Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mendag Ungkap Biang Kerok Harga Kedelai Melonjak

Ilustrasi pekerja mengolah kedelai untuk produksi tahu dan tempe (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Ilustrasi pekerja mengolah kedelai untuk produksi tahu dan tempe (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Jakarta, IDN Times - Harga kedelai mengalami lonjakan drastis. Bahkan, harganya diprediksi terus melonjak hingga Mei 2022 mendatang. Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi membeberkan dua penyebab kenaikan harga kedelai.

Seperti yang diketahui, 80-90 persen dari kebutuhan kedelai nasional masih diimpor. Beberapa negara pemasok kedelai terbesar ke Indonesia adalah Argentina dan China. Saat ini, Argentina tengah menghadapi fenomena La Nina, sementara China mengutamakan stok kedelainya untuk pakan babi. Akibatnya, pasokan kedelai terbatas, dan harga pun melonjak.

"Jadi permintaannya sangat tinggi menyebabkan harga sangat tinggi. Nah, ini yang menyebabkan harga kedelai di Indonesia juga tinggi," ujar Lutfi dilansir ANTARA, Kamis (17/2/2022).

1. Budidaya kedelai Indonesia belum bisa tutupi kebutuhan nasional

Ilustrasi kedelai. IDN Times / Auriga Agustina
Ilustrasi kedelai. IDN Times / Auriga Agustina

Menurut Lutfi, budidaya kedelai di Indonesia saat ini dalam kondisi bagus. Sayangnya, kedelai yang dihasilkan dari budidaya dalam negeri baru sekitar 500 ribu sampai 750 ribu ton per tahun. Sementara itu, kebutuhan nasional mencapai 3 juta ton kedelai per tahun.

Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), sisa stok kedelai importir sekitar 300 ribu ton yang berasal dari stok awal Februari sebesar 160 ribu ton, ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebesar 140 ribu ton.

Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan (Februari–Maret 2022).

2. Harga kedelai diprediksi terus naik sampai Mei

Produksi tempe di Sanan tetap berjalan normal meski harga kedelai naik. IDN Times/Alfi Ramadana
Produksi tempe di Sanan tetap berjalan normal meski harga kedelai naik. IDN Times/Alfi Ramadana

Dikutip dari keterangan resmi Kemendag, data Chicago Board of Trade (CBOT) menunjukkan harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS/bushels. Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 dolar AS/bushels, dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 dolar AS/bushels.

Selain dua penyebab yang dibeberkan Lutfi, Kemendag mensinyalir penyebab kenaikan harga kedelai juga diakibatkan oleh kenaikan inflasi di negara produsen yang berdampak pada kenaikan harga masukan produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan.

3. Mendag siapkan jurus tekan harga kedelai

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi (Dok. Kemendag)
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi (Dok. Kemendag)

Untuk mengantisipasi harga kedelai di dalam negeri melonjak drastis, menurut Lutfi pihaknya sudah menyiapkan rencana mitigasi. Dia mengatakan rencana mitigasi itu akan diumumkan pekan depan.

"Sekarang kami sudah menyiapkan mitigasi untuk harga kedelai tersebut. Kami akan putuskan pada kesempatan pertama minggu depan. Nanti akan saya umumkan kebijakannya," tutur Lutfi.

Sementara itu, harga kedelai di tingkat importir saat ini berkisar Rp10.500 – 11.500/kg. Harga tersebut akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga
kedelai dunia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us