Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ngeri! Ini Sederet Persoalan Global yang Bisa Berimbas ke Ekonomi RI

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. ANTARA/HO-Humas Kemenkeu/Faiz.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. ANTARA/HO-Humas Kemenkeu/Faiz.

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati membeberkan sederet persoalan global yang bisa berdampak pada perekonomian berbagai negara, termasuk Indonesia.

Mulai dari penentuan Chairman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed), fenomena kenaikan batas utang pemerintah AS atau debt ceiling, dan sebagainya. Tak hanya di AS, dia membeberkan dinamika di negara-negara Eropa dan juga di China yang bisa berdampak pada ekonomi global.

"Jadi beda dengan COVID-19 yang waktu itu mungkin pukulannya terjadi paling berat pada April 2020, tahun depan ini kita akan melihat dinamika global yang akan menciptakan gerakan atau mempengaruhi flow capital ke negara-negara emerging, termasuk Indonesia," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Networking 2021 yang digelar virtual, Selasa (16/11/2021).

1. Dinamika ekonomi AS

Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)
Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)

Lebih rinci, Sri Mulyani mengatakan masa jabatan Chairman The Fed, Jerome Powell akan segera habis. Dalam waktu dekat, pemerintah AS harus memutuskan apakah memperpanjang masa jabatan Powell atau mengganti pencarinya.

Selain itu, AS juga tengah mengalami debt ceiling. Adapun batas utang pemerintah AS yang berlaku saat ini ialah 28,4 triliun dolar AS. Batas utang itu perlu dilakukan, karena jika tidak maka pemerintah AS tak punya anggaran, dan terpaksa ditutup alias shutdown.

"Dan juga inflasi yang tinggi, sudah di atas 6 persen. Ini mungkin akan menimbulkan komplikasi dari kebijakan terutama di sisi moneter dan kecepatan atau kekuatan tapering di AS," ujar Sri Mulyani.

2. Eropa krisis energi, bikin ekonomi global bergejolak

Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Adapun di sejumlah negara di Eropa tengah mengalami krisis energi yang menyebabkan harga-harga melonjak. Kondisi itu juga memicu geopolitik di Eropa.

"Demikian juga di Eropa yang alami pressure dari kenaikan harga energi, geopolitik, dan mereka juga mengalami supply disruption," ucap Sri Mulyani.

3. COVID-19 di China kembali melonjak

Warga memakai masker pelindung berjalan di sepanjang The Bund di depan distrik keuangan Lujiazui Pudong, menyusul kasus baru penyakit virus korona (COVID-19) di Shanghai, China, Rabu (25/8/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)
Warga memakai masker pelindung berjalan di sepanjang The Bund di depan distrik keuangan Lujiazui Pudong, menyusul kasus baru penyakit virus korona (COVID-19) di Shanghai, China, Rabu (25/8/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)

Tak hanya itu, saat ini penyebaran COVID-19 di China kembali melonjak. Hal itu menyebabkan di beberapa wilayah menerapkan kebijakan lockdown kembali.

"Di China selain mengalami Evergrande, juga dari sisi cooling economy yang mungkin akan menghasilkan policy-policy response dari pemerintah China. Selain juga munculnya COVID-19 di China. Yang di China itu artinya mereka melakukan response yang cukup kuat seperti terjadinya lockdown, yang akan menimbulkan dampak terhadap perekonomian China," ujar Sri Mulyani.

4. Dinamika di negara-negara besar bikin ekonomi RI bisa terdampak

Ilustrasi pertumbuhan PAD (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi pertumbuhan PAD (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani mengatakan dinamika terjadi di negara-negara yang berkontribusi besar terhadap perekonomian global. Hal itu pun bisa berdampak pada perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun, menurut Sri Mulyani dampak dinamika global tersebut akan sangat terasa pada sektor keuangan.

"Ini semua akan mempengaruhi harga komoditas, capital inflow, dan juga sentimen pasar keuangan global. Kita harus tetap menjaga ekonomi kita agar kuat, resilient. Karena kita mungkin tidak bisa mengontrol environment global. Yang kita bisa kontrol adalah pondasi ekonomi kita," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us