Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kena Tarif Trump, Produsen Tas Branded dari China Banting Harga

ilustrasi e-commerce (Pixabay.com)
ilustrasi e-commerce (Pixabay.com)

Jakarta, IDN Times - Produsen asal China yang selama ini memasok produk untuk merek-merek mewah dunia seperti Birkin dan Louis Vuitton, dilaporkan mulai menjual barang serupa langsung ke konsumen secara online.

Dilansir The Economic Times, Kamis (17/4/2025), dalam sejumlah video yang viral di media sosial, para pemasok tersebut tampak menawarkan produk tanpa merek dengan harga hampir sepersepuluh dari harga pasar.

Di tengah ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, sejumlah produsen China memanfaatkan media sosial untuk menampilkan proses produksi dan rincian biaya barang mewah. Langkah itu menyusul seruan Presiden AS Donald Trump agar perusahaan Amerika memindahkan manufaktur ke dalam negeri.

1. Pemasok ungkap modal membuat tas merek ternama

ilustrasi sebagai dropshipper di e-commerce (pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi sebagai dropshipper di e-commerce (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sejumlah video yang beredar di platform X memperlihatkan pengakuan para pemasok asal China yang memproduksi barang untuk merek-merek ternama seperti Chanel, Estee Lauder, dan Bobbi Brown.

Mereka mengklaim menawarkan produk serupa tanpa logo dengan kualitas bahan dan tenaga kerja yang tetap tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya menjanjikan pengiriman gratis dan menanggung bea masuk bagi pembeli.

Salah satu pemasok menyebutkan biaya produksi tas Birkin hanya sekitar 1.400 dolar AS, jauh di bawah harga jual resminya sebesar 34 ribu dolar AS. Dia menilai margin keuntungan terbesar justru dinikmati oleh pemilik merek, bukan pembuatnya.

“Pembuat tas hanya mendapat keuntungan sangat kecil, sementara sebagian besar keuntungan masuk ke merek karena logonya,” kata si pemasok.

2. China nyatakan tak tunduk terhadap tekanan dari AS

Presiden China Xi Jinping tiba di Malaysia. (Instagram/@anwaribrahim_my)
Presiden China Xi Jinping tiba di Malaysia. (Instagram/@anwaribrahim_my)

Unggahan berisi video penjelasan struktur harga tas desainer seperti Birkin menarik perhatian publik. Beberapa warganet menyebut produk “dupe” yang dijual mungkin merupakan barang asli tanpa merek karena berasal dari pabrik yang sama dengan merek mewah.

Fenomena tersebut memicu perdebatan soal efektivitas perang dagang AS. Sebagian pengguna menilai, meski dikenakan bea masuk dan ongkos kirim, harga produk dari pemasok China tetap lebih murah dibanding di pasar Amerika.

Video lain juga menyoroti kualitas dan keahlian dalam proses produksi untuk membantah stigma negatif terhadap label “Made in China.” China belum menunjukkan tanda mundur meski barang-barangnya dikenai tarif 145 persen oleh AS. Sebagai balasan, Beijing menaikkan tarif hingga 125 persen dan kini fokus pada reformasi dalam negeri serta perluasan kemitraan dagang.

Presiden Xi Jinping menyebut kebijakan AS sebagai perundungan sepihak. Para pejabatnya menegaskan China tak akan tunduk pada tekanan luar dan akan terus melawan hingga akhir.

3. AS dan China diwarnai tegang perang dagang

Infografis Daftar Tarif resiprokal Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump (IDN Times/Aditya Pratama)
Infografis Daftar Tarif resiprokal Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

AS telah mengumumkan menaikkan tarif impor terhadap produk China hingga 245 persen. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari strategi proteksionis untuk melindungi industri domestik.

"China kini menghadapi tarif hingga 245 persen atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan pembalasannya," kata Gedung Putih dikutip dari Anadolu, Rabu (16/4/2025).

Sebagai balasan, China mengenakan tarif serupa terhadap barang AS, membatasi ekspor, dan menggugat kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Beijing juga memasukkan sejumlah perusahaan AS ke daftar hitam.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us