Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Fatal yang Sering Dilakukan Saat Memulai Bisnis Kuliner

ilustrasi membuka bisnis kuliner (pexels.com/Peter Lopez)

Memulai bisnis kuliner memang terdengar menarik. Siapa yang tidak ingin melihat ide masakan lezatnya disukai banyak orang dan membawa keuntungan besar? Tapi, hati-hati, ada jebakan umum yang bisa membuat perjalanan bisnis kulinermu jadi berat di awal.

Banyak pebisnis pemula gagal karena kurangnya perencanaan yang matang. Mereka sering menganggap enteng proses persiapan, padahal di sinilah fondasi bisnis dibangun. Jadi, yuk, kenali lima kesalahan yang sering terjadi saat memulai bisnis kuliner!

1.Tidak melakukan riset pasar

ilustrasi riset pasar (pexels.com/Yan Krukau)

Banyak orang merasa idenya sudah cukup hebat tanpa melihat kebutuhan pasar. Padahal, riset pasar sangat penting untuk mengetahui apakah produkmu benar-benar dibutuhkan. Tanpa riset, kamu bisa saja menjual sesuatu yang tidak relevan.

Selain itu, riset membantu memahami kompetisi. Kamu bisa belajar dari kelebihan dan kekurangan kompetitor, lalu menyesuaikan strategi agar produkmu lebih unggul. Dengan riset yang baik, kamu bisa masuk ke pasar dengan langkah yang lebih percaya diri.

2.Mengabaikan perencanaan keuangan

ilustrasi merencanakan keuangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah tidak membuat anggaran yang jelas. Banyak pebisnis kuliner mengeluarkan terlalu banyak uang di awal, seperti untuk dekorasi mewah atau peralatan mahal. Akibatnya, modal habis sebelum bisnis berjalan stabil.

Perencanaan keuangan yang buruk juga membuatmu sulit menghadapi pengeluaran tak terduga. Misalnya, biaya promosi tambahan atau bahan baku yang harganya melonjak. Jadi, pastikan kamu punya anggaran cadangan dan prioritas pengeluaran yang tepat.

3.Lokasi yang tidak strategis

ilustrasi membuka bisnis kuliner (pexels.com/Viridiana Rivera)

Lokasi adalah kunci sukses bisnis kuliner, tetapi seringkali diabaikan. Banyak orang memilih lokasi karena murah atau dekat dengan rumah, tanpa mempertimbangkan akses pelanggan. Padahal, lokasi yang strategis bisa menarik lebih banyak pengunjung.

Misalnya, tempat di dekat area perkantoran cocok untuk makanan cepat saji. Sementara itu, kafe mungkin lebih baik di area wisata atau pusat keramaian. Pilih lokasi yang sesuai dengan target pasar agar bisnis kulinermu lebih mudah berkembang.

4.Kurang fokus pada branding

ilustrasi membuka bisnis kuliner (pexels.com/Tuğba Kobal Yılmaz)

Branding sering dianggap remeh oleh pebisnis baru. Padahal, tampilan merek yang kuat bisa menarik perhatian dan membedakan bisnismu dari kompetitor. Logo, kemasan, hingga cerita di balik bisnismu adalah bagian penting dari branding.

Tanpa branding yang baik, produkmu hanya akan terlihat seperti bisnis kuliner biasa. Branding yang menarik juga mempermudah pemasaran, karena pelanggan lebih cenderung mengingat sesuatu yang unik. Jadi, investasikan waktu dan pikiran untuk membangun identitas merek.

5.Mengabaikan feedback pelanggan

ilustrasi membuka bisnis kuliner (pexels.com/Mengtry Lorn)

Bisnis kuliner yang sukses selalu mendengar apa kata pelanggannya. Namun, banyak pebisnis pemula yang merasa tahu segalanya sehingga mengabaikan kritik atau saran. Akibatnya, mereka kehilangan peluang untuk meningkatkan kualitas.

Feedback pelanggan bisa jadi sumber ide untuk inovasi. Misalnya, menambahkan menu baru atau memperbaiki rasa yang kurang sesuai. Dengan mendengarkan pelanggan, bisnismu bisa terus berkembang dan relevan dengan kebutuhan pasar.

Membangun bisnis kuliner memang menantang, tapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, peluang suksesmu bisa lebih besar. Jadi, persiapkan bisnismu dengan matang dan tetap belajar sepanjang perjalanan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us