Jepang Genjot Investasi Rp24 Triliun di Afrika untuk Gantikan China

- Jepang berinvestasi Rp24 triliun di Afrika untuk mendukung pengurangan gas rumah kaca dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
- Investasi ini bertujuan membantu Afrika mencapai standar Sustainable Development Goals (SGD) dari PBB, meskipun jarak dan bahasa menjadi faktor penghalang hubungan Jepang-Afrika.
- Perusahaan Jepang berniat ekspansi di Afrika dengan fokus pada mineral kritis, logam dasar, dan logam tanah jarang untuk mengurangi ketergantungan dari sumber daya alam dari China.
Jakarta, IDN Times - Jepang menyatakan berniat meningkatkan investasi senilai 1,5 miliar dolar AS (Rp24 triliun) di negara-negara Afrika dalam Tokyo International Conference on African Development (TICAD) pada Rabu (20/8/2025). Rencana ini untuk mendukung pengurangan gas emisi rumah kaca dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pekan lalu, perusahaan otomotif asal Jepang, Isuzu Motors sudah menyatakan akan mendirikan pusat produksi di Afrika Selatan. Langkah ini berfungsi meningkatkan produksi kendaraan dan memperluas pasar di Afrika.
1. Bantu Afrika mencapai SGD
Kementerian Luar Negeri Jepang berniat memberikan dampak positif dalam mengubah masalah sosial dan membantu negara Afrika mencapai standar Sustainable Development Goals (SGD) dari PBB.
Proyek dari investasi ini termasuk pembangunan pembangkut listrik tenaga tenaha bayu (PLTB) skala besar untuk mengurangi emisi gas. Selain itu, membiayai startup di sekot kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Afrika, dikutip dari NHK.
Investasi ini diharapkan dapat memberikan potensi tercapainya membantu masalah energi dan kesehatan yang dihadapi negara-negara Afrika. Sementara, perusahaan Jepang tetap memperoleh profit dari investasi tersebut.
2. Jarak dan bahasa menjadi faktor penghalang hubungan Jepang-Afrika
Pada Juni, Kementerian Keuangan Jepang mengatakan bahwa investasi Jepang di Afrika masih sangat kurang. Pada 2024, Afrika hanya menerima 0,5 persen dari seluruh foreign direct investment (FDI) dari Jepang.
Salah satu faktor utama yang menghalangi hubungan Jepang dan Afrika adalah jarak. Hingga kini, hanya ada satu rute yang melayani penerbangan langsung dari dan ke Jepang, yakni rute Tokyo-Kairo. Selain itu bahasa menjadi salah satu penghalang lainnya yang membuat perusahaan Jepang enggan berbisnis dan berinvestasi di negara-negara Afrika, dilansir African Business.
Meskipun demikian, Profesor dari Ritsumeikan University di Kyoto, Keiichi Shirato mengatakan, perusahaan Jepang saat ini punya tendensi internasional dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang jauh lebih baik. Perusahaan Jepang berusaha melihat potensi dari besarnya populasi pemuda di Afrika.
3. Perusahaan Jepang berniat ekspansi di Afrika

Wakil Urusan Internasional di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Takeshi Matsuo mengumumkan niat untuk berekspansi di pasar Afrika.
“Sekarang pemikiran dari pemimpin perusahaan Jepang sudah berubah drastis dan mereka lebih aktif dalam mengekspansi bisnis secara global. Afrika menjadi salah satu destinasi di mana kami berharap perusahaan Jepang dapat berkembang,” ungkapnya, dikutip dari Business Insider Africa.
Sektor utama yang menjadi fokus Jepang adalah mineral kritis, logam dasar, dan logam tanah jarang. Langkah ini berfungsi untuk mengurangi ketergantungan dari sumber daya alam dari China.