Ini Alasan Perusahaan Jepang Betah Berbisnis di Indonesia

- Perusahaan Jepang di Indonesia berencana ekspansi bisnis dalam 1-2 tahun mendatang, hasil survei Jetro menunjukkan niat tersebut dari setengah perusahaan yang disurvei.
- Alasan utama ekspansi adalah memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan faktor menguntungkan seperti ukuran pasar besar, biaya upah rendah, dan stabilitas politik.
Jakarta, IDN Times - Perusahaan Jepang di Indonesia menyatakan keinginan untuk melakukan ekspansi bisnis dalam satu hingga dua tahun ke depan, mengingat kondisi bisnis yang positif di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Japan External Trade Organization (Jetro), sekitar separuh dari perusahaan Jepang yang disurvei mengindikasikan niat tersebut.
Selain itu, persentase ekspansi bisnis juga terus meningkat setelah era COVID-19, berbeda dengan kondisi di China yang mengalami penurunan ekspansi pada periode yang sama. Persentase perusahaan Jepang di Indonesia yang berencana melakukan ekspansi meningkat sebesar 1,7 poin dari survei tahun sebelumnya, mencapai sekitar 49,5 persen.
“Sebagai tambahan, hanya sekitar 4,2 persen perusahaan responden yang menyatakan akan melakukan pengurangan kapasitas maupun relokasi ke negara lain,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dalam keterangan, dikutip Kamis (21/3/2024).
1. Ada beberapa keuntungan ekspansi bisnis di Indonesia

Alasan utama di balik ekspansi bisnis perusahaan Jepang di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Menurut Jetro, ekspektasi terhadap ekspansi pasar domestik di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata ASEAN.
Perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia mengidentifikasi beberapa faktor yang menguntungkan dalam berbisnis di Indonesia, seperti ukuran pasar yang besar dan potensi pertumbuhan, biaya upah yang rendah, kemudahan dalam merekrut staf lokal, pembentukan klaster industri lokal oleh perusahaan klien, serta stabilitas politik dan sosial.
“Sedangkan beberapa hal yang masih dianggap sebagai faktor risiko teratas adalah meningkatnya labor cost, manajemen kebijakan dari pemerintah daerah yang kurang jelas, prosedur perpajakan yang menghabiskan waktu, sistem operasi hukum yang belum berkembang dan kurang jelas, serta prosedur administratif yang juga memakan waktu,” tutur Febri.
2. Hampir separuh perusahaan Jepang perkirakan labanya meningkat

Hasil survei menunjukkan sekitar 71,4 persen dari perusahaan yang berafiliasi dengan Jepang di Indonesia diharapkan mengalami keuntungan dalam pendapatan operasional pada 2023. Persentase tersebut merupakan yang tertinggi di antara perusahaan-perusahaan Jepang di wilayah ASEAN.
Selain itu, sekitar 42,1 persen dari perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia mengungkapkan, mereka memperkirakan laba operasional mereka akan meningkat pada jika dibandingkan dengan hasil survei tahun sebelumnya.
“Hal ini didorong oleh banyak perusahaan yang menyatakan adanya peningkatan demand dari pasar domestik,” ujar Febri.
3. Pemerintah dukung pengembangan bisnis di Indonesia

Menurut Febri, keyakinan yang tinggi dari perusahaan yang beroperasi di Indonesia menunjukkan keadaan ekonomi nasional saat ini masih kuat.
Peningkatan ekonomi tersebut sejalan dengan performa positif dari sektor manufaktur, yang menjadi penyumbang utama terhadap produk domestik bruto (PDB) negara.
“Kondisi inipun dirasakan oleh para pelaku industri yang beraktivitas di Indonesia. Kemenperin terus mendukung perusahaan manufaktur untuk mengembangkan bisnisnya dengan mengusahakan kebijakan-kebijakan yang strategis,” ujarnya.