Kondisi iklim usaha diklaim kondusif

ilustrasi pekerja di bidang manufaktur (pexels.com/ELEVATE)

Meskipun menghadapi berbagai dinamika politik dan ekonomi global, industri manufaktur nasional tetap menunjukkan kepercayaan yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Hal ini turut mencerminkan kondisi iklim usaha di Indonesia yang kondusif karena adanya beberapa regulasi pemerintah yang mendukung peningkatan produktivitas dan daya saing bagi sektor industri.

“Dengan adanya berbagai upaya strategis dan inovasi dari para pelaku industri, serta dukungan berkelanjutan dari pemerintah, kami optimistis sektor industri manufaktur dapat kembali bangkit dan mencatat pertumbuhan positif sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional,” papar Agus.

Ia menjelaskan melesatnya kinerja industri manufaktur ini lantaran didorong oleh tingginya produktivitas dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik yang meningkat. 

“Karena pasar domestik masih menjadi andalan, harus dipastikan gempuran impor bisa dihilangkan, dengan diterbitkan kebijakan safeguard, lartas, dan lain-lain untuk melindungi pasar dalam negeri,” tegasnya.

3. Laju kinerja manufaktur dipastikan bisa meningkat lagi

Koperasi Tegal Manufaktur Indonesia (TMI) merupakan badan usaha berbentuk koperasi yang beranggotakan industri kecil dan menengah (IKM) logam Kabupaten Tegal dalam berbagai bidang. (dok. LPDB)

Ia menjelaskan yang terpenting saat ini adalah pelaksanaan kebijakan tata kelola importasi yang benar untuk melindungi industri dalam negeri. Hal ini terlihat juga optimisme dari pengusaha tekstil karena sudah disepakatinya Permendag baru terkait pengendalian impor atas tekstil dan produk tekstil.

“Tentunya kebijakan ini akan menciptakan fair play di pasar domestik terhadap barang-barang impor yang diduga melakukan praktik dumping. Tentunya optimisme ini akan berlanjut apabila hal yang sama diberlakukan juga kepada komoditi-komoditi hilir lainnya yang langsung dikonsumsi masyarakat,” ungkap Agus.

Sejumlah perusahaan yang menaikkan kapasitas, juga turut menambah jumlah tenaga kerja. Bahkan, peningkatan jumlah tenaga kerja pada bulan Februari merupakan yang tercepat yang pernah tercatat dalam survei ini.

“Industri manufaktur masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional. Kami yakin, PMI manufaktur Indonesia bisa lebih tinggi lagi apabila didukung dengan kebijakan yang strategis seperti merevisi kebijakan relaksasi impor untuk 7 subsektor industri,” tuturnya.

4. PMI manufaktur Indonesia lampaui banyak negara

ilustrasi pabrik OPPO Indonesia (oppo.com)

Di samping itu, Kemenperin mengapresiasi terhadap keberlanjutan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk industri, yang telah menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto.

“Kami juga mengapresiasi kepada Bapak Menteri ESDM Bahlil Lahadalia atas diterbitkannya Keputusan Menteri ESDM Nomor 76K/2025 tentang Perpanjangan HGBT untuk tujuh sektor industri dan berlaku selama lima tahun ke depan,” imbuhnya.

Dengan demikian, Menperin optimistis PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2025 juga akan berada dalam fase ekspansi. Hal ini karena adanya peningkatan produksi dan aktivitas pembelian selama bulan Ramadan.

PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2025 mampu melampaui PMI manufaktur Amerika Serikat (51,6), Taiwan (51,5), Filipina (51,0), China (50,8), Thailand (50,6), Malaysia (49,7), Vietnam (49,2), Jepang (48,9), Myanmar (48,5), Jerman (46,1), dan Inggris (46,4).

“Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi di tingkat ASEAN. Bahkan juga melampaui negara-negara manufaktur global yang saat ini masih mengalami fase kontraksi,” jelas Menperin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us