Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Batalkan Semua Pembelian Pesawat Boeing Imbas Perang Dagang 

Ilustrasi pesawat terbang. (unsplash.com/John McArthur)

Jakarta, IDN Times – China secara resmi meminta industri kedirgantaraan dalam negeri untuk menyetop pembelian pesawat buatan Boeing. Langkah ini merupakan dampak dari perang dagang yang semakin memanas, setelah Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif sebesar 145 persen terhadap Beijing.

“Beijing juga meminta agar maskapai penerbangan China menghentikan pembelian peralatan dan suku cadang terkait pesawat dari perusahaan AS,” lapor The Straits Times, Selasa (15/4/2025).

Langkah China untuk menghentikan pembelian komponen pesawat ini diperkirakan akan meningkatkan biaya pemeliharaan jet yang beroperasi di negara tersebut. Namun, China sedang mempertimbangkan upaya untuk memberikan bantuan kepada maskapai penerbangan yang menyewa jet Boeing dan menghadapi lonjakan biaya.

1. Trump sebut pembatalan itu menunjukkan China ingkar janji

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Presiden AS, Donald Trump, merespons langkah tersebut dengan menyebut bahwa China telah ingkar janji karena membatalkan kesepakatan yang sudah disetujui sebelumnya.

“Menariknya, mereka baru saja mengingkari kesepakatan besar dengan Boeing dengan mengatakan bahwa mereka ‘tidak akan mengambil alih’ pesawat yang telah dikomitmenkan sepenuhnya,” kata Trump melalui media sosial pribadinya.

Trump menambahkan bahwa pembatalan itu sama saja dengan tidak menghormati pendahulunya, Joe Biden.

2. Perusahaan Boeing kian terpukul keras

Gedung perusahaan Boeing di California, Amerika Serikat (unsplash.com/Sven Piper)

Tiga maskapai penerbangan terbesar di China, Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines, telah merencanakan untuk menerima masing-masing 45, 53, dan 81 pesawat Boeing antara 2025 hingga 2027.

Penghentian pengiriman ini menjadi kemunduran signifikan bagi pembuat pesawat tersebut. Sebelumnya, Boeing juga dihadapkan pada berbagai masalah internal, seperti pemogokan buruh, peningkatan pengawasan regulasi, hingga gangguan rantai pasokan.

Saham Boeing, yang menjadikan China sebagai salah satu pasar pertumbuhan terbesarnya dan tempat di mana pesaingnya, Airbus, memegang dominasi, turun 2 persen pada awal perdagangan.

Saham perusahaan tersebut bahkan telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya sejak insiden meledaknya panel pintu di udara pada jet MAX 9 baru pada 2024.

3. Perang dagang menguat

Ilustrasi perdagangan lintas negara (Unsplash/Dominik Lückmann)

Trump telah menjatuhkan tarif impor sebesar 145 persen terhadap barang-barang dari China. Sebagai balasan, Beijing juga mengenakan tarif sebesar 125 persen terhadap produk asal AS.

Para analis menyebut perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini sebagai pertarungan kehendak, di mana masing-masing pihak memanfaatkan keunggulan ekonomi dan titik tekan politik yang dimiliki.

“Taruhannya sangat tinggi, dan satu-satunya masalah yang tersisa adalah siapa yang akan menyerah lebih dulu,” ujar Yasheng Huang, profesor ekonomi dan manajemen global di MIT, dikutip ABC News, Rabu (16/4/2025).

Meski begitu, China dinilai memainkan kartu yang lebih baik dalam perang kali ini. JPMorgan pada Selasa menyebutkan, tarif AS diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun ini sebesar 0,7 persen, namun ekonomi tetap tumbuh positif di angka 4 persen.

Sementara itu, hilangnya barang-barang China yang relatif murah diperkirakan akan memicu kenaikan harga bagi para pembeli di AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us