Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menanti Data Pertumbuhan Ekonomi Q2, Rupiah Menguat Tipis

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat ke Rp15.163 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Senin (7/8/2023) pagi.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 7 poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan perdagangan pada Jumat (4/8/2023) di level Rp15.170 per dolar AS. 

1. Rupiah masih berpotensi melemah

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memproyeksi pergerakan rupiah terhadap dolar AS sepanjang hari ini berpotensi masih melemah pada kisaran Rp15.200 per dolar AS.

"Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini karena sentimen pasar tidak sepenuhnya positif pagi ini," ungkap Ariston kepada IDN Times, Senin (7/8/2023).

2. Pergerakan rupiah dibayangi beberapa faktor

Dia menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah melemah. Salah satunya karena sebagian indeks saham Asia terlihat bergerak turun seperti indeks Nikkei dan Kospi. Alhasil, nilai tukar regional juga sebagian bergerak melemah terhadap dolar AS.

Selain itu, data tenaga kerja AS di akhir pekan lalu memberikan indikasi bahwa potensi kenaikan inflasi AS masih ada. Apalagi, dengan kenaikan pertumbuhan upah rata-rata per jam di AS dan tingkat pengangguran yang lebih rendah dari bulan sebelumnya.

"Ini bisa memicu Bank Sentral AS untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi," ucapnya.

Di samping itu, isu perlambatan ekonomi di China juga menjadi faktor pelemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab, Indonesia memiliki hubungan dagang yang besar dengan China.

3. Pasar tunggu data pertumbuhan ekonomi kuartal II

Sementara itu, sentimen yang berasal dari dalam negeri yakni data pertumbuhan ekonomi kuartal II, mungkin bisa mendorong penguatan rupiah bila hasilnya menunjukkan pertumbuhan di atas 5 persen.

Sementara itu, analis pasar mata uang, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan akan menguat oleh perlemahan dolar AS setelah data tenaga kerja AS non-farm payroll (NFP) yang lebih lemah dari perkirakan.

"Namun penguatan akan terbatas mengingat investor wait and see menjelang data pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa Indonesia," ucapnya. 

Senada dengan Ariston, Lukman mengatakan data pertumbuhan ekonomi akan sangat dinantikan.

"Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II  diperkirakan akan tumbuh di bawah 5 persen (YoY) atau bawah target pemerintah," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us