Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah tipis ke Rp15.206 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Selasa (11/7/2023) pagi. Mata uang Garuda melemah 1,5 poin.
Mengutip Bloomberg, selepas pembukaan perdagangan, kurs rupiah langsung menguat sebanyak 9,5 poin atau 0,06 persen ke Rp15.195 per dolar AS pada pukul 09.01 WIB.
Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa bangkit dalam perdagangan hari ini. Hal itu mungkin terjadi dipicu ekspektasi pelaku pasar terhadap inflasi AS.
Semalam, data ekpektasi inflasi konsumen AS terbaru menunjukkan penurunan inflasi ke 3,8 persen dibandingkan sebelumnya 4,1 persen. Kata dia, itu hasil pengukuran terendah sejak April 2021.
"Pelemahan rupiah mungkin tertahan hari ini dan bisa berbalik menguat terhadap dolar AS karena ekspektasi pasar terhadap penurunan inflasi AS," tuturnya.
Data inflasi konsumen AS untuk bulan Juni akan dirilis pada malam Rabu, 12 Juli. Konsensus pasar, data tersebut akan menunjukkan angka 3,1 persen, jauh lebih rendah dari data inflasi bulan sebelumnya sebesar 4 persen.
Ekspektasi penurunan inflasi diantisipasi pasar dengan penurunan nilai dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, dan peluang rupiah bisa menguat sementara terhadap dolar AS hari ini.
"Penurunan inflasi ini meningkatkan harapan pasar bahwa era suku bunga tinggi akan segera berakhir," kata dia.
Ariston mengatakan, rupiah berpotensi mengalami penguatan ke arah Rp15.100, dengan potensi resisten di Rp15.230 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyoroti perekonomian China yang sedang berjuang untuk pulih pasca-pandemik COVID-19.
Ibrahim memproyeksikan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini bakal bergerak di rentang Rp15.190-Rp15.260 per dolar AS dengan potensi melemah.