Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Luhut Ungkap Modal Keluar dari RI Capai 20 Miliar Dolar per Tahun

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Presiden RI Prabowo Subianto meminta Kemenko Perekonomian dan DEN merampungkan deregulasi hal-hal yang menghambat bisnis termasuk di sektor industri untuk masuk ke Indonesia. (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Intinya sih...
  • Arus modal keluar Indonesia mencapai 20 miliar dolar AS per tahun, sementara penanaman modal asing masih rendah dibandingkan negara tetangga.
  • Rasio aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, dan aset asuransi Indonesia tertinggal dibanding negara tetangga, menghambat pertumbuhan usaha produktif.
  • Pemerintah siapkan strategi pengembangan KEK Pusat Keuangan dengan Family Office dan instrumen keuangan untuk menarik investasi luar negeri.

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan arus modal keluar dari Indonesia terus meningkat dan kini mencapai rata-rata 20 miliar dolar AS per tahun, setara Rp330 triliun (kurs Rp16.500).

Dia menyebut kondisi tersebut dibarengi dengan tingkat penanaman modal asing langsung alias foreign direct investment (FDI) Indonesia yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Vietnam, dan Dubai.

"FDI kita juga jauh lebih rendah dibanding Singapura, Vietnam, dan Dubai, sementara arus modal keluar terus meningkat, mencapai rata-rata 20 miliar dolar AS per tahun," kata Luhut dalam postingan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan.

1. Luhut menyoroti sejumlah tantangan dalam sektor keuangan nasional

Ilustrasi rupiah. (dok. BNI)

Luhut menyoroti sejumlah tantangan besar dalam sektor keuangan nasional. Dia menyebut rasio aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, dan aset asuransi terhadap PDB Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga.

"Jika kondisi ini tidak diatasi, industrialisasi, infrastruktur, dan pertumbuhan usaha produktif akan sulit berkembang optimal," ujarnya.

3. Pemerintah siaokan KEK dilengkapi family office

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di The Westin Jakarta, Rabu (19/2/2025). (IDN Times/Trio Hamdani)

Pemerintah, kata dia, menyiapkan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pusat Keuangan yang dilengkapi dengan Family Office dan instrumen keuangan, sebagai pintu masuk dana investasi luar negeri yang disalurkan ke sektor riil di Indonesia.

"Investor juga berkesempatan menjadi co-investor bersama Danantara dan INA. Strategi seperti ini telah terbukti sukses di Abu Dhabi, Dubai, Hong Kong, dan Singapura," tuturnya.

Luhut menekankan pentingnya ekosistem yang menunjang kualitas hidup agar KEK tidak sekadar menjadi pusat pencatatan transaksi, tetapi juga kawasan yang layak untuk bekerja dan tinggal.

Fasilitas berstandar global seperti sekolah, rumah sakit, hunian, dan perkantoran dinilai krusial. Salah satu lokasi yang dikaji adalah Bali, yang dikenal sebagai destinasi kerja bagi investor global dan berpotensi menjadi bagian dari Indonesia Financial Centre (IFC).

"Kami akan segera menetapkan kriteria terbaik untuk KEK ini. Jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kita harus membangun ekosistem keuangan yang progresif dan kompetitif. Bukan sekadar pendukung, tetapi akselerator utama pembangunan nasional," tuturnya.

3. Luhut diskusi bareng Ray Dalio buat perkuat sektor keuangan Indonesia

Presiden Prabowo mengadakan pertemuan dengan Pengusaha Amerika Serikat (AS), Raymond Thomas Dalio, di Istana Merdeka (dok. Sekretariat Presiden)

Luhut menambahkan, pihaknya bersama sejumlah kementerian dan lembaga menggelar diskusi virtual dengan investor global Ray Dalio, sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya antara Presiden Prabowo Subianto dan Dalio.

"Ini adalah tindak lanjut dari pertemuan Presiden @prabowo dengan Ray sebelumnya dan mencerminkan semakin intensnya upaya kita dalam memperkuat sektor keuangan Indonesia," ucapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
Jujuk Ernawati
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us