Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LPEM UI Sebut BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya

LPEM UI Sebut BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya
ilustrasi suku bunga (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • BI perlu tahan suku bunga acuan di 4,75% untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menghadapi tekanan inflasi akhir tahun.
  • IKK meningkat menjadi 124,0 pada November 2025, menandakan penguatan permintaan domestik yang mendukung inflasi inti tetap stabil.
  • The Fed telah turunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin di Desember 2025, mendorong arus modal ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau BI rate di level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir 2025. Kebijakan ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah potensi peningkatan tekanan inflasi musiman pada akhir tahun.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky menilai, meskipun inflasi umum melambat menjadi 2,72 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada November 2025 turun dari 2,86 persen pada bulan sebelumnya angka tersebut masih berada di kisaran atas rentang target inflasi BI sebesar 2,5 persen ±1 persen.

"Kami berpandangan bahwa Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur terakhir di 2025. Bank Indonesia juga perlu terus menjaga fokusnya pada usaha stabilsasi nilai tukar rupiah dan melakukan intervensi bila diperlukan," ucapnya dalam laporan analisisnya, Rabu (17/12/2025).

1. Ada risiko jika BI putuskan untuk turunkan suku bunga acuan

LPEM UI Sebut BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya
ilustrasi rupiah (pixabay.com/IqbalStock)

Riefky menekankan, ada dua risiko utama yang membuat pemotongan suku bunga menjadi kurang tepat saat ini, yakni tekanan inflasi akhir tahun dan stabilitas nilai tukar rupiah. Periode libur akhir tahun berpotensi meningkatkan tekanan inflasi pada penghujung 2025 akibat faktor musiman berupa lonjakan permintaan.

Meski nilai tukar rupiah tercatat menguat tipis sebesar 0,11 persen secara bulanan (month to month/mtm), pergerakan rupiah dinilai masih rentan dan fluktuatif, meskipun didukung oleh penurunan Fed Funds Rate oleh The Fed serta kebijakan BI yang menahan suku bunga acuannya.

2. Membaiknya IKK ditopang penguatan permintaan domestik

LPEM UI Sebut BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya
ilustrasi inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Riefky, tekanan inflasi ke depan diperkirakan tetap berada dalam kisaran target BI dan cenderung bertahan di dekat batas atas dalam beberapa bulan mendatang. Perkembangan ini terjadi seiring dengan membaiknya sentimen konsumen dan penguatan permintaan domestik secara bertahap.

"Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat meningkat menjadi 124,0 pada November 2025, naik dari 121,2 pada Oktober 2025. Kenaikan tersebut melanjutkan tren penguatan yang telah berlangsung sejak September dan menempatkan IKK tetap berada di zona optimis, mencerminkan persepsi positif masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun prospeknya ke depan," ungkapnya.

Seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen, inflasi inti diperkirakan relatif stabil pada level yang masih cukup tinggi. Stabilitas ini sejalan dengan ekspektasi inflasi yang terjaga serta penguatan permintaan domestik yang terus berlangsung secara bertahap.

Di sisi lain, risiko inflasi dari faktor cuaca bersifat beragam. Musim hujan yang berlangsung secara umum mendukung ketersediaan air untuk sektor pertanian. Namun, curah hujan tinggi dan banjir di sejumlah wilayah Sumatra berpotensi mengganggu proses panen, distribusi, dan pasokan pangan lokal. Kondisi tersebut dapat meningkatkan volatilitas harga pangan dalam jangka pendek.

Meski demikian, risiko tersebut diperkirakan dapat diredam melalui keberlanjutan kebijakan dari sisi penawaran, termasuk program stabilisasi harga pangan dan pelaksanaan operasi pasar oleh pemerintah. Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menjaga inflasi tetap terkendali di tengah meningkatnya tekanan musiman dan risiko cuaca.

3. The Fed sudah turunkan suku bunga acuan 25 bps di Desember

LPEM UI Sebut BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya
Gedung Federal Reserve (Instagram/the Fed)

Sementara itu, pada Desember 2025, the Fed menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin ke rentang 3,50 persen hingga 3,75 persen , menandakan pemotongan suku bunga kebijakan ketiga kalinya secara beruntun di 2025 dan merupakan pemotongan suku bunga keenam selama 2025, mendorong Fed Funds Rate (FFR) ke titik terendahnya sejak 2022.

"Berlanjutnya pelonggaran moneter oleh the Fed kemungkinan besar didorong oleh kekhawatiran akan lemahnya performa pasar ketenagakerjaan walaupun tekanan inflasi AS terus meningkat. Penurunan FFR sebesar seperempat poin telah diantisipasi oleh pelaku pasar sehingga memicu arus modal menju pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, bahkan sebelum pemotongan suku bunga oleh the Fed di awal Desember," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Penuhi Kebutuhan Uang Tunai Selama Nataru, BRI Siapkan Rp21 Triliun

17 Des 2025, 13:33 WIBBusiness