Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kelas Menengah Drop, Ekonom Khawatir Terjadi Revolusi

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Transformasi ekonomi Indonesia dari pertanian ke industri dan jasa mulai terlihat sejak 1995.
  • Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB menurun dari 41,8% (1995) menjadi 28,9% (2023), mengakibatkan penurunan tenaga kerja.
  • Jumlah penduduk kelas menengah turun dari 57,33 juta (2019) menjadi 47,85 juta (2024), berdampak pada konsumsi rumah tangga dan daya tahan ekonomi negara.

Jakarta, IDN Times - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin mengungkapkan tanda-tanda penurunan kelas menengah di Indonesia telah muncul sejak 1995.

Tanda-tanda tersebut berupa terjadinya transformasi ekonomi Indonesia yang tadinya berbasis pertanian menjadi industri, manufaktur dan jasa.

"Transformasi ekonomi adalah pergeseran atau perpindahan dari ekonomi berbasis pertanian menjadi industri manufaktur dan jasa, sektor manufakturnya saya tambah dengan tambang supaya lebih besar," ujar Bustanul, dalam diskusi daring Indef 'Kelas Menengah Turun Kelas', Selasa (10/9/2024).

1. Laju manufaktur terus merosot

Ilustrasi robot di manufaktur (123rf.com/khaligo)

Ia menjelaskan pascatransformasi, kinerja industri manufaktur nasional semakin menyusut dari tahun ke tahun.

Berdasarkan catatannya, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 41,8 persen pada 1995. Kontribusi sektor itu melanjutkan tren penurunan pada 2005 menjadi 38,5 persen dan 28,9 persen di 2023.

"Penurunan kontribusi sektor manufaktur ini jelas akan membuat kebutuhan akan tenaga kerja Indonesia menjadi berkurang," tegasnya

Kondisi ini pun akan mendorong kelas menengah jatuh miskin karena kehilangan pekerjaan (pemutusan hubungan kerja/PHK).

"Cikal bakal deindustrialisasi sudah terlihat dari share PDB. Turun terus. Secara teori, ini bukan proses pembangunan ekonomi yang baik," imbuh dia.

 

2. Jumlah penduduk kelas menengah pascapandemik terus susut

Data penurunan kelas menengah Indonesia. (Dok/BPS).

Deputi Bidang Ekonomi KKP/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, jumlah presentase penduduk kelas menengah mulai menurun pascapandemik COVID-19.

Berdasarkan data pada 2019, jumlah penduduk yang masuk kelas menengah mencapai 57,33 juta (21,45 persen) menjadi 47,85 juta (17,13 persen) pada 2024.

"Kelas menengah merupakan salah satu penyumbang utama dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan kalau kita lihat bagaimana kontribusi dari kelas menengah terhadap konsumsi rumah tangga relatif tinggi," jelas Amalia dalam Konferensi Pers BPS, Jumat (30/8/2024).

 

3. Kelas menengah punya peranan penting bagi ekonomi

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, kelas menengah memiliki peranan yang sangat kritis dan krusial sebagai bantalan ekonomi suatu negara.

Apabila kelas menengah tumbuh kuat maka perekonomian sebuah negara akan menjadi kuat dan kebal dari guncangan gejolak yang berasal dari eksternal maupun domestik.

Namun, di saat proporsi kelas menengah relatif tipis atau turun, maka perekonomian menjadi tidak resilient atau tangguh terhadap berbagai guncangan.

"Jadi artinya peran kelas menengah tidak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara penting untuk memperkuat daya tahan ekonomi dari berbagai guncangan," ucap Amalia.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Septi Riyani
Dwifantya Aquina
Septi Riyani
EditorSepti Riyani
Follow Us